MOJOK.CO – Seorang dosen Universitas Tarumanagara baru saja mendapatkan gelar akademiknya yang ke-13. Kira-kira apa alasan beliau semangat banget sekolah, ya?
Jika kita bangga secara berlebihan hanya karena baru saja lulus S-1, lantas bikin acara perayaan yang terlalu hura-hura, mungkin kita perlu merasa malu karena hal tersebut tidak ada apa-apanya dibandingkan salah satu dosen Universitas Tarumanagara (Untar) Jakarta bernama Yenita. Tidak tanggung-tanggung, beliau memiliki 13 gelar akademik sekaligus.
Beliau baru saja mendapatkan gelar doktor kedua di bidang hukum dari Universitas Pelita Harapan, pada Juli lalu. Tiga belas gelar tersebut di antaranya, satu gelar sarjana, sepuluh gelar master, dan dua gelar doktor. Jadi, kalau namanya disebutkan dengan seluruh gelar akademik yang dia miliki, kira-kira akan seperti ini, Dr. Dr. Yenita, S.E., M.M., M.B.A., M.Si., M.T., M.H., M.Pd., MAK., M.E., M.Ikom., M.M.S.I.
Btw, kira-kira, Bu Yenita inget nggak ya, sama gelarnya tersebut? Atau malah punya catatan khusus dan dibuka pas lagi dibutuhkan? Hehehe.
Mungkin, tidak semua orang menganggap memiliki gelar akademik yang banyak adalah sebuah kebutuhan. Maksudnya, ya, ngapain sih, harus punya gelar akademik double-double? Kok ya, ambisius amat~
Akan tetapi, mungkin bagi beliau, ini tuh sudah dipikirkan baik-baik. Maksudnya begini, ya gelar yang beraneka ragam itu diperlukan untuk berjaga-jaga. Jadi, kalau ada lowongan pekerjaan yang hanya mengkhususkan gelar tertentu, beliau sudah siap sedia. Dan nggak perlu ribet harus kuliah dulu.
Bukankah di zaman yang serba cepat ini, menjadi multitalent adalah hal yang begitu penting? Jadi, ketika bisa menjadi pribadi yang punya kemampuan akan banyak hal, bakal aman-aman saja. Lha wong punya banyak alternatif cara untuk bertahan hidup.
Atau misalnya, hal ini dikarenakan keinginan lain. Beliau memperjuangkan gelar akademiknya sampai segitu banyaknya itu, ya memang karena pengin aja. Beliau memang senang belajar tentang berbagai hal. Jadi, soal gelar akademik yang didapatkan, sebetulnya itu sekadar bonus.
Banyak yang menganggap bahwa pencapaian tersebut karena Bu Yenita adalah sosok yang ambisius. Lha, memangnya apa yang salah dengan menjadi sosok yang ambisius? Selama yang sedang diperjuangkan Bu Yenita selama ini nggak merugikan orang lain, terus urusannya sama mereka apa?
Ya, begitulah. Terkadang keinginan untuk mengkritik dan iri memang beda tipis. Padahal kan, tinggal diapresiasi aja beres. Lha wong, setiap orang itu beda-beda. Jadi, passion satu orang ke orang yang lain, itu nggak bisa disamakan begitu saja.
Udahlah, kalau kita-kita memang lulusnya kuliahnya lama karena memang nggak passion belajar di kelas-kelas akademik, ya diakui aja. Nggak perlu malah nyinyirin sosok yang seneng belajar di kelas akademik. Kalau nyinyir sih, itu iri namanya.