MOJOK.CO – Ketika saya mengetik tulisan ini, percayalah saya sedang tidak punya siapa-siapa. Semua orang mengira saya bahagia, padahal tidak.
Tanya
Dear, kakak-kakak Mojok yang selalu bahagia dan dirahmati Tuhan Yang Maha Esa. Saya ingin curhat. Sebut saja saya Senja karena saya suka senja.
Kak, ketika saya mengetik tulisan ini, percayalah saya sedang tidak punya siapa-siapa lagi untuk menumpahkan semuanya. Saya tahu ada Tuhan yang selalu mendengar umat-Nya. Lebih dari itu, saya tidak tahu di mana saya berada.
Kak, ada penyesalan yang sangat amat terdalam dalam hidup saya. Sangat dalam. Saya tidaklagi bahagia. Saya lelah, saya putus asa, saya sangat jenuh dengan kesalahan saya di masa lalu. Saya terus dihantui di tengah kesendirian. Jika dapat saya menggambarkan diri saya saat ini, mungkin saya sedang di ujung jurang dan mempertimbangkan untuk melompat. Saya lelah dengan segala beban yang ada di pundak saya.
Ingin sekali saya bisa menjelaskan beban saya secara gamblang di sini. Tapi, saya tidak bisa, bahkan untuk memikirkannya pun saya sungkan. Air mata yang terus berjatuhan sepanjang penyesalan saya sekarang mulai enggan untuk tumpah bersama suara hati saya.
Ada satu orang yang tahu semua rasa tidak bahagia dan kesedihan saya: pacar saya. Sayangnya, semua akan percuma. Dia selalu mengabaikan saya di tengah keputusasaan saya. Tuhan yang selalu mendengar teriakan saya seolah-olah tidak ingin mendengar karena saya selalu mengulang kesalahan yang sama. Apakah Tuhan membenci suara saya?
Kak, hari-hari saya terasa berat untuk dijalani. Rasa bahagia semakin menjauh. Kebencian terhadap diri sendiri telah menguasai di hati saya. Saya seolah sedang berdiri sendiri di bumi ini, sangat sendiri. Saya sangat ingin melupakan segalanya, tapi tidak bisa. Bahkan, untuk mencoba tidur dengan tenang pun saya tak kuasa.
Saya memiliki banyak teman. Tapi, saya sedih karena saya selalu membohongi mereka dengan senyuman saya yang dibuat-buat. Mereka menilai hidup saya tanpa beban, selalu bahagia karena bisa membuat mereka tersenyum dan tertawa. Hati saya remuk, seremuk-remuknya. Senyum saya adalah sebuah kebohongan untuk mereka. Saya sedih tidak menjadi seperti yang mereka ucapkan tentang saya. Saya ingin sekali menumpahkan beban saya kepada mereka, tapi tidak bisa. Kesalahan yang telah saya perbuat terlalu fatal. Saya terus dihantui.
Seseorang yang saya kira bisa selalu ada untuk saya ternyata justru sebaliknya. Saya pernah membicarakan hal ini kepada dia, bahwa saya tertekan dengan sesuatu yang tengah menghantui saya. Respons dia tidaklah membuat saya tenang, malah sebaliknya: sikapnya membuat saya terus merasa tertekan.
Saya tidak tahu harus bagaimana.
Saya bingung
Saya ingin sekali berdamai dengan diri saya, saya ingin sekali mencoba memaafkan diri saya sendiri dan merasakan kembali apa itu bahagia, tapi sulit. Sekarang saya tidak tahu harus bagaimana lagi saya melupakan semuanya.
Saya sangat berharap kali ini kakak-kakak di Mojok bisa membantu saya memecahkan masalah ini.
Salam,
~ Senja
Jawab
Dear, Senja.
Jujur, saya jadi super-mellow baca curhatanmu. Setidaknya, saya punya tiga alasan yang mendukung perasaan ini: 1) saya gampang baper; 2) ini kali pertama saya menjawab di rubrik Curhat; dan 3) saya jadi sibuk menerka-nerka kamu tuh kenapa si 🙁
Begini, Senja. Dari tulisanmu, saya paham kamu sedang merasa sangat sedih, tidak bahagia, sendirian, dan tidak didengar oleh siapa pun. Sayangnya, kamu tidak memberikan clue apa pun untuk saya analisis lebih lanjut. Apakah kamu sedih karena masalah keluarga? Apakah kamu merasa sendirian karena tidak satu kelompok belajar dengan teman-teman satu gengmu di kelas? Apakah kamu merasa tidak didengar karena semua orang sedang mendengarkan lagu pakai headset? Saya tidak tahu.
Pertama-tama, saya ingin sedikit membuka identitas: saya adalah fans JKT48. Membaca nama aliasmu, saya jadi teringat lagu JKT48 yang judulnya “Yuuhi wo Miteiru Ka?” (Apakah Kau Melihat Mentari Senja?). Apakah kamu tahu lagu itu? Menurut hemat saya, lebih baik kita dengarkan lagu ini dan cermati potongan liriknya dulu.
Karena tidak membuat keluarga dan teman,
dan orang di sekitar jadi khawatir,
kau paksakan tersenyum dan membuat kebohongan sedikit
Janganlah kau pendam semuanya di dalam hati…
Senja, kamu tidak usah berkerut-kerut begitu. Lirik lagu jeketi memang terjemahan dari lagunya AKB48 yang berbahasa Jepang, jadi mungkin agak-agak susah dipahami. Tapi intinya, lirik di atas menjelaskan keadaan yang sama seperti keadaanmu.
Bukankah kamu bilang sendiri bahwa kamu merasa tidak bahagia karena harus pura-pura bahagia di depan teman-temanmu? Kalau begitu, opsi yang tersedia untukmu hanya ada dua: 1) bercerita pada mereka; atau 2) jadi bahagia beneran.
Opsi pertama adalah saran yang sesuai dengan lagu tadi, yaitu janganlah kau pendam semuanya di dalam hati. FYI, terakhir kali saya memendam perasaan sendiri, akibatnya cukup fantastis, yaitu saya harus putus dengan laki-laki yang saya pacari selama tujuh tahun. Lagi pula, kelamaan memendam perasaan itu tidak sehat, Senja. Emosimu kelak jadi lebih labil dan kamu pun berpotensi tinggi memiliki banyak jerawat. Akibatnya, kamu justru harus menguras dana pribadimu untuk membeli krim anti-jerawat atau foundation dan bedak. Sangat tidak praktis, bukan?
Opsi kedua adalah cara paling sederhana yang bisa kamu lakukan: jadi bahagia beneran. Ya, daripada kamu harus pura-pura bahagia, kenapa kamu nggak bahagia beneran aja?
Mengatasi problem artinya harus menentukan pilihan. Apakah kamu sedang bingung menentukan pilihan? Jika ya, fokus saja ke soal itu, jangan dulu pedulikan soal tampil palsu di depan teman dan lain-lain. Selesaikan konflik kamu dan dirimu sendiri.
Kamu, misalnya, bisa membuat daftar apa keuntungan dan kerugian dari pilihan-pilihan yang tersedia. Dari daftar itu, pertimbangkan, pilihan yang mana yang kerugiannya bisa kamu jalani. Ya namanya pilihan, pasti masing-masing ada bagian senang dan tidak senangnya.
Kalau sudah ketemu, lagi-lagi kamu harus fokus pada misi menjalankan pilihan itu. Strategi apa yang akan kamu lakukan, pengorbanan macam apa yang harus kamu hadapi. Di sinilah prinsip menjadi penting.
Selama proses itu, kamu perlu ingat untuk tidak buru-buru. Ini semua proses. Cobalah santai, cobalah kuat beradapatasi, cobalah kuat jika menemui hambatan atau kegagalan. Menangis nggak apa-apa, tapi tetap harus kuat.
Senja, mari kita lihat kembali lirik lagu JKT48 yang kita bahas tadi:
Kau bergegas di jalan pulang seorang diri
Kenapa tidak hargai dirimu sendiri sedikit lagi
Yuk, mari lihat sedikit lebih baik
Supaya kau dapat hidup jadi diri sendiri
Simak lirik tadi baik-baik. Saya pribadi sangat setuju pada kalimat, kenapa tidak hargai dirimu sendiri sedikit lagi?
Dari seluruh rasa tidak bahagia dan penyesalan yang kamu rasakan, apa pun penyebabnya, kamu sebaiknya tidak terus-terusan menyiksa diri dengan perasaan bersalah. Mengutip sebuah quote yang pernah saya dapat lewat broadcast di grup WA, ingatlah bahwa sometimes you have to forget how you feel, and remember what you deserve.
Dan, Senja, you deserve to be happy.
Jangan lupa, kamu sendiri sudah menuliskan bahwa “ada Tuhan yang selalu mendengar umat-Nya”. Jadi, kamu tidak akan sendirian, sekalipun pacar dan orang terdekatmu mengabaikanmu.
Tidak usah pula berpikir untuk lompat ke jurang. Di jurang, belum tentu ada sinyal dan laptop untuk kirim curhat ke Mojok.
Salam sayang,
~ Aprilia Kumala yang oshi-nya Viny JKT48
BACA JUGA Panduan Awal bagi Kalian yang Baru Mulai Jadi Fans JKT48 dan jawaban curhat lainnya dari Aprilia Kumala.