Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Corak Curhat

Sadar Dimanfaatkan Gebetan, tapi Masih Tetep Sayang

Audian Laili oleh Audian Laili
12 Juni 2019
A A
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Terkadang rasa sayang memang bikin bucin nggak ketulungan. Nggak heran, masih tetep sayang aja meski sudah dimanfaatkan gebetan.

TANYA

Salam Kenal Mbak Audian.

Nama saya Aris, dari Batang. Jadi masalahnya begini Mbak Au, ketika itu saya memiliki teman dekat dan hendak menjadikan ia sebagai pacar saya—sebut saja namanya Merin. Wanita yang saya idamkan sebagai pengisi kekosongan hati, pelipur lara, dan motivasi.

Merin yang awalnya begitu bahagia dan merasa nyaman dengan saya ini, ternyata ada maunya, Mbak Au. Mulai dari menyuruh saya untuk mengambilkan orderan pakaiannya, hingga membelikan kuota untuknya.

Saya berfikir bahwa ini akan menjadi masalah besar jika dimanjakan terus-menerus. Apa lagi di saat kanker (kantong kering). Kemudian saya berinisiatif sedikit mengurangi ketergantungannya dengan strategi yang telah saya susun berhari-hari. Begini strateginya, ketika Merin meminta saya untuk mengambil makanan yang telah diorder, biasanya dia langsung mencari saya melalui ponselnya. Di chatting-lah saya via WhatsApp. “Mas posisi dimana? Segera ambilkan ya orderanku, dan seperti biasa belum saya bayar.” Bujuk Merin pada saya.

Nah, saya berusaha tak membalasnya. Lalu pada keesokan harinya, dia juga memesan pakaian. Akan tetapi, dia langsung mengambilnya sendiri tanpa menyuruh saya lagi. Merin pun memperlihatkan orderannya pada saya, sehingga saya jadi tahu.

Berhasil pada strategi saat itu, pada Minggu berikutnya Merin tak lagi menghubungi saya. Selain itu, setiap saya chatting melalui WhatsApp, selalu saja bercentang dua warna biru. Iya sih, memang perintah pertama adalah membaca, tetapi yang saya butuhkan saat itu adalah balasan kabar darinya, Mbak Au.

Akhirnya saya beranikan menelpon. Iya, diangkat, tetapi kalimat, “saya ini hanya temanmu” keluar dari ucapan Merin. Saya tak boleh menangis, bayangkan saja ketika laki-laki menangis hingga membasahi kumis dan brewoknya.

Dia menghilang bak ditelan zaman. Meski ia belum gentayangan, sampai saat ini sosok Merin terbayang-bayang di benak saya, Mbak Au. Lantaran saking kuatnya sinyal saya padanya, lalu bagaimana biar tak terbebankan dalam pikiran saya dan kiranya tak menganggu aktivitas keseharian saya?

Terimakasih banyak Mbak Au sudah membacanya. Semoga pencerahan dari Mbak Au dapat membantu menyelesaikanya.

Salam dari saya, Aris dari Batang.

JAWAB

Hai Mas Aris yang baik dan penuh taktik. Begini ya, Mas, fyi aja, siapa yang nggak ngebolehin laki-laki menangis hingga membasahi kumis dan brewoknya? Memangnya, siapa yang ngelarang? Heh? Kalau mau nangis, mah, ya nangis aja. Keluarkan emosi-emosi negatif dan kekecewaan yang datang dengan keterlaluan itu, biar sampeyan lega. Kalau sampeyan memilih menahannya hanya karena gengsi dan malu sama brewok, ya nggak apa-apa, sih. Asalkan sampeyan rela-rela aja kehidupan selanjutnya berjalan dengan membawa beban yang nggak perlu-perlu amat untuk dipikul.

Iklan

Ngomong-ngomong, sungguh saya mengapresiasi cara sampeyan supaya tidak dimanfaatkan gebetan terlalu dalam. Ya, cinta terkadang memang bisa sebajingan itu. Bagaimana bisa, kita masih suka, kagum, dan sayang pada seseorang yang sudah jelas-jelas menjadikan kita sebagai budaknya—yang bisa disuruh-suruh dengan seenaknya dan kalau sudah nggak bisa diandelin, ya di-bhay gitu aja.

Alih-alih menjadikan hubungan tersebut untuk saling mengenal satu sama lain. Kedekatan tersebut justru dimanfaatkan gebetan diam-diam. Eh, kalau yang sampeyan alami, nggak diam-diam, ding. Itu sih sudah alami, sudah nyata adanya betul.

Oleh karena itu, bagaimana sebaiknya? Ya, sebaiknya sampeyan mengikhlasan kedekatan yang masih dalam proses dipupuk itu. Lantas bersyukur dapat terlepas dari hubungan yang hanya membuat sampeyan berjuang sendirian.

Mas Aris, yang namanya hubungan itu harus ada ketersalingan. Kalau dalam hubungan tersebut hanya sampeyan yang mengusahakan, mendingan nggak usah diteruskan. Selain hanya bakal bikin sakit hati, juga bakal merugikan sampeyan secara waktu dan materiil juga. Sungguh ini sangat eman-eman.

Bukankah lebih baik sampeyan berusaha mengenal manusia yang lain? Yang lebih memanusiakan sampeyan? Serta tidak berperilaku sewenang-wenang dan seenaknya sendiri? Hmmm?

Dari proses pendekatan saja, sampeyan sudah dimaanfaatkan gebetan sedemikian rupa. Dia sudah berani meminta dibayari segala belanja online-nya. Bahkan nggak cuma minta dibayari, tapi dia juga menyuruh-nyuruh sampeyan jadi kurir antarnya sekalian? Bukankah itu sudah kurang ajar betul?

Lantas, bagaimana kalau hubungan tersebut naik tingkat jadi pacaran? Saat dia merasa sampeyan adalah miliknya seutuhnya? Kira-kira, apa lagi yang bakal dia minta dari sampeyan? Minta beliin rumah? Beliin mobil? Naikin haji? Minta tolong sampeyan buat bersihin rumahnya sekalian nyuciin baju seluruh anggota keluarganya? Bakal sejauh apa, sampeyan terjebak dalam sebuah kebucinan tak bergaransi tersebut?

Jadi, Mas Aris. Sudah, nggak perlu merasa menyesal dan eman dengan proses yang telah dijalani sebelumnya. Nggak usah eman terpisah dengan mbaknya yang sudah berhasil bikin sampeyan kepincut. Dengan kebaikan dan ketulusan sampeyan, tenang saja, sampeyan berhak mendapatkan yang jauh lebih baik. Yang bakal jauh lebih menghargai sampeyan sebagai partner, pasangan, atau apalah itu sebutannya.

Memang betul, orang tua sampeyan mengharapkan sampeyan jadi manusia yang bermanfaat. Tapi, nggak dimanfaatkan gebetan juga kali, Mas~

Pokoknya sih, sebelum sampeyan sibuk untuk menghargai orang lain, jangan lupa untuk belajar menghargai diri sendiri, Mas. Jadi, selamat menemukan~

Terakhir diperbarui pada 12 Juni 2019 oleh

Tags: bucindimanfaatkan gebetangebetanpdkt
Audian Laili

Audian Laili

Redaktur Terminal Mojok.

Artikel Terkait

Refleksi Akhir Tahun: Kisah-kisah Move On Karena Cinta yang Kandas MOJOK.CO
Ragam

Refleksi Akhir Tahun: Kisah-kisah Move On dari Cinta yang Kandas

26 Desember 2023
Sambatan-sambatan Orang Umur 30 Tahun
Pojokan

Sambatan-sambatan Orang Umur 30 Tahun

28 Juni 2021
Pojokan

Arti Ghosting dan Terminologi Mbulet Lain soal Dunia Perkencanan

9 Maret 2021
Esai

Masih Mau Jadi Bucin Pemerintahan Pak Jokowi Pada Situasi Begini?

13 Juni 2020
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
musik rock, jogjarockarta.MOJOK.CO

JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan

5 Desember 2025
Gowes Ke-Bike-An Maybank Indonesia Mojok.co

Maybank Indonesia Perkuat Komitmen Keberlanjutan Lewat Program Gowes Ke-BIKE-an

29 November 2025
S3 di Bandung, Istri PNS Makassar- Derita Jungkir Balik Rumah Tangga MOJOK.CO

Jungkir Balik Kehidupan: Bapak S3 di Bandung, Istri PNS di Makassar, Sambil Merawat Bayi 18 Bulan Memaksa Kami Hidup dalam Mode Bertahan, Bukan Berkembang

1 Desember 2025
pendidikan, lulusan sarjana nganggur, sulit kerja.MOJOK.CO

Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada

5 Desember 2025
Maybank Cycling Mojok.co

750 Pesepeda Ramaikan Maybank Cycling Series Il Festino 2025 Yogyakarta, Ini Para Juaranya

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.