Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Beranda Balbalan

AC Milan, Franco Baresi, Paolo Maldini, dan Agama Sepak Bola yang Dilungsurkan

Yamadipati Seno oleh Yamadipati Seno
31 Maret 2020
0
A A
AC Milan, Franco Baresi, Paolo Maldini MOJOK.CO
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Pengalaman jatuh cinta pertama kali dengan sepak bola tentu beragam. Saya dibuat jatuh cinta kepada AC Milan, Baresi, dan Maldini lewat sebuah lungsuran dari keluarga.

Dulu, jauh sebelum mengenal Arsenal, saya adalah pendukung AC Milan. Saya tidak ingat “ingin” mendukung klub ini dari dalam hati. Hanya saja, waktu itu, Serie A yang lebih akrab dengan saya yang masih bocah ketimbang Liga Inggris. Terlebih, beberapa keluarga saya, sejatinya, adalah Milanisti. Proses “jatuh cinta” itu seperti otomatis, meski tidak dengan hati.

Saya “dibabtis” menjadi fans AC Milan ketika mendapat “lungsuran” jersey Rossoneri dari kakak. Jersey yang masih kebesaran untuk saya yang masih SD. Ada nama Baresi dan nomor punggung enam yang dikeramatkan di punggungnya. Jersey yang sudah kakak saya pakai selama beberapa tahun. Jersey di mana lambang sponsor Opel di dada sudah agak buram.

Prosesnya “jatuh cinta” kepada AC Milan ini seperti seorang bocah yang mendapat “lungsuran” agama dari orang tuanya. Karena orang tua memeluk agam Islam, anaknya juga. Orang tuanya Katolik, anaknya juga. Begitulah. Tidak ada yang salah, meski seiring usia, bisa saja ganti agama.

Saya mengenal AC Milan lebih jauh berkat tabloid BOLA. Berkenalan dengan nama Franco Baresi pun dari tabloid sakti yang kini sudah almarhum itu. Tabloid, yang tidak hanya membuka cakrawala sepak bola di mata saya. Tabloid BOLA memberi saya pijakan untuk menjadi penulis sepak bola beberapa tahun kemudian.

Tabloid BOLA selalu menjadi rebutan kakak-kakak saya. Ketika tabloid itu sampai di tangan saya, kertasnya sudah lecek. Ujung kiri atas di bagian Internasional biasanya ditekuk kecil. Menandakan ada yang ingin membacanya lagi nanti di bagian itu. Atau, kakak saya ingin menggunting salah satu foto pemain sepak bola untuk dijadikan kliping.

Dulu, saya bisa menghabiskan waktu berjam-jam membaca BOLA di kamar kakak saya yang seperti “gudang” itu. Kasur busa dengan alas karpet lusuh, komputer yang masih menggunakan disket di sisi seberang pintu, tumpukan kaset Pearl Jam di atas meja kecil, kaos-kaos band yang tidak dicuci, dan seragam SMA yang digantungkan begitu saja. Hanya jersey AC Milan yang tergantung dengan kebersihan “yang agak dijaga”. Sebuah kamar khas anak SMA khusus anak cowok, boleh gondrong, dan kalau ke sekolah pernah pakai sarung dan kaos saja.

Kakak saya pernah gimbal, mirip Ruud Gullit. Dia nakalnya luar biasa. Kenakalan yang kayaknya mandarah daging di keluarga saya. Lungsuran juga. Dia pernah ditangkap tentara pada 1998 setelah makan soto sepulang sekolah karena dikira pendemo. Ya itu tadi, sekolah pakai pakaian bebas, basah oleh keringat karena makan soto. Sepulang dari rumah sakit tantara, ada jejak sepatu lars di dada sebelah kanan.

Saya mengenal AC Milan di sebuah zaman peralihan. Zaman ketika mahkota Baresi, secara perlahan, mulai dilungsurkan ke Paolo Maldini. Pemain dengan mata tajam yang memukau mata saya ketika menyaksikannya lewat layar kaca. Pemain dengan kejelian melepaskan tekel, yang menjadi inspirasi saya ketika bermain sepak bola.

Proses jatuh cinta ke Maldini sama seperti proses “jatuh cinta” kepada AC Milan, lalu Baresi. Semuanya lungsuran. Diajarkan secara perlahan oleh kakak saya. Diamini dan diperkuat oleh mata saya yang terpukau lewat layar kaca.

Terkadang, saya sering heran dengan kesukaan saya akan cara bertahan sebuah tim. Kalau dilacak lebih jauh, mungkin awal kecintaan saya kepada AC Milan yang menjadi penyebab.

Pemain-pemain awal yang saya idolai adalah para bek; Baresi lalu Maldini. Setelah itu baru bergeser ke depan; Andrea Pirlo, Fernando Redondo, Rui Costa, Kaka, Filippo Inzaghi, Sebastian Deisler, Juan Roman Riquelme, Alen Boksic, Zinedine Zidane, Adriano, Dennis Bergkamp, Thierry Henry, Abou Diaby, dan the one and only, The Divine Ponytail, Roberto Baggio.

Selain Baresi dan Maldini, cinta untuk pemain lain saya pelajari sendiri. Semua pemain berkesan. Namun, seperti kata orang-orang, cinta pertama selalu meninggalkan kesan mendalam. Saya jatuh cinta dengan sangat cepat kepada Roberto Baggio dan bertahan hingga kini. Namun, kesan yang menjadi jejak di hati itu tetap kepada AC Milan itu sendiri, lalu Baresi dan Maldini.

Itulah awal mula saya mencintai sepak bola. Dari melihat, lalu diajarkan. Lewat merekam dengan mata, lalu dijelaskan. Sepak bola di sejarah hidup saya akan selalu beririsan dengan AC Milan, Baresi, dan Maldini. Sebagai cinta pertama, saya yakin ingatan akan tiga entitas itu tidak akan hilang hingga saya tutup usia kelak.

Awal mula kecintaan kepada sepak bola memang unik. Beragam untuk setiap orang. Bagi saya, sebuah “agama” ini dilungsurkan oleh keluarga, baik soal PSIM Yogyakarta maupun AC Milan. Saya yakin pengalaman ini mungkin kamu rasakan juga. Ketika sepak bola dilungsurkan seperti layaknya agama.

Terkadang, rasa kangen dengan proses awal jatuh cinta kepada sepak bola itu menyeruak. Sebuah rasa yang masih murni. Rasanya seperti anak kecil yang mencintai dongeng. Terpukau oleh cerita kakak tentang kehebatan Baresi dan Maldini sembari ditemani Jeremy, Mind Your Manners, dan Given to Fly dari Pearl Jam.

BACA JUGA Mencintai Serie A Lewat Kejayaan Juventus dan Kejatuhan AC Milan atau tulisan lainnya dari Yamadipati Seno.

Terakhir diperbarui pada 31 Maret 2020 oleh

Tags: AC MilanArsenalFranco BaresiHenryInzaghiliga inggrismilanPaolo MaldiniSerie Atabliod bola
Iklan
Yamadipati Seno

Yamadipati Seno

Redaktur Mojok. Koki di @arsenalskitchen.

Artikel Terkait

Untung Mohamed Salah Nggak Jadi Buruh di Indonesia MOJOK.CO
Esai

Beda Nasib Mohamed Salah dan Pekerja di Indonesia saat Menyuarakan Hak: Menghasilkan Ketimpangan yang Dinormalisasi

6 Januari 2025
Kegilaan Cinta Sejati di Napoli: Antara Sepak Bola dan Maradona MOJOK.CO
Esai

Menyaksikan Kegilaan Cinta Sejati di Kota Napoli: Antara Copet, Kota Bau Pesing, Sepak Bola, dan Maradona

31 Desember 2024
Rokok Ilegal identik dengan Liga Inggris, yang Legal Liga Italia MOJOK.CO
Esai

Kenapa, ya, Rokok Legal Identik dengan klub Liga Italia, sementara Rokok Ilegal Lebih Dekat dengan klub Liga Inggris?

9 November 2024
Vidio vs Rp18 Triliun Live Streaming Ilegal Jelang Liga Inggris MOJOK.CO
Esai

Vidio Wajib Cemas. Menjelang Liga Inggris, Keuntungan Live Streaming Ilegal Mencapai Rp18 Triliun!

9 Agustus 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Paksa dibelikan bapak iPhone 14 Pro demi gaya, kini sia-sia MOJOK.CO

Maksa Beli iPhone demi Gaya sampai Diamkan Bapak Berhari-hari, iPhone 14 Pro Terbeli tapi Hidup Jadi “Berantakan dan Menderita”

17 Juli 2025
Rasanya Ditipu Suami Naik Sepeda Lewat Jalur Biadab MOJOK.CO

Rasanya Ditipu Berkali-kali sama Suami Saat Naik Sepeda Jarak Jauh, Menempuh 55 Kilometer via Jalur Biadab Menuju Waduk Sermo

18 Juli 2025
Sulitnya Jadi Penjual Warteg: Sehari-hari Siapkan Makanan Enak dan Murah, tapi Kurang Dihargai Pembeli Mojok

Sulitnya Jadi Penjual Warteg: Sehari-hari Siapkan Menu Enak dan Murah, tapi Kerap Kurang Dihargai Pembeli

16 Juli 2025
4 Dosa Warmindo yang Bikin Tempat Ini Nggak (Perlu) Lagi Jadi Top of Mind Tempat Makan Mahasiswa, Mending Penyetan!

4 Dosa Warmindo yang Bikin Tempat Ini Nggak (Perlu) Lagi Jadi Top of Mind Tempat Makan Mahasiswa, Mending Penyetan!

14 Juli 2025
4 Dosa Warteg Mempermainkan Menu demi Untung Besar, tapi Bikin Rugi Pelanggan Mojok.co

4 Dosa Warteg Mempermainkan Menu demi Untung Besar, tapi Bikin Kapok Pelanggan

15 Juli 2025

AmsiNews

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Cara Kirim Artikel
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Kerja Sama
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.