Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

Kita yang Pernah Dibonceng Jas Hujan Ponco Kelelawar Saat Hujan Deras Adalah Jiwa-jiwa Kuat

Ajeng Rizka oleh Ajeng Rizka
20 Juli 2021
A A
Kita yang Pernah Dibonceng Jas Hujan Ponco Kelelawar Saat Hujan Deras Adalah Jiwa-jiwa Kuat

Kita yang Pernah Dibonceng Jas Hujan Ponco Kelelawar Saat Hujan Deras Adalah Jiwa-jiwa Kuat

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Jas hujan ponco, atau ada juga yang menyebutnya jas hujan kelelawar memberikan pengalaman mobat-mabit tak terlupakan.

Ketika orang-orang mulai meromantisasi hujan, jujur saja saya termasuk orang yang muak. Saya tahu hujan itu mengandung suasana asyik, bahkan kata seorang kawan binal saya, orang yang bilang hujan-hujan enaknya makan bakso belum pernah merasakan enaknya kelon. Punten, bodo amat. Yang jelas saat hujan dan saya sedang ada di luar rumah, mau nggak mau saya harus rela kehujanan. Di masa perjuangan dulu, penangkal hujan yang sudah paling maksimal ya cuma payung dan jas hujan ponco atau jas hujan kelelawar.

Dulu ketika SMP, bapak saya adalah tipe orang yang mungkin terlalu mager. Blio jarang mau mengantar saya ke sekolah, tapi memberi mandat pada karyawan toko blio yang sejak pagi sudah standby. Saya ingat betul namanya Mas Muh, dia selalu mengantar saya ke sekolah dan saya pun bebas request. Mau ngebut, mau muter alun-alun dulu biar bisa salim sama guru, atau mau lewat belakang sekolah biar bisa beli cilok sebelum masuk. Dalam masa-masa itu, beberapa kali saya harus bersiap menghadapi malas sekolah karena hujan. Ndilalah, bapak saya memang agak pelit, nggak mau ngeluarin mobil cuma demi nganterin anaknya biar nggak kehujanan. Kata blio: bisa pake jas hujan ponco sambil boncengan. Iya bisa sih… ya tapi. Hash.

Saya yakin bukan cuma saya di dunia ini yang malas kalau diboncengin pas hujan deras dan pakai jas hujan ponco. Gimana ya, sampai tujuan bisa tetap basa gitu lho. Selain itu, masa-masa menyelubungi diri dengan sayap kelelawar jas hujan itu beneran bikin siapa pun berkontemplasi. Melamun dan membayangkan bagaimana seandainya ini adalah upaya penculikan dari bapak-bapak brewok yang sudah menunggu di dalam mobil Jeep. Krukuban jas hujan ini memang peristiwa abstrak.

Di dalam sana gelap gulita, kita bukan cuma nggak bisa melihat jalanan seperti saat kondisi terang, melainkan kita juga nggak bisa dengar apa-apa selain suara hujan dan suara jas hujan yang mobat-mabit terbawa angin. Sesekali, ujung jas hujan ponco yang tebal itu menampar-nampar kaki sampai pedas. Aduuuh, rasanya pengen diusap-usap buat mengurangi sakitnya, tapi kok gerakan terasa terbatas saat itu.

Selain serasa “dibutakan” dan “ditulikan” jas hujan ponco telah punya andil besar dalam membuat leher kecengklak. Nggak tahu kenapa kalau nggak menunduk kok nggak bisa. Padahal, saya bisa saja memilih tegak dengan risiko punggung bakal terkenal percikan air lebih banyak. Saya juga bisa sedikit melengkungkan punggung ke depan biar leher saya nggak ikutan spaning. Masalahnya begini, saat dibonceng pakai jas hujan ponco kedua tangan kita harus aktif memegangi bagian “sayap kelelawar” biar nggak menggila mobat-mabitnya. Semua daya upaya ini dilakukan agar kita nggak kebasahan nantinya. Dalam kasus saya yang lagi pakai seragam, ini jadi hal yang cukup krusial. Maklum lah, kalau Senin, seragamnya juga bakal dicantolin dan dipakai lagi besok.

Akibat posisi menunduk di dalam jas hujan ponco, penglihatan kita terbatas seputar jalan, sepatu, dan footstep belakang motor yang dramatis. Sesekali kalau hujannya terlalu deras, saya perlu membungkus sepatunya ke dalam tas kresek lalu mengenakan sandal jepit. Kalau salah perkiraan dan nekat pakai sepatu, sepanjang ikut pelajaran di kelas saya harus rela bertahan pakai sepatu basah. Nantinya sepatu basah itu juga akan menghasilkan wewangian kaki nan semerbak. Ya Tuhan, seketika itu saya pengin ngambek ke bapak saya yang nggak mau nganterin pakai mobil.

Jangan tanya kenapa saya nggak naik angkutan umum atau bus. Naik angkutan umum nggak bisa langsung sampai sak jeg sak nyek di depan sekolah. Saya juga perlu jalan lumayan jauh dulu. Jalurnya nggak sesuai memang. Nah, saya kan jadi perlu bawa payung yang bakal menyumbangkan beban lumayan ke tas saya yang isinya sudah buku-buku cetak berat ditambah kotak pensil bertingkat itu. Nggak maulah saya. Mending naik motor, biar lebih efisien nggak terlambat juga. Jujur saja saya memang semalas itu dan sering berangkat sekolah mepet bell jam masuk. Atas alasan inilah jika hendak berangkat sekolah dan hujan deras, mau nggak mau saya harus rela bergumul dengan jas hujan ponco lagi dan lagi, sampai saya jadi siluman kelelawar.

Sekarang, inovasi jas hujan sudah terlalu canggih. Bahkan kita bisa aja beli jas hujan kang becak yang harganya cuma goceng. Kalau bapak-bapak nggak mau ngeluarin mobil karena PR mencucinya nanti, anak-anak sekarang bisa naik ojol, aksesnya juga kelewat mudah. Dulu mah, boro-boro yah. Punya jas hujan ponco saja sudah syukur. Jas hujan legend itu bahkan dipertahankan betul, kalau sobek dilakban lagi, kalau lumutan dicuci sampai bersih. Ada masa si kelelawar jadi penyelamat orang-orang menerjang derasnya titik air.

BACA JUGA Membandingkan Jenis-jenis Jas Hujan: Mana yang Terbaik? dan tulisan AJENG RIZKA lainnya.

Terakhir diperbarui pada 21 Juli 2021 oleh

Tags: jas hujanjas hujan poncomasa sekolahnostalgia
Ajeng Rizka

Ajeng Rizka

Penulis, penonton, dan buruh media.

Artikel Terkait

pulang ke rumah, merantau.MOJOK.CO
Catatan

Duka Setelah Merantau: Ketika Rumah Menjadi Tempat yang Asing untuk Pulang

16 September 2025
Tak Cuma Untuk Belanja, Circle K Juga Jadi Penolong Orang-Orang Kere di Tanggal Tua.MOJOK.CO
Catatan

Tak Cuma Untuk Belanja, Circle K Juga Jadi Penolong Orang-Orang Kere di Tanggal Tua

20 Januari 2025
ilustrasi Winamp Akan Kembali dengan Wajah Baru, Yakin Bakal Saingi Spotify dan YouTube? mojok.co
Pojokan

Winamp Akan Kembali dengan Wajah Baru, Yakin Bakal Saingi Spotify dan YouTube?

26 November 2021
ilustrasi Petualangan Sherina Menyumbang 7 Kebiasaan Kocak Penontonnya mojok.co
Pojokan

Petualangan Sherina Menyumbang 7 Kebiasaan Kocak Penontonnya

18 November 2021
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

elang jawa.MOJOK.CO

Upaya “Mengadopsi” Sarang-Sarang Sang Garuda di Hutan Pulau Jawa

22 Desember 2025
bantul, korupsi politik, budaya korupsi.MOJOK.CO

Raibnya Miliaran Dana Kalurahan di Bantul, Ada Penyelewengan

16 Desember 2025
Drama sepasang pekerja kabupaten (menikah sesama karyawan Indomaret): jarang ketemu karena beda shift, tak sempat bikin momongan MOJOK.CO

Menikah dengan Sesama Karyawan Indomaret: Tak Seperti Berumah Tangga Gara-gara Beda Shift Kerja, Ketemunya di Jalan Bukan di Ranjang

17 Desember 2025
Warteg Singapura vs Indonesia: Perbedaan Kualitas Langit-Bumi MOJOK.CO

Membandingkan Warteg di Singapura, Negara Tersehat di Dunia, dengan Indonesia: Perbedaan Kualitasnya Bagai Langit dan Bumi

22 Desember 2025
Gagal dan tertipu kerja di Jakarta Barat, malah hidup bahagia saat pulang ke desa meski ijazah S1 tak laku dan uang tak seberapa MOJOK.CO

Dipecat hingga Tertipu Kerja di Jakarta Barat, Dicap Gagal saat Pulang ke Desa tapi Malah bikin Ortu Bahagia

19 Desember 2025
Pasar Petamburan di Jakarta Barat jadi siksu perjuangan gen Z lulusan SMA. MOJOK.CO

Pasar Petamburan Jadi Saksi Bisu Perjuangan Saya Jualan Sejak Usia 8 Tahun demi Bertahan Hidup di Jakarta usai Orang Tua Berpisah

19 Desember 2025

Video Terbaru

Sepak Bola Putri SD Negeri 3 Imogiri dan Upaya Membangun Karakter Anak

Sepak Bola Putri SD Negeri 3 Imogiri dan Upaya Membangun Karakter Anak

20 Desember 2025
SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025
Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

17 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.