Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

Ya Tuhan, Haruskah Saya Menyewa Jasa Pawang Hujan?

Agus Mulyadi oleh Agus Mulyadi
18 November 2019
A A
Ya Tuhan, Haruskan Aku Menyewa Jasa Pawang Hujan?

Ya Tuhan, Haruskan Aku Menyewa Jasa Pawang Hujan?

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Bulan depan, saya akan menikah. Sebagai bentuk rasa syukur, saya bakal menggelar semacam resepsi sederhana di sebuah kedai kopi milik sahabat saya dengan mengundang kawan-kawan dekat.

Selayaknya banyak anak muda kekinian, saya tertarik untuk ikut-ikutan tren wedding jaman sekarang, di mana konsep pesta kebun menjadi sebuah primadona bagi banyak pasangan yang melangsungkan pesta pernikahan.

Saya lantas ngobrol dengan kawan saya yang kebetulan punya kedai kopi tempat saya bakal melangsungkan resepsi, dia mendukung penuh rencana saya. Dan kebetulan juga, kedai kopi milik kawan saya itu juga punya spot outdoor yang memang cukup luas dan layak untuk dibikin menjadi latar pesta kebun.

Kami ngobrol panjang lebar terkait perencanaan pesta kebun tersebut, sampai kemudian kami sama-sama paham, bahwa ada satu musuh besar yang mengintai: hujan.

Tak bisa dimungkiri, pesta kebun yang digelar di luar ruangan memang bakal kacau jika hujan turun. Ia serupa layar tancep misbar, gerimis bubar.

Berhari-hari kemudian, masalah soal hujan ini masih saja menghantui pikiran saya. Betapa akan sangat kacau jika konsep pesta kebun yang sudah saya rancang itu ternyata remuk karena saat hari H turun hujan deras.

Saya kemudian berkonsultasi dengan kawan saya yang lain yang dulu pernah bekerja cukup lama dalam dunia per-EO-an.

“Solusinya ya pawang hujan,” ujarnya.

Kawan saya ini ternyata sudah sejak lama sering menggunakan jasa pawang hujan saat ia aktif bekerja sebagai EO untuk membantu menyukseskan acara yang sedang ia garap.

“Lha bayangkan, konser besar, di lapangan. Belum jamannya tiket online. Tiket banyak dijual di tempat. Band sudah dibayar sama promotor. Tempat dan juga perizinan juga sudah diurus. Pas jam konser ternyata turun hujan. Target penjualan tiket tidak tercapai karena banyak yang males nonton. Apa nggak tekor kalau begitu? Mangkanya ya mau nggak mau harus pakai Pawang hujan”

Saya bimbang. Ini pertama kalinya saya berhadapan dengan masalah seperti ini. Saya kemudian iseng bertanya pada kawan saya tentang hukum menggunakan pawang hujan secara agama.

“Menurutmu, Mas,” kata saya. “Kalau menggunakan pawang hujan itu sebenarnya apakah dosa, Mas? Apakah ia setara dengan mempercayai dukun?”

Ia tertawa.

“Ngene, Gus,” katanya, “Perspektifmu tentang pawang hujan ini harus diubah sedikit. Aku kasih contoh. Kalau kamu sakit, lalu kamu pergi ke dokter, kemudian dokter ngasih obat, dan ternyata kamu sembuh. Itu menurutmu karena Allah atau karena dokternya itu?”

Iklan

“Ya karena Allah, tho ya.” Jawa saya, “Tapi kesembuhannya melalui perantara dokter.”

“Nah, di situ poinnya. Bagaimana kalau kamu memandang pawang hujan itu dari perspektif dokter itu tadi. Kamu berdoa sama Allah agar nanti tidak hujan, tapi kamu juga beriktiar melalui perantara pawang hujan. Kan sama saja, pawang hujan itu punya itung-itungan sendiri, punya ilmunya sendiri. Sama kayak dokter yang juga punya ilmu sendiri. Ilmu yang kamu tentu saja nggak mudeng.”

Saya mantuk-mantuk. Dia merenges.

Saya memikirkan dalam-dalam argumen kawan saya itu. Dan timbul semacam “Bener juga, ya…”

Keraguan saya untuk memakai jasa pawang hujan sirna secara perlahan.

Untuk lebih meyakinkan soal pawang ini, saya kemudian menanyakan hal ini pada Dafi, kawan saya yang kebetulan seorang Santri.

“Daf, orang itu sebenarnya benar-benar bisa bikin hujan tidak turun nggak sih? Kayak pawang hujan gitu. Kalau dalam islam, apa memang ada amalan khusus?”

Menurut Dafi, memang ada amalan-amalan khusus yang mungkin bisa dilakukan untuk membikin hujan tidak turun. Salah satunya ya doa.

“Lha kamu inget nggak pembukaan liga santri di Maguwo beberapa waktu yang lalu? Walau sebelumnya Mendung pwol, tapi toh tetap nggak hujan.”

“Itu menurutmu kenapa, Daf?”

“Ya karena banyak kiai jadug (sakti), doanya paten.”

“Wah, berarti perkara hujan bisa diikhtiarkan ya.”

Dafi kemudian bercerita tentang seorang kiai terkenal di Wonosobo (saya lupa namanya) yang oleh warga sekitar dikenal sebagai kiai hujan sebab kepiawaiannya dalam urusan memawangi hujan.

“Wah, berarti kalau memang kiai-nya sakti, doanya makbul ya, Daf? Apalagi kalau kiai-nya banyak”

“Iya…”

“Tapi, Daf,” kata saya, “Ngomong-ngomong soal doa kiai yang banyak ini, menurutmu, kenapa dulu Arab Saudi bisa dikalahkan telak 8-0 sama Jerman saat piala dunia? Padahal kan logikanya di Arab Saudi banyak kiai yang sudah pasti sakti dan jempolan.”

“Gini, Gus. Kiai itu derajatnya tinggi. Urusannya pasti langit. Mereka bisanya menahan hujan air agar tidak turun dari langit. Tapi kalau menahan hujan gol dari para pemain Jerman, itu urusan bumi. Mereka malah nggak bisa.”

“Mashoooooook!”

Terakhir diperbarui pada 19 November 2019 oleh

Tags: hujanNikahPawang Hujan
Agus Mulyadi

Agus Mulyadi

Blogger, penulis partikelir, dan juragan di @akalbuku. Host di program #MojokMentok.

Artikel Terkait

Pulau Bawean Begitu Indah, tapi Menjadi Anak Tiri Negeri Sendiri MOJOK.CO
Esai

Pengalaman Saya Tinggal Selama 6 Bulan di Pulau Bawean: Pulau Indah yang Warganya Terpaksa Mandiri karena Menjadi Anak Tiri Negeri Sendiri

15 Desember 2025
BRIN: Hujan di Jakarta mengandung mikroplastik beracun. MOJOK.CO
Aktual

Warga Jakarta Harus Berbenah, Menjaga Langit Ibu Kota agar Bebas dari Air Hujan yang Mengandung “Partikel” Beracun

20 Oktober 2025
Ritual Unik di Fesmo 2024 yang Bikin Ramalan Hujan BMKG Meleset.MOJOK.CO
Ragam

Ritual Tak Biasa di Fesmo 2024 yang Bikin Ramalan Hujan BMKG Meleset

11 November 2024
Cerita Mahasiswa Jatim Rela Melepas UGM Demi Masuk Jurusan Kependidikan di UNY, Menyesal Kemudian karena Dapat UKT Selangit dan Lingkungan Kuliah Toksik.mojok.co
Kampus

Cerita Mahasiswa UM Malang Nyaris Gagal Nikah Gara-gara Wisuda Mundur Hampir Setahun, Ada yang Rugi Jutaan Rupiah

29 Februari 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Lulusan IPB kerja sepabrik dengan teman-teman lulusan SMA, saat mahasiswa sombong kinin merasa terhina MOJOK.CO

Lulusan IPB Sombong bakal Sukses, Berujung Terhina karena Kerja di Pabrik bareng Teman SMA yang Tak Kuliah

17 Desember 2025
UMP Jogja bikin miris, mending kerja di Jakarta. MOJOK.CO

Menyesal Kerja di Jogja dengan Gaji yang Nggak Sesuai UMP, Pilih ke Jakarta meski Kerjanya “Hectic”. Toh, Sama-sama Mahal

17 Desember 2025
UGM.MOJOK.CO

Ketika Rumah Tak Lagi Ramah dan Orang Tua Hilang “Ditelan Layar HP”, Lahir Generasi Cemas

20 Desember 2025
Berantas topeng monyet. MOJOK.CO

Nasib Monyet Ekor Panjang yang Terancam Punah tapi Tak Ada Payung Hukum yang Melindunginya

15 Desember 2025
Kegigihan bocah 11 tahun dalam kejuaraan panahan di Kudus MOJOK.CO

Kedewasaan Bocah 11 Tahun di Arena Panahan Kudus, Pelajaran di Balik Cedera dan Senar Busur Putus

16 Desember 2025
Pontang-panting Membangun Klub Panahan di Raja Ampat. Banyak Kendala, tapi Temukan Bibit-bibit Emas dari Timur Mojok.co

Pontang-panting Membangun Klub Panahan di Raja Ampat. Banyak Kendala, tapi Temukan Bibit-bibit Emas dari Timur

17 Desember 2025

Video Terbaru

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025
Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

17 Desember 2025
Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

14 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.