Bye Bye, ICU, Bye... - Mojok.co
  • Kirim Artikel
  • Terminal
Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Kilas
    • Susul
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Podcast
No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Kilas
    • Susul
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Podcast
No Result
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Podcast
Home Corak Infus

Bye Bye, ICU, Bye…

Rusdi Mathari oleh Rusdi Mathari
20 November 2017
0
A A
icu-rusdi-mathari-mojok

icu-rusdi-mathari-mojok

Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

[MOJOK.CO] “Dari ruang ICU aku melihat perawat-perawat lalu lalang mendorong brankar dengan jenazah di atasnya.”

Hanya berjarak tujuh hari setelah benjolan di leher dibiopsi, aku kembali masuk ruang operasi di lantai dua. Operasi kali ini adalah operasi besar untuk mengangkat lima ruas tulang punggungku yang hancur karena dimangsa tumor. Tepatnya, tulang pada lumbar ke-9 sampai 13. Sesuai rencana ketua tim dokter yang juga dokter ortopedi, Brigjen. dr. Robert Hutauruk, tulang punggungku yang hancur akan diganti metal. Aku tak punya pilihan.

Aku masuk ruang operasi pukul 09.00 dan seperti operasi biopsi seminggu sebelumnya, aku hanya pasrah dan menyebut seluruh nama-nama suci yang bisa aku ingat. Dr. Robert yang memimpin operasi. Dan beberapa saat setelah masuk kamar operasi, aku sudah tak ingat apa pun. Aku baru tersadar sekitar 7,5 jam berikutnya: telentang di ruang isolasi di salah satu bagian ruang operasi. Itu operasi yang lama, dan beberapa hari kemudian, aku mendengar kabar, dr. Robert pingsan usai operasi karena kecapekan. dr. Robert memang dokter senior dan usianya sudah di atas 65 tahun.

Berada di ruang isolasi, aku tak sepenuhnya sadar. Pengaruh obat bius masih terlalu kuat membekapku. Entah berapa lama aku di sana. Perawat menghampiriku saat mendengar aku meracau. Ranjangku lalu diseret ke luar. Keluargaku dipanggil. Aku tak sadarkan diri dan baru terbangun menjelang magrib. Tapi, di mana aku? Mengapa kamarku begitu sepi?


“Mas di ICU,” kata istriku yang berdiri di sampingku bersama beberapa sahabatku. Aku tak menyahut. Aku seperti kehilangan daya.

Baca Juga:

Uang Itu untuk Hidup, Bukan Hidup untuk Cari Uang

Spirit Doll di Rumah Hantu Kami Menyerap Arwah dari Rumah Sakit

Kok Ada Ayat Jangan Mati kecuali dalam Keadaan Muslim? Lah Kan Mati Bukan Kita yang Ngatur?

Faktanya: bibirku jontor. Bengkak. Mungkin karena saat operasi aku dalam posisi tengkurap dan mulutku dipasangi selang. Hidungku dipasangi selang. Punggungku dipasangi selang. Tanganku dipasangi selang infus, darah, plasma dan lain-lain. Aku tak mengerti. Dadaku dipasangi kabel.

Tak berapa lama datang petugas radiologi. Mereka membawa peralatan rongent dan akan memotret punggungku. Aku diangkat dan di punggungku dipasangi papan kaca. Sakitnya luar biasa. Begitu juga saat selesai, dan papan kembali diangkat. Para petugas itu hanya berkata: “Tarik napas panjang, Pak.”

Berbeda dengan kamar perawatan, di kamar ICU, perawat intensif menjaga pasien. Mereka terkenal “galak-galak” bagi pengunjung, keluarga pasien, dan pasien. Keluarga yang tidak menaati aturan, misalnya masuk dengan tiga orang atau lebih, segera ditegur dan diminta keluar.

Malam pun, pasien tak perlu dijaga karena perawat itulah yang menjaga. Di kamarku, ada empat pasien, dan perawat yang menjaga juga ada empat. Mereka yang menyeka, menggosok gigi, dan kadang menyuapi pasien.

Malam pertama di ICU, aku habiskan dengan banyak tidur. Tanpa bantal. Posisi tubuhku datar. Aku terbangun tengah malam karena mendengar jeritan perempuan dari kamar sebelah atau kamar yang tak jauh dari kamarku. “Aku tak punya Bapak lagi….”

Masyaallah, siapa itu? Kenapa menjerit seperti itu tengah malam.

“Biasa Pak, mati.” Aku mendengar suara perawat menjawab seorang pasien sekamarku.

Hah, mati?

Beberapa saat kemudian serombongan perawat mendorong brankar yang pasiennya diselimuti hingga menutup kepala, melintas di sebelah kamarku yang hanya berdinding kaca.

“Apa itu, Sus?”

“Itu yang barusan mati, Pak.”

“Kok lewat sini?”

“Akses ke kamar mayat, ya cuma jalan di sebelah kamar ini, Pak. Mau lewat mana lagi?”

Aku memejamkan mata. Dan suster itu benar. Dari pukul 02.00 sampai 09.00, setidaknya ada enam mayat yang melintas. Aku sungguh tak bisa tidur. Kapan aku keluar dari ICU laknat ini?

Kejadian yang paling dramatis terjadi sejam berikutnya. Dua wanita dengan logat yang khas, histeris memaki-maki.

“Kamu jahat. Kamu tak bilang kalau kakakku sudah tidak ada.”


“Mana saya tahu. Ibu masuk tanpa nanya saya.”

“Pokoknya kamu jahat.”

Seorang suster bercerita, mereka memaki satpam ICU yang berjaga di pintu masuk karena salah paham. Mereka akan menjenguk kakaknya yang dirawat, tapi tidak tahu kalau kakaknya sudah meninggal dan sudah dibawa ke kamar jenazah, sementara istri si kakak mengurus surat-surat. Begitu masuk kamar, perawat di sana memberi tahu, kakak mereka sudah meninggal. Mereka histeris, berlari keluar ruang ICU, lalu menumpahkan murka ke satpam. Suara mereka keras. Sementara brankar berisi mayat terus melintas di samping kamarku.

“Kalau di ICU sudah biasa, Pak, pasien mati. Sehari kadang ada 10,” seorang perawat bercerita. Wajahnya nyaris tanpa ekdpresi.

Mereka tampaknya sudah biasa melihat hal-hal semacam itu, dan menganggap orang mati hanya sebuah statistik. Aku semakin ingin segera keluar dari ICU.

“Kapan saya dipindah ke kamar perawatan biasa, Sus?”

“Pak Rusdi, ya?”

“Iya.”

“Besok, Pak.”

Minggu sore aku benar-benar dipindah, tapi bukan ke kamar perawatan biasa, melainkan ke kamar transisi dari ICU ke kamar perawatan karena tubuhku masih penuh dengan selang. Aku bisa bernapas lega sebab setidaknya, aku tak akan mendengar lagi jeritan-jeritan memilukan di tengah malam dari mereka yang kehilangan orang-orang yang dicintai.

Terakhir diperbarui pada 20 November 2017 oleh

Tags: biopsiicukankermatioperasirumah sakitrusdi mathari
Rusdi Mathari

Rusdi Mathari

Artikel Terkait

Uang Itu untuk Hidup, Bukan Hidup untuk Cari Uang

Uang Itu untuk Hidup, Bukan Hidup untuk Cari Uang

28 Januari 2022
spirit doll, rumah hantu, rumah sakit MOJOK.CO

Spirit Doll di Rumah Hantu Kami Menyerap Arwah dari Rumah Sakit

20 Januari 2022
Kok Ada Ayat Jangan Mati kecuali dalam Keadaan Muslim? Lah Kan Mati Bukan Kita yang Ngatur?

Kok Ada Ayat Jangan Mati kecuali dalam Keadaan Muslim? Lah Kan Mati Bukan Kita yang Ngatur?

5 November 2021
Dokter yang Indigo: Diganggu Hantu Usil Hingga Melihat yang Mati karena Pesugihan

Dokter yang Indigo: Diganggu Hantu Usil hingga Melihat yang Mati karena Pesugihan

4 September 2021
Mempertanyakan Prinsip Syariah RSUD: Memangnya Nungguin Orang Sakit MOJOK.CO Seandainya Biaya Periksa di Rumah Sakit Terpampang seperti Daftar Harga di Restoran

Saat Rakyat Banyak yang Mati, Ide Rumah Sakit Khusus Pejabat pada Masa Pandemi Itu Tepat Sekali

10 Juli 2021
ilustrasi Kompilasi Kekonyolan yang Terjadi Baru-baru Ini. Ketawa Ngakak Dipersilakan mojok.co

Kompilasi Kekonyolan yang Terjadi Baru-baru Ini. Ketawa Ngakak Dipersilakan

7 Juli 2021
Pos Selanjutnya

Tidak Ada Korelasi antara Kesalehan dan Perilaku Korupsi

Komentar post

Terpopuler Sepekan

icu-rusdi-mathari-mojok

Bye Bye, ICU, Bye…

20 November 2017
Horor Apartemen Tertua di Jogja yang Menghilang dari Ingatan MOJOK.CO

Horor Apartemen Tertua di Jogja yang Menghilang dari Ingatan

26 Mei 2022
Sinar Mandiri melaju di Pantura MOJOK.CO

Melintasi Pantura Bersama Roda Lusuh Bus Sinar Mandiri

21 Mei 2022
makam giriloyo mojok.co

Makam Giriloyo, Rumah Peristirahatan Terakhir Sultan Agung yang Dibatalkan

26 Mei 2022
Rumah milik Mbah Ngadiyo yang jadi tempat syuting KKN di Desa Penari

Cerita Sebenarnya di Rumah Tempat Syuting Film KKN di Desa Penari

25 Mei 2022
mie ayam om karman mojok.co

Mie Ayam Om Karman, Filosofi Meja Terisi, dan Semangat Perantau Wonogiri

22 Mei 2022
gelanggang mahasiswa ugm mojok.co

UGM akan Bangun GIK, Pengganti Gelanggang Mahasiswa

24 Mei 2022

Terbaru

Sungai Aare, Swiss untuk berenang

Orang Swiss Suka Hanyutkan Diri di Sungai pada Musim Panas

29 Mei 2022
buya syafii maarif mojok.co

Melepas Kepergian Buya

28 Mei 2022

Jokowi: Buya Syafii Maarif Sosok yang Menyuarakan Toleransi 

27 Mei 2022
Buya Syafii Maarif

Haedar Nashir Sempat Menemui, Buya Syafii Maarif Ditangani Tim Dokter Kepresidenan

27 Mei 2022
Indonesia Berduka, Buya Syafii Maarif Wafat Jelang Usia ke-87

Indonesia Berduka, Buya Syafii Maarif Wafat Jelang Usia ke-87

27 Mei 2022

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
DMCA.com Protection Status

© 2022 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Kilas
    • Susul
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Podcast
  • Mau Kirim Artikel?
  • Kunjungi Terminal

© 2022 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In