MOJOK.CO – Status virus corona sudah pandemi. Perubahan status yang tentu memprihatinkan di tengah kemalangan yang dirasakan Juventus dan kekalahan Liverpool di Liga Champions.
Mulai 12 Maret 2020, WHO sudah resmi menetapkan peristiwa virus corona sebagai pandemi. Bukan lagi wabah atau epidemi, tetapi pandemi. Perubahan status ini perlu diwaspadai oleh semua negara di dunia ini. Sebuah perubahan status yang memprihatinkan. Terjadi sangat cepat, melingkupi kemalangan Juventus dan kekalahan Liverpool.
Rabu dini hari waktu Indonesia, saya terbangun pukul 02.00 dini hari. Saya sengaja tidak menyalakan alarm. Sejak sore saya sudah meniatkan diri untuk tidak menonton leg kedua Liga Champions antara Liverpool vs Atletico Madrid. Selasa (11/03), saya menulis di Terminal Mojok dan mencoba menganalisis kesulitan yang akan dihadapi oleh Liverpool.
Ketika terbangun pada pukul 02.00 dini hari, saya sadar kalau tidak mungkin bisa kembali tidur. Dengan mata yang berat, tetapi enggan tertutup kembali, saya buka aplikasi streaming pertandingan. Tentu saja yang ilegal. Selama hampir setengah jam, saya memandangi layar ponsel yang menayangkan begitu banyak iklan menunggu laga Liverpool dimulai.
Tidak sabar, saya tutup aplikasi streaming pertandingan dan membuka Twitter. Sedetik setelah terbuka, akun Fabrizio Romano yang kali pertama muncul. Jurnalis dari Italia itu baru saja mengumumkan kalau salah satu pemain Juventus, Daniele Rugani, positif virus corona. Sebuah kabar yang cukup mengagetkan, tetapi tidak mengherankan.
Sebuah kabar yang tidak mengherankan karena Italia merupakan wilayah pandemic virus corona tertinggi di luar China. Kematian yang tercatat sudah lebih dari 800 orang. Jika melihat kecepatan penularan virus corona, bukan tidak mungkin dalam beberapa hari ke depan, jumlah kematian menembus seribu orang.
Mempertimbangkan status virus corona yang sudah menjadi pandemi, tidak mengherankan pula kalau ada pesepak bola yang positif. Pemain pertama yang dinyatakan ositif virus corona adalah Timo Hübers, pemain Hannover 96. Sebuah klub yang saat ini bermain di divisi dua Liga Jerman. Tidak lama, bek Juventus, Rugani, juga positif virus corona.
Mendapati kabar tersebut, saya teringat dengan sebuah foto perayaan pemain Juventus setelah mengalahkan Inter Milan. Rugani ada di dalam foto itu. Apakah pemain Juventus lain sudah dikarantina? Kita semua tahu, selepas laga itu, Cristiano Ronaldo langsung terbang ke Portugal untuk menemani ibunya yang sedang sakit. Semoga kemungkinan terburuk tidak terjadi.
Inter Milan, yang juga mengetahui kabar ini, langsung mengkarantina para pemain. Meskipun Rugani tidak bermain dan hanya duduk di bangku cadangan, bukan tidak mungkin ada pemain Inter yang melakukan kontak fisik. Sekali lagi, Semoga kemungkinan terburuk tidak terjadi.
Masih terbayang berita bek Juventus yang positif virus corona, saya kembali membuka aplikasi streaming, yang tentu saja ilegal. Anfield, stadion yang magis itu penuh sesak. Kamera berganti-gantian menyorot ke tribun suporter Liverpool, lalu bergantian ke tribun yang disesaki suporter Atletico Madrid.
Jurgen Klopp terlihat uring-uringan ketika lewat dari lorong untuk masuk ke lapangan. Seorang fans mengajaknya untuk tos. Klopp tahu kalau kontak fisik bisa menularkan virus corona. Kalau tos bisa menularkan virus ini, bukankah adu fisik antara pemain, atau pelukan ketika selebrasi juga sama saja?
Kalau tos bisa menularkan, bukankah ketika memberi instruksi kepada pemain sebelum pergantian pemain juga bisa? Bagaimana dengan sikap fair play dengan membantu pemain lain berdiri? Bukankah juga bisa? Kenapa aksi-aksi itu tidak diperlakukan sama seperti bersalaman? Goblok sekali manusia-manusia ini.
Pertandingan berjalan sangat seru. Liverpool yang menekan hampir sepanjang laga unggul 1-0 di babak pertama lewat Gini Wijnaldum. Setelah Atletico sempat menyamakan kedudukan, Roberto Firmino menambah keunggulan Liverpool menjadi 2-1 di babak perpanjangan waktu. Ini gol pertama Firmino di Anfield sejak lama. Mungkin sudah ratusan tahun Firmino tidak membuat gol di Anfield.
Sudah unggul 2-1, kemenangan seperti datang dengan cepat. Namun, Atletico memberi bukti kalau fisik mereka jauh lebih segar ketimbang Liverpool yang gagap soal rotasi. Ketika laga berakhir, Atletico unggul dengan skor 2-3. Ini kekalahan Liverpool untuk kali pertama di Anfield selama 14 bulan, kalau saya tidak salah.
Setelah laga, para pemain bersalaman, berpelukan, sebagai bentuk fair play. Ketika melihat tubrukan badan sampai salam-salaman, saya cuma membatin: “Betapa bodohnya manusia-manusia ini.”
Otoritas sepak bola Inggris menunda laga Arsenal vs Manchester City karena beberapa pemain Arsenal terindikasi virus corona. Bukan soal laga yang ingin saya tekankan. Saya ingin mengingatkan kalau penularan virus ini skalanya global. Beberapa pemain Arsenal terindikasi positif virus corona setelah bertemu dengan pemilik Olympiakos, Evagelos Marinakis.
Kenapa keputusan ini tidak menjadi contoh? Menjadi peringatan kalau virus ini menular secara global, seperti status pandemi yang diputuskan oleh WHO? Oya, kamu sudah tahu bedanya pandemi, epidemi, dan wabah?
Wabah adalah istilah untuk menggambarkan kejadian luar biasa dengan lingkup yang kecil. Misalnya wabah kolera di sebuah desa. Sementara itu, epidemi merujuk ke wilayah geografis yang lebih luas. Misalnya virus corona yang kali pertama terdeteksi di Wuhan, China. Nah, pandemi adalah level selanjutnya dari epidemi.
Sifat pandemi adalah internasional dan di luar kendali. Misalnya virus corona yang sudah menyebar ke banyak negara dan belum bisa diatasi. Contohnya seperti ini. Ingat, ini contoh, bukan doa:
Ronaldo, yang pulang ke Portugal ternyata membawa COVID-19. Setelah beberapa hari, ditemukan kalau teman dan keluarga Ronaldo ikut positif COVID-19. Peristiwa ini memicu terjadinya wabah di kota yang ditinggali Ronaldo. Artinya, pengendalian penularan virus corona dianggap gagal dan menjadi sebuah pandemi.
Membaca pengertian ini, saya hanya bisa berdoa. Saya berdoa pemain atau suporter Atletico tidak membawa atau tertular setelah bermain dan berkunjung di Inggris untuk melawan Liverpool.
Kini, sudah saatnya menghentikan semua aktivitas sepak bola global. Saya tidak akan Lelah untuk mengingatkan kalau nyawa manusia itu tidak ternilai. Kamu tidak akan mati ketika tidak menonton sepak bola selama beberapa bulan. Kamu bisa “mati” kalau tertular virus corona dan tidak mendapatkan penanganan terbaik.
Hentikan dulu kebodohan orang-orang berpengaruh di sepak bola ini. Virus corona sudah menjadi pandemi. Pengaruhnya global dan belum bisa dikendalikan.
BACA JUGA Arsenal vs Manchester City Ditunda: Saatnya Menghentikan Semua Kompetisi? atau tulisan lainnya dari Yamadipati Seno.