Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Beranda Balbalan

Ancelotti Membuktikan, Tottenham Hotspur Cuma Perlu Ditinggal Ngopi, Ntar Juga Kalah Sendiri

Yamadipati Seno oleh Yamadipati Seno
11 Februari 2021
0
A A
Ancelotti Membuktikan, Tottenham Hotspur Cuma Perlu Ditinggal Ngopi, Ntar Juga Kalah Sendiri MOJOK.CO

Ancelotti Membuktikan, Tottenham Hotspur Cuma Perlu Ditinggal Ngopi, Ntar Juga Kalah Sendiri MOJOK.CO

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Kalau lawannya cuma Tottenham Hotspur, memang sudah paling benar Ancelotti menyeruput kopi saja. Ntar Spurs pasti kalah sendiri.

“Carlo Ancelotti tampaknya lebih mengkhawatirkan suhu kopinya (ketimbang situasi pertandingan),” kata komentator setelah Everton mencetak gol kemenangan atas Tottenham Hotspur. Everton menang dengan skor 5-4 dan berhak melaju ke babak perempat final FA Cup.

Skor 5-4 bukan skor biasa terjadi untuk sebuah pertandingan sepak bola di dunia nyata. Skor yang bisa membuat jantung berdetak lebih kencang. Skor yang bisa membuat pelatih kehilangan kewarasannya, terutama ketika tim yang dia latih mencetak gol kemenangan di akhir pertandingan.

Perayaan gol dramatis itu pasti heboh banget. Jose Mourinho pernah “dibenci” publik Manchester United ketika merayakan gol kemenangan FC Porto. Mourinho berlari dari tribun bangku cadangan menuju sudut lapangan. Dia ikut merayakan gol itu bersama pemainnya. Saling peluk, lompat ke atas pemain lain. Heboh banget.

Mourinho juga pernah sliding on his knees ketika merayakan gol. Salah satu perayaan ikonik yang pernah terlihat adalah perayaan Diego Maradona ketika melatih timnas Argentina. Dengan rosario di tangan kanannya, dia berteriak histeris ketika Argentina mencetak gol kemenangan.

Bagaimana dengan Don Carlo Ancelotti ketika Everton mengalahkan Tottenham Hotspur dengan skor 5-4? Kamu bisa melihatnya sendiri dan tidak akan kehabisan rasa heran. Ketika Bernard mencetak gol kemenangan, dia malah sibuk meniup kopinya biar agak dingin, lalu menyeruputnya dengan santai.

Almarhum Didi Kempot pernah bilang. Kalau patah hati, mending dijogeti saja. Nah, Ancelotti nampaknya menemukan momen “namaste” ketika berada dalam tekanan. Bukan jogetin pertandingan, tapi tinggal ngopi saja, ntar Tottenham Hotspur pasti kalah sendiri.

Bagi Tottenham Hotspur, sejarah mereka dikenal dengan istilah spursy. Sejarah klub medioker yang tak pernah tahan menghadapi derasnya ekspektasi.

Sejarah menjadi pecundang itu berulang setiap tahun. Terutama ketika Spurs merasa dirinya bakal menjadi “kandidat juara”. Ya, mereka bahkan tidak kuat untuk memikul beban “kandidat”, belum lagi jika peluang menjadi juara itu terbuka. Oleh sebab itu, istilah spursy menjadi begitu lekat.

Urban Dictionary bahkan sudah memasukkan kata “spursy” sebagai entri mereka. Kata tersebut diberi makna ‘secara konsisten dan pasti gagal memenuhi ekspektasi’. Namanya saja pecundang kebablasan, ditinggal ngopi saja, nanti kalah sendiri.

Tottenham Hotspur memang seperti “kalah sendiri”. Lima gol Everton dicetak dengan sangat cantik. Namun, jika dilihat lagi prosesnya, semuanya berawal dari blunder para pemainnya. Bisa dibayangkan Mourinho pasti ngamuk-ngamuk di ruang ganti.

Mari lupakan sejenak sejarah pecundang Tottenham Hotspur. Mari kita mengagumi cara Ancelotti menghadapi tekanan.

Berapa banyak dari kalian yang mudah panik ketika kehidupan menjadi begitu berat? Berapa banyak dari kalian yang malah lari dari masalah alih-alih menghadapinya? Masalah akan selalu ada. Ketika kamu berlari ke ujung dunia pun, di sana sudah tersaji masalah untuk kamu nikmati.

Masalahnya ada di “cara menghadapi”, bukan lari untuk menghindar. Bagi saya, Carlo Ancelotti adalah segelintir pelatih di dunia ini dengan ketenangan melebihi pendeta zen paling tekun. Pengalaman heroik ketika masih menjadi pemain, hingga mental juara ketika melatih memupuk kekuatan Ancelotti.

Bukan, bukan menjadi “sosok super” yang selalu bisa menang melawan kehidupan. Ancelotti justru menghadapi semua masalah dengan menjadi manusia. Misalnya ketika awal menukangi Everton dan Don Carlo harus beradaptasi secepatnya dengan lingkungan baru.

Pendekatan personal dilakukan Ancelotti. Dia tidak hanya mengubah sistem di atas lapangan, tetapi merombak ulang “hubungan manusia” di antara pelatih dan pemain. Sebuah cara yang sangat sederhana, tetapi punya andil besar.

Rory Smith, lewat artikelnya yang tayang di New York Times menjelaskan bahwa cara Ancelotti mengambil hati pemain merupakan cara yang bijak. Ancelotti adalah pelatih yang berdedikasi kepada pekerjaannya. Dia sangat intens ketika melatih. Namun, hatinya sangat hangat ketika melakukan pendekatan kepada pemain.

Di tengah sesi latihan, misalnya, Ancelotti bisa tiba-tiba memanggil seorang pemain Everton untuk ngobrol di sisi lapangan. Tidak membicarakan sepak bola, tetapi Ancelotti bertanya soal rekomendasi acara televisi. Topik yang mereka obrolkan dari seri dokumentasi di Netflix berjudul The Cuba Libre Story sampai Game of Thrones.

Tema yang diobrolkan tidak ada kaitannya sama sekali dengan pertandingan. Namun, pelatih pemenang tiga piala Liga Champions dan seorang serial winners bersama AC Milan, Chelsea, Real Madrid, dan PSG itu mampu membuat pemain nyaman. Ketika pemain nyaman dan keberadaannya dianggap penting, proses yang agung itu bisa dijalani dengan hati riang.

Saya rasa fans Real Madrid akan selalu punya tabungan rasa terima kasih untuk Ancelotti. Bukan hanya soal legenda La Decima yang berhasil digapai, Ancelotti adalah sosok pelatih yang berjasa “mengajari” Cristiano Ronaldo menjadi sosok poacher paling efisien memanfaat peluang pada masanya.

Ronaldo sudah punya bekal menjadi striker hebat ketika dilatih Sir Alex Ferguson ketika bermain untuk Manchester United. Ancelotti membantu Ronaldo memaksimalkan potensinya menjadi penyelesai peluang yang efisien.

Salah satu yang diperlukan seorang poacher adalah ketenangan menempatkan bola di sudut yang paling sulit digapai kiper. Ancelotti menularkan ketenangan itu secara paripurna. Ketika Ronaldo sudah mekar sebagai poacher, Zinedine Zidane tinggal menikmati buahnya.

Mungkin, di mata Ancelotti, sepak bola tidak pernah menjadi beban hidup. Dia menikmati pertandingan dengan caranya sendiri. Mau pertandingan yang mudah, sampai drama dengan skor akhir 5-4. Di mata sesepuh pelatih Italia ini, semua tekanan itu sama saja.

Kuncinya ada di cara menghadapi tekanan, bukan lari menghindar. Kalau lawannya cuma Tottenham Hotspur, memang sudah paling benar ditinggal ngopi saja. Ntar Spurs pasti kalah sendiri.

BACA JUGA Spurs yang Spursy: Arsenal dan Manchester United Boleh Jadi Badut, tapi Status Pecundang Tetap Milik Tottenham Hotspur dan tulisan lainnya dari Yamadipati Seno.

Terakhir diperbarui pada 11 Februari 2021 oleh

Tags: AC MilanancelottiEvertonFA CupReal MadridspursTottenham Hotspur
Iklan
Yamadipati Seno

Yamadipati Seno

Redaktur Mojok. Koki di @arsenalskitchen.

Artikel Terkait

Silvio Berlusconi Abadi Bersama Angka 3 di Universe AC Milan MOJOK.CO
Esai

Silvio Berlusconi Abadi Bersama Angka 3 di Universe AC Milan

13 Juni 2023
Derby London Utara: Arsenal Atau Tottenham Hotspur, Siapa Lolos Ke UCL?
Movi

Derby London Utara: Arsenal Atau Tottenham Hotspur, Siapa Lolos Ke UCL?

12 Mei 2022
AC Milan Menatap Scudetto ke-19
Movi

Kebangkitan AC Milan: Kandidat Juara Serie A dan Pengaruh Paulo Maldini

24 Maret 2022
Kekerasan Seksual dan Pemerkosaan: Sisi Gelap Sepak Bola Dibongkar MOJOK.CO
Balbalan

Kekerasan Seksual dan Pemerkosaan: Sisi Gelap Sepak Bola Dibongkar

19 November 2021
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Pertama kali punya mobil pribadi. Niat pamer dan bikin panas tetangga di Pati malah jadi repot sendiri MOJOK.CO

Pertama Kali Punya Mobil Pribadi buat Pamer ke Tetangga, Malah Berujung Repot Sendiri hingga Dijual Lagi

16 Juni 2025
Bus ekonomi Mira, saksi perantau Surabaya nekat ke Jogja tanpa bekal apa-apa buat cari kerja. Tujuh jam menderita dengan kerandoman penumpang MOJOK.CO

Naik Bus Mira karena Pengin Nikmati Perjalanan dengan Harga Murah, Malah Menderita karena “Keanehan” Penumpangnya

16 Juni 2025
Tinggalkan Probolinggo untuk kerja di Korea Selatan demi bantu Ibu. Dapat cuan gede malah dituduh tetangga jual diri MOJOK.CO

Nekat Kerja di Korea Selatan demi Bantu Ibu, Dapat Cuan Gede Malah Dituduh Tetangga Jual Diri hingga Tak Mau Pulang Lagi

17 Juni 2025
Anaknya Ceweknya Punya Bakat, Jadi Rebutan Klub Sepak Bola, tapi Ayahnya Larang Nonton di Stadion MOJOK.CO

Seorang Ayah yang Menolak Tawaran Tiga Klub Sepak Bola yang Ingin Meminang Anak Perempuannya

20 Juni 2025
kuliah di Universitas Amikom Yogyakarta. MOJOK.CO

Bahagianya Mahasiswa Amikom Yogyakarta, Bisa Lulus Cepat dan Nggak Pusing Mencari Kerja bahkan Sebelum Wisuda

18 Juni 2025

AmsiNews

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Cara Kirim Artikel
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Kerja Sama
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.