MOJOK.CO – Kegoblokan hari ini. Kontrovesi Juventus yang seperti nggak habis-habis dan wacana Liga Inggris main di Australia. Nggak sekalian main di bulan?
Tahukah kamu, Cristiano Ronaldo pernah melempar mikrofon wartawan ke sebuah danau pada 2016? Tahukah kamu Kevin-Prince Boateng pernah menderita cedera karena terlalu sering berhubungan seks tanpa pemanasan? Sepak bola, di sisi terluar, menghadirkan kekonyolan.
Berbagai kekonyolan yang, yasudalah, bisa dipahami sebagai bagian dari sifat manusia. Kekonyolan yang bisa dimaafkan. Namun, ada kalanya, sisi terluar sepak bola menjadi sebuah pemandangan yang menjemukan. Ketika di dalamnya, sudah ada kata “jahat” yang bercokol. Sampai-sampai sudah bukan konyol lagi, tetapi goblok betul.
So, kegoblokan apa yang menjumpai kita di akhir minggu yang lalu? Namanya saja “panggung kehidupan”, drama selalu saja muncul.
Dari Serie A, sebuah kabar, aduh kok kayaknya tidak mengagetkan lagi, datang dari Juventus. Kalau soal kontroversi, nggak lengkap kalau nggak menyebut nama Juventus di dalamnya. Dan, kok ya lagi-lagi, melibatkan Inter Milan di dalamnya. Seakan-akan, drama Calciopoli beberapa tahun silam belum cukup.
Kali ini, rekaman VAR laga Juventus vs Inter Milan dilaporkan hilang. Padahal, potongan rekaman VAR itu menjadi bukti penting dari kontroversi laga Juventus vs Inter Milan musim lalu. Laga tersebut berakhir dengan kemenangan 3-2 untuk Juventus. Kemenangan yang membikin dominasi Si Nyonya Tua di Serie A tetap langgeng.
Dipikir pakai logika orang terpandai di dunia pun kok rasa-rasanya nggak bakal ketemu jawabannya. Bagaimana bisa, rekaman VAR sebuah pertandingan penting bisa hilang. Apalagi, yang hilang hanya satu “part” saja, bukan semuanya. Rekaman yang “dipotong” itu membuat eks Jaksa Penuntut FIGC, Giuseppe Pecoraco naik pitam.
“Kami membuka file itu dan satu-satunya bagian yang tak terekam adalah yang paling kami butuhkan yaitu saat Orsato berdiskusi dengan VAR mengenai keputusannya tak mengusir Pjanic. Mereka memberikan alasan kepada saya bahwa mereka telah menyerahkan semua rekaman dan rekaman pada momen itu memang tidak ada. Jelas mereka harusnya lebih transparan soal ini,” kecam Pecoraco.
Kok bisa hilang? Apakah Serie A pakai provider Telkomsel di mana sinyalnya sempat suram betul beberapa minggu yang lalu? Atau, jangan-jangan ketika pertandingan berjalan sempat mati listrik? Di Italia cuma ada PLN, ya? Tanpa kompetitor, ya? Yang kalau telat bayar langsung digasak, tapi kalau sering mati listrik nggak pernah kasih kompensasi itu? Atau, jangan-jangan meteran listrik udah bunyi tit tit tit tapi didiemin aja?
Nggak usah bikin teori konspirasi, deh. Nanti ditantangin sama Jerinx baru tahu rasa. Ayo Tirto sama VICE jangan lupa kirim perwakilan buat debat sama beliau. Hehehe….
Satu hal yang pasti, kejadian ini goblok betul. Kalau bukan kejahatan, mau nyimpulkan apa lagi? Hilang kok bisa di satu “part” aja. Goblok banget.
Liga Inggris, dengan begitu gobloknya, diwacanakan main di Australia
Lain Juventus vs Inter Milan, lain Liga Inggris. Sumpah, ini super goblok. Saya rasa, niatnya bukan mau bikin Liverpool juara semata. Ini sudah ada kepentingan bisnis, yang mana akan keganggu kalau liga dihentikan. Sebuah kepentingan yang seperti menutup mata akan keselamatan orang banyak.
Tapi ini baru sebatas wacana. Awalnya gara-gara ide Gary Neville, yang bilang Liga Inggris harus dilanjutkan, tapi di luar negeri, dengan model pertandingan tertutup. Yang perlu diluruskan, ini bukan ide resmi dari Liga Inggris. Ini baru wacana yang dilempar Neville dan dimakan oleh seorang agen bernama Gary Williams.
Saat ini, Gary Williams tinggal di Australia. Nampaknya, Williams sudah berbicara dengan Senator Perth, Glenn Sterle. Terbukti dari betapa bergairahnya Sterle “mengiklankan” Perth bakal menjadi tuan rumah yang baik untuk 20 tim Liga Inggris.
“Di sini hampir tidak ada kasus baru (corona). Yang perlu dipikirkan cuma masalah karantina untuk para pemain yang akan datang. Setelah selesai karantina, beres, siap untuk bermain. Ketika Gary menyampaikan ide ini, saya langsung berpikir kalau ini ide yang luar biasa,” kata Pak Senator.
“Saya senang dia mendapat respons yang sama dari beberapa orang di Liga Inggris yang sudah dia hubungi. Perth adalah pusat semesta olahraga Australia. Kami punya udara segar dan cuaca yang bersahabat. Tempat kami akan jadi tempat yang ideal,” tambahnya.
Sungguh meyakinkan, Pak Senator. Tinggal tambah kalimat, “Hari Senin harga naik,” pasti Feni Rose bangga setengah mati. Kegoblokannya melebihi kasus Juventus vs Inter Milan, nih.
Pak Senator ini pasti nggak belajar dari kisah corona di Indonesia. Ingat Pak Senator, penyebaran COVID-19 di Indonesia tidak bisa dibendung sejak awal berkat politikus yang congkak, sombong, dan menganggap semuanya baik-baik saja. Saya sarankan Pak Senator menyiapkan nasi kucing biar para pemain Liga Inggris terhindar dari corona (lagi).
Kamu tahu, FIFA sudah mengingatkan kalau sepak bola itu bukan lagi perhatian utama. Saat ini, keselamatan yang penting. Kenapa, sih, masih goblok, dengan memaksakan ide-ide berbahaya? Seakan-akan ratusan ribu nyawa yang gugur karena corona masih belum cukup.
Dasar homo sapiens. Kegoblokannya purba sekali. Itulah kegoblokan hari ini. Kontrovesi Juventus yang seperti nggak habis-habis dan wacana Liga Inggris main di Australia. Nggak sekalian main di bulan? Pasti aman dari corona. Sekalian jadi sampah antariksa saja.
BACA JUGA Virus Corona: Menghentikan Pertandingan, Menutup Keran Pemasukan atau tulisan lainnya dari Yamadipati Seno.