MOJOK.CO – Banyak harapan vs kenyataan dalam memanjakan kucing yang terlampau pahit. Sehingga dalam praktiknya, pelihara kucing adalah seni melatih kesabaran.
Sebagai hewan yang katanya paling ideal untuk dipelihara, kucing itu sebenarnya bisa dinilai secara universal. Pokoknya mereka pemalas, hobi tidur siang, doyan makanan amis dan ikan-ikanan, dan di waktu senggang menyukai bermain tali-talian.
Saya nggak lagi drama, tapi betulan. Menurut pengakuan beberapa teman dan pengalaman saya pribadi, memelihara kocheng itu layaknya punya balita yang lagi girang-girangnya main. Kelakuan mereka biasanya tidak terprediksi.
Suatu kali saya dan adik saya pernah memelihara kucing yang kami beri nama Widhiastuti. Iya, kami tau manggilnya sulit, tapi karena kocak, nama itu bertahan. Widhiastuti adalah kucing kampung dengan corak hitam abu-abu. Cukup biasa, tapi wajahnya imut dan sikapnya tidak pemalu.
Ketika itu lagi hits banget memelihara kucing anggora dengan cara perawatannya yang kelewat fancy. Saya dan adik saya jadi kepengin memanjakan kucing Widhiastuti layaknya orang-orang memanjakan anggora. Kami bahkan sempatkan nabung buat beli pasir kucing. Semua demi kamu, Widhiastuti~
Langkah pertama, saya dan adik saya ngetes apakah Widhiastuti doyan snack kucing kemasan. Jujur saja, kami meminta makanan kucing tetangga dan membawanya pulang satu genggam. Sayangnya, Widhiastuti enggan. Dia hanya doyan nasi pindang. Kadang-kadang susu Dancow kalau lagi haus.
Ini terjadi lagi ketika saya berniat memanjakan kucing Widhiastuti dengan mebelikannya pasir bagus buat pup. Sayang, dia justru lebih pilih berak didekat lobang pembuangan kamar mandi. Ia memang terbiasa di situ, biar kami tinggal nyiram, ceritanya.
Mungkin Widhiastuti memang tipe kucing bad ass yang nggak mau hidup menye-menye. Kala malam ia sering berburu tikus, memakan kepala tikusnya, dan menyiskan badan tikus agar kami melihat. Mungkin maksudnya… itu bentuk prestasi dan milestone.
Tapi kan… saya pengin memanjakan kucing kayak yang orang-orang lakukan di Instagram. Kucingnya pendiam, gemas, dan nurut kalau diajak main TikTok. Saya agak keki karena Widhiastuti tipe kucing temperamen yang dipangku sebentar aja langsung kabur.
Bayangkan betapa pahitnya perasaan manusia-manusia yang udah beliin kostum lucu buat memanjakan kucing mereka, tapi berujung penolakan. Ini dialami oleh rekan saya Cik Prima Sulistya yang rela beli wig singa buat kucing-kucingnya, Jeje dan Nyit-nyit. Saat beli, ekspektasinya pasti sudah menggemaskan, sambil membayangkan kedua kucingnya itu unyu-unyu manja pakai wig singa.
Siapa sangka saat dipakaikan ke Jeje dan Nyit-nyit, keduanya justru takut sama bulu wig. Mereka benar-benar nggak paham konsep fashion avant-garde huh!
Sementara itu, tengoklah channel YouTube Kucing Petani. Dari dulu, sebelum menonton tayangan di channel ini saya meyakini kalau kucing adalah hewan yang usil dan selalu resah kalau naik kendaraan. Bahkan naik mobil. Biasanya mereka bakalan mengeong sekenanya sampai para manusia jengah.
Saya pernah bawa Widhiastuti di dalam mobil, mobil belum jalan, saya sudah kena cakar. Akhirnya dia nggak jadi saya ajak pergi.
Betapa irinya ketika saya lihat personil Kucing Petani yang bernama Peter ini betah dibonceng motor, sambil pakai kostum pula. Aduh mas, cara mendidik kucing biar nurut gimana ya? Harusnya ada ilmu parenting khusus buat memanjakan kucing nih.
Saya yakin banget, karena kucing-kucing di muka bumi ini udah banyak yang jadi influencer. Yang terpengaruh justru bukan kucingnya, tapi pemiliknya yang ngebet ingin memanjakan. Kucing influencer ini terus mengampanyekan kehidupan menggemaskan. Ada pakai kostum bagus, makan-makanan enak, bergaul sama anjing, dan kelakuan konyol bikin ngakak kayak kucing petani.
Sehingga dari lubuk terdalam, manusia pemilik kucing pasti ingin sekali memanjakan kucing mereka. Tapi lagi-lagi terkendala sama watak kucing yang sama sekali nggak universal. Repot… repot….
BACA JUGA Kucing: Hewan Angkuh, Egois, dan Tidak Setia yang Sebaiknya Dijauhi atau artikel lainnya di POJOKAN.