Menjadi miskin boleh jadi memang hal yang buruk, tapi menjadi miskin dan tinggal di Jogja, tampaknya tidak buruk-buruk amat. Itu adalah ungkapan yang boleh dibilang cukup representatif untuk menggambarkan betapa murahnya hidup di Jogja.
Kisah-kisah tentang murahnya biaya hidup di Jogja memang sudah menjadi legenda tersendiri. Sampai-sampai, banyak guyonan yang terbentuk dari legenda tersebut.
“Gaji Jakarta, pengeluaran Jogja” salah satunya. Ia selalu menjadi ungkapan tentang harapan ideal tentang hidup manusia Indonesia. Beberapa orang menambahinya dengan “Pergaulan Las Vegas, hati Madinah”.
Pada kenyataannya, biaya hidup di Jogja, dengan segala strategi pergulatannya, memang terbilang murah, terlebih bila dibandingkan dengan kota-kota mayor lain di Indonesia.
Di Jogja, apa-apa serba murah, dari biaya kuliah (ya asal bukan Kedokteran UGM atau UII juga), sewa rumah (ya asal jangan di Jalan Kaliurang atas dikit yang harga sewanya ngaudubillah setan itu), jajanan, tempat nongkrong, pokoknya apa-apa murah.
Biaya kuliah di Jogja jelas murah, sebab sebagai kota pelajar, Jogja memang punya cukup banyak kampus negeri. Kalau pun ternyata nggak bisa lolos seleksi kampus negeri, Jogja masih menyediakan banyak kampus swasta yang biaya kuliahnya miring bahkan kadang sampai bisa dinego.
Lha gimana, di Jogja ini, perguruan tinggi jumlahnya buanyaknya minta ampun. Dari yang bentuknya universitas, sekolah tinggi, akademi, sampai yang institut. Yang biayanya mahal ada banyak, sedangkan yang murah lebih banyak lagi.
Dengan jumlah perguruan tinggi yang begitu membludak, persaingan untuk mendapatkan mahasiswa tentu sangat ketat. Berbagai strategi ditempuh oleh kampus, salah satunya ya dengan mematok biaya kuliah yang rendah.
Makanya jangan heran kalau di Jogja bisa dengan mudah ditemukan banner promosi kampus yang sering memberikan bonus aneh-aneh, dari mulai bonus laptop, hape, sampai motor. Kuliah sudah seperti acara undian fun bike.
Saking murahnya, bukan tak mungkin kelak bakal ada promo kampus bagi para mahasiwa baru: “Kuliah sekarang, bayarnya besok kalau sudah kerja.”
Itu soal kuliah. Urusan nongkrong tak jauh beda. Di Jogja, jangan takut nongkrong hanya karena nggak punya banyak duit, sebab Jogja menyediakan banyak tempat nongkrong dengan berbagai strata keuangan.
Kalau mau agak mahal, ya tentu saja di diskotique yang tata lampunya, mengutip lirik lagu The Upstairs, khas tujuh-belasan. Kalau mau yang lebih turun, bisa ke kafe-kafe premium yang harga secangkir kopinya lima puluh ribuan. Untuk yang kelompok kismin, bisa di Burjonan yang hanya dengan sepuluh ribu sudah cukup buat nongkrong bonus indomie tanpa telur dan es nutrisari.
Kalau memang sangat-sangat miskin, bisa ke warung-warung kopi di sekitaran kampus UIN yang murahnya susah masuk nalar: hanya dengan modal enam ribu rupiah sudah cukup buat beli secangkir kopi plus nongkrong semalaman lengkap dengan wifinya.
Nah, yang paling terlihat betul unsur murahnya dari Jogja tentu saja adalah tempat dan arena wisata.
Di Jogja, tak susah untuk bisa berwisata dengan isi dompet yang sangat tipis. Jogja punya banyak sekali tempat wisata dengan harga tiket masuk murah.
Kalau memang kepepet benar-benar tak punya duit, itu masih bisa diakali dengan strategi pengiritan yang sedemikian rupa.
Kita bisa menikmati suasana Jogja malam hari di Titik Nol atau di Tugu Jogja. Di spot tersebut, kalau sedang beruntung, kita bisa disuguhi dengan berbagai pertunjukkan kesenian juga flash mob dari banyak kelompok seni yang memang sering unjuk gigi di sana. Bisa juga menikmati pemandangan saat anak-anak muda berebut berfoto bersama orang yang berpakaian seperti pocong atau Kuntilanak.
Yah, siapa tahu Anda punya fetish terhadap demit-demit citarasa lokal.
Kalau cara di atas dianggap kurang menarik, Anda bisa nongkrong di jalan Malioboro malam hari sembari menikmati musik angklung yang dimainkan oleh beberapa kelompok musisi angklung di beberapa titik trotoar pertokoan. Di sana, Anda bisa tetap ikut joget bahkan tanpa harus mengeluarkan uang buat nyawer.
Kalau memang ingin mengunjungi tempat wisata atau atraksi wisata yang agak mahal tapi duit tidak mencukupi, ada opsi untuk berburu diskonan tiket masuk tempat wisata.
Berburu diskonan tempat wisata memang sudah menjadi kebiasaan bagi banyak orang.
Bulan ini, misalnya, ada banyak diskon aneka tempat dan wahana wisata di Jogja yang bisa didapatkan melalui Traveloka Xperience. Di Agustus ini Traveloka Xperience ternyata sedang ada promo Daily Deals Road to GIS di mana banyak tempat atraksi yang diskon mulai dari 45% dari tanggal 1 – 15 tanpa syarat macam-macam, alias udah langsung dipotong dari harga di aplikasi Travelokanya!
Untuk info lebih lengkap tentang promo ini, bisa dicek di sini.
Nah, di Jogja sendiri, diskon tersebut berlaku untuk tiket masuk di empat obyek/wahana wisata, yakni Pertama, Ramayana Ballet Purawisata (4 Agustus), yang merupakan pertunjukan tari tradisional yang bercerita tentang kisah cinta Rama dan Shinta melawan Rahwana, pertunjukkan tersebut dipentaskan panggung terbuka yang megah dengan pemandangan yang eksotis. Kedua, Kids Fun Parc (8 Agustus), salah satu taman bermain anak paling terkenal di Jogja, di dalamnya terdapat banyak jenis wahana permainan lengkap khusus anak-anak lengkap dengan waterboom-nya. Ketiga, Jogja Bay Waterpark (10 Agustus), taman wisata air dengan konsep bajak laut yang dilengkapi dengan beragam wahana permainan air, dari mulai slider, ombak buatan, sampai water playground. Keempat, History of Java Museum (14 Agustus), yang merupakan museum modern yang menampilkan banyak sekali koleksi-koleksi benda bersejarah Jawa dan nusantara, museum ini sangat menarik sebab ia dilengkap penggunaan teknologo AR (Augmented Reality) yang memungkinkan pengunjung bisa berinteraksi langsung secara virtual dengan berbagai macam wujud benda atau orang.
Gimana, apa nggak meriah?
Yang paling pamungkas, unsur murah paling banyak dibahas dan kerap dibangga-banggakan sama orang Jogja sebenarnya adalah banyaknya festival-festival bermutu dengan harga tiket nol rupiah. Dari mulai festival kebudayaan, festival literasi, sampai festival seni.
Dua bulan terakhir ini saja, misalnya, ada berbagai acara luar biasa yang tentu saja gratisan seperti Festival kebudayaan Yogya, Menoreh Night Festival, Pasar Kangen, Malioboro Night Festival, dan masih banyak lagi.
Itu belum termasuk dengan berbagai acara festival di bulan-bulan lain yang hampir selalu padat dan penuh.
Mengutip apa kata MC Kondang Jogja Alit Jabangbayi, “UMR Jogja memang rendah, tapi kami wani party.”
Pokoknya, Jogja itu, apa-apa murah, yang mahal cuma kenangannya. Dan apartemennya. Dan tarif sewa banner-nya. Dan harga tanahnya.