[MOJOK.CO] “Padali pulsanya banyak, katanya dapat dari CELUP. Iwan tentu penasaran, dia upload foto apa? Simak mop hari ini.”
Nama-Nama Arab
Pak Guru Iwan berencana pulang lebih awal hari itu. Tetapi, Padali, teman seposko KKN yang bertugas mengajar pelajaran Agama, lagi sibuk ke kota mengurusi anggaran lomba desa. Mau tak mau, Iwan mesti mengisi kekosongan jam pelajaran Agama.
“Anak-anak, kalian mesti tahu. Sebaik-baiknya nama adalah nama yang mengandung doa,” Iwan mulai menerangkan di depan kelas.
“Kalo nama Rahman, termasuk doa itu Pak Guru?” tanya Idu di sela-sela penjelasan.
“Iya, Idu… Rahman itu termasuk doa karena artinya ‘Yang Maha Pengasih’,” Jawab Iwan.
“Oh… kalo Toni dang Pak Guru?” Idu langsung bertanya.
“Toni juga termasuk doa, Idu….” Pak Guru Iwan mulai kesal dengan pertanyaan Idu.
Tak puas, Idu kembali bertanya, “Ih… tapi kan Toni ndak ada dalam Al-Quran, Pak Guru?”
Mendengar namanya disebut, Toni langsung berdiri.
“Sapa bilang kita pe nama nda ada dalam Alquran?” Toni mulai naik pitam.
“Heh, memang ngana pe nama ndak ada dalam Alquran noh,” Idu mulai memancing kegaduhan.
“Sudah, sudah. Ngoni dua nda usah bakalae. Toni itu termasuk nama yang sering disebutkan dalam Al-Quran,” lerai Pak Guru Iwan.
“Kalo ndak percaya, nanti Pak Guru kase liat pa ngoni,” kata Pak Guru.
Pak Guru Iwan mengambil mushaf kecil dari dalam tas. Ia membuka lembaran surat Al-Fatihah lalu bersiap mengaji.
“Ngoni dua dengar bae-bae,” pesan Pak Guru.
“A’udzubillahiminassyaitonirrojiiimmm.”
Tukang Parkir
Padali baru saja pulang dari kota. Sewaktu berpapasan dengan Iwan, ia langsung mengajak Iwan pergi ke pasar untuk menraktir makan. Katanya, ini sebagai rasa terima kasih karena sudah sudi menggantikan tugas mengajarnya.
Mereka berdua berboncengan ke pasar. Sesampai di parkiran, Padali langsung buru-buru masuk ke dalam pasar sembari membiarkan motornya tanpa dikunci setang serta helm KYT bertengger bebas di atas spion.
“Padali, ndak papa itu motor deng helm ngana kase biar bagitu tanpa takunci?” Iwan memperingatkan ketelodoran kawannya.
“Sudah, tenang jo ngana, Iwan. Serahkan semuanya pa Tuhan.”
“So terlalu leh ngana. Tuhan kong ngana suruh jaga parkir noh.”
Pulsa Gratis
Padali terkekeh sendirian ketika hari itu nomor HP-nya diisi pulsa sebesar 300 ribu. Penasaran, Iwan langsung menyelidik, jangan-jangan Padali memanfaatkan dana lomba desa untuk kepentingan pribadi.
“Kita liat ngana pe banyak pulsa. Bukan pake uang kegiatan ini?” tanya Iwan.
“Eh, itu mulut pe asal batuduh. Asal ngana tau, Ini pulsa bonus dari CELUP.”
“Emang ngana da ba-upload apa so?” Iwan penasaran.
“Fake Taxi.”
Pesan buat Mama
Sepulang dari sekolah, rumah Idu didatangi petugas penagih TV kabel. Sudah dua bulan lebih rumah itu menunggak pembayaran. Kalau menunggak lagi, pihak penyedia TV kabel mengancam akan mencabut layanannya.
Begitu mendengar pintu rumah diketuk petugas, Mama Idu bergegas balik ke dapur dan menyuruh Idu membuka. “Kalo dorang ba cari sama ti mama, bilang ti mama lagi kaluar ada pigi di pasar,” begitu pesan Mama Idu.
Berbekal pesan mamanya, Idu pun membuka pintu rumah.
“Dek, ti Mama ada?”
“Ti Mama lagi kaluar, Om. Lagi ke pasar,” jawab Idu, persis seperti pesan ibunya.
“Oh. So dari tadi ada kaluar dek?” selidik pegawai TV kabel.
“Iya, Om. So daritadi ada pigi (pergi).”
Mendengar orang yang dimaksud tidak berada di tempat, penagih TV kabel itu hendak pamit. Tapi, sewaktu ia membalikkan badan, ia merasa ada sesuatu yang janggal.
“Dek, boleh titip pesan buat Mama?”
“Oh, boleh sekali, Om. Apa so?”
“Bilang pa ti Mama, lain kali kalo mo pigi di pasar, jangan kase tinggal kaki di belakang pintu.”
Saya Orangnya Memang Begitu
Mawar—sebut saja begitu, tempo hari dicopet saat merayakan pergantian tahun. Tak terima dengan kejadian itu, Mawar memutuskan melapor ke polisi.
“Jadi Anda dicopet di dekat alun-alun saat perayaan tahun baru kemarin?” tanya Pak Polisi.
“Iya, Pak.”
“Di situ kan ramai, kenapa Anda tidak berteriak minta tolong?” selidik Pak Polisi.
“Saya takut, Pak,” jawab Mawar pasrah.
“Anda diancam sama pelaku?”
“Tidak, Pak,” jawab Mawar.
“Mulut Anda disumpal?”
“Tidak juga, Pak.”
“Loh, lalu kenapa Anda tidak berteriak?”
“Saya orangnya pendiam, Pak,” aku Mawar.