Tanya
Dear Mas Agus.
Seperti yang Mas Agus ketahui, di masa pandemi corona ini, orang-orang mendadak beramai-ramai menekuni hobi bercocok-tanam. Entah memang sebagai upaya ketahanan pangan, atau memang sekadar sebagai pengisi waktu luang di masa bekerja di rumah.
Saya termasuk salah satu orang yang juga ikut tren bercocok tanam. Saya sempat memesan instalasi hidroponik untuk saya pasang di halaman rumah saya.
Awalnya saya memang murni hanya ikut-ikutan kawan-kawan saya satu kantor. Namun seiring berjalannya waktu, ternyata kegiatan bercocok tanam dengan metode hidroponik itu terasa semakin menyenangkan dan menarik minat saya.
Saya jadi ingin menyeriusi usaha hidroponik ini bukan sekadar sebagai pengisi waktu, namun juga sebagai sebuah usaha produksi yang bisa menghasilkan materi.
Namun, istri saya tampaknya tak terlalu suka dengan rencana saya. Ia pernah mengatakan pada saya bahwa saya sebaiknya hanya menjadikan hidroponik di halaman depan rumah saya itu hanya sekadar hobi saja. Istri saya menganggap bahwa menyeriusi usaha hidroponik hanyalah rencana konyol belaka sebab saya belum banyak punya ilmunya.
Saya sendiri menyadari bahwa ilmu saya tentang dunia hidroponik memang masih sangat minim. Kendati demikian, saya yakin, bahwa seiring berjalannya waktu, saya bisa belajar banyak dari kawan-kawan saya yang sudah lebih dulu sukses mendapatkan duit banyak dari hidronik dan bisa mengikuti jejak mereka.
Nah, menurut Mas Agus, apa yang harus saya lakukan untuk meyakinkan istri saya. Barangkali Mas Agus punya saran.
Begitu, Mas. Suwun.
~Andre.
Jawab
Dear, Andre.
Apa yang dirasakan dan dilakukan oleh istri Anda itu adalah hal yang lumrah dan wajar belaka. Sebagai istri, ia tentu punya banyak pertimbangan dan paham betul bagaimana diri Anda.
Ia mungkin paham bahwa Anda adalah orang yang tidak bisa konsisten dalam merawat tanaman, sehingga istri Anda yakin komitmen Anda tentang menekuni usaha hidroponik itu kelak akan berhenti di tengah jalan untuk kemudian terbengkalai. Atau bisa saja istri Anda paham bahwa Anda tidak becus dalam mengurus tanaman. Atau bisa saja ia punya kawan yang pernah berusaha menekuni usaha hidroponik namun gagal, sehingga istri Anda tak ingin hal yang sama terjadi pada Anda. Atau bisa saja-bisa saja yang lain. Yang jelas, istri Anda punya alasan tersendiri menolak rencana Anda menekuni usaha hidroponik itu.
Nah, seperti yang kita ketahui bahwa segala jenis keraguan tu hanya bisa dipatahkan dengan kepastian dan pembuktian. Begitu pula dengan yang terjadi pada Anda.
Sampai mencret pun saya yakin istri Anda tak bakal memuluskan jalan Anda dalam berhidroponik ria itu kecuali Anda memberikan pembuktian.
Maka, yang perlu Anda lakukan tentu saja adalah mulai mencoba menghasilkan uang dari usaha hidroponik Anda itu. Tentu dalam kadar yang kecil-kecilan dulu. Kadar hobi dulu.
Anda harus membuktikan dulu, bahwa dari lahan hidroponik terbatas yang hanya dalam kadar hobi itu ternyata mampu menghasilkan uang yang lumayan. Berikan uang tersebut kepada istri Anda.
Dengan itulah, Anda punya proyeksi tentang potensi penghasilan yang bisa Anda dapatkan dengan lahan yang lebih besar dengan efford yang lebih serius.
Jangan pernah berargumen jika Anda sama sekali belum bisa memberikan bukti, sebab itu hanya sia-sia belaka.
Ingat, satu bukti jauh lebih berguna ketimbang seribu argumen.
Selamat mencoba, selamat berusaha.
~Agus Mulyadi