MOJOK.CO – Samsung Galaxy A50 adalah hape terbaik di merek ini, setidaknya di kelas mid range. Performa oke, desain lumayan, kamera bagus, dan harganya masuk akal!
Memberikan hape dengan performa oke tapi terjangkau memang bukan menjadi kebiasaan Samsung. Seri J, seri hape menengah Samsung hingga tahun lalu, memberikan kesan premium dengan build quality dan tampilan kece, tapi ya performanya benar-benar ala kadarnya. Hingga kemudian mereka mengubah konsep hape kelas menengah mereka dan menghadirkan hape-hape Seri A di tahun 2019, termasuk Galaxy A50 ini.
Kalau boleh curhat, Samsung Galaxy A50 adalah hape kelas menengah yang membuat saya benar-benar puas. Saya pernah menggunakan Redmi Note 5, Asus Zenfone Max Pro M1, Oppo F7, Realme 2 Pro, Asus Zenfone Maxpro M2, dan Redmi Note 7. Tapi, baru di Galaxy A50 ini, saya benar-benar merasakan kepuasan menggunakan ponsel kelas menengah yang sanggup dieksploitasi secara optimal untuk kerja-kerja harian.
Walau masih menggunakan SOC buatan mereka sendiri, tapi Exynos 9610 terbilang memiliki performa yang powerfull, mengingat SOC ini telah menggunakan manufaktur 10nm yang biasa digunakan oleh chipset kelas atas macam Exynos 9810 atau Snapdragon 845. Hasilnya, dengan skor antutu mencapai 145 ribu, ini setara dengan Snapdragon 660 yang ada di banyak hape kelas menengah saat ini.
Tidak hanya itu, performa grafis ponsel ini juga mengesankan. Ia menggunakan GPU Mali-G72 MP3, dengan skor grafis antutu di angka 40 ribu yang bahkan lebih tinggi dari skor grafis antutu Snapdragon 675 di Vivo V15 Pro. Hal ini membuat Galaxy A50 mampu memainkan pengaturan grafis rata kanan smooth extreme untuk PuBG Mobile—satu hal yang tidak akan kamu dapatkan jika membeli ponsel kelas menengah dari merek sebelah.
Coba bayangkan, apa yang bisa dihasilkan dari kemampuan mengolah grafis yang kece plus layar Super Amoled dari Samsung? Jawabannya, tentu pengalaman multimedia yang menyenangkan!
Ya, Samsung Galaxy A50 hadir dengan layar berpanel Super Amoled 6,4 inch beresolusi 1080 x 2340 pixels (Full HD+). Meski resolusi layarnya sama dengan kebanyakan hape kelas menengah, tentu saja panel Super Amoled membuat A50 menjadi lebih unggul dengan layar yang mampu memberikan tingkat ketajaman yang lebih tinggi serta konsumsi daya relatif rendah.
Satu lagi keunggulan Samsung Galaxy A50 adalah antarmuka One UI yang Samsung miliki. Memang sih kebanyakan orang tidak peduli dengan antarmuka suatu hape. Namun, dari pengalaman saya menggunakan MiUI atau ColorOS di Redmi atau Realme, antarmukanya agak kurang stabil sehingga masih kerap terjadi force closed ketika multitasking aplikasi yang agak banyak.
Yah, bisa, sih, kita pakai android murni yang memberikan pengalaman antarmuka yang lebih enteng. Hanya saja, ada beberapa kustomisasi antarmuka yang saya kira mampu memberikan pengalaman penggunaan lebih baik.
Sekadar mengingatkan, One UI di A50 telah memiliki fitur always on display, one hand mode, dual messenger, night mode, sepparate app sound, atau dolby atmos yang tidak semuanya bisa didapatkan di merek-merek hape sebelah.
Lanjut ke sektor kamera, ada konfigurasi tiga kamera 25 MP f/1.7, 8 MP f/2.2 (ultrawide), dan 5 MPf /2.2 depth sensor. Kualitas kamera utamanya mungkin masih kalah ketimbang Realme 3 Pro, tapi keberadaan kamera ultrawide di Samsung Galaxy A50 memungkinkan kita untuk mengambil gambar dengan jangkauan yang lebih luas.
Ditambah, kamera belakangnya mampu merekam video hingga FHD+ hingga 30fps dengan tingkat kestabilan yang bagus. Sementara itu, kamera belakangnya memiliki resolusi 25 MP f/2.0 dengan kemampuan merekam video hingga FHD+.
Memiliki kapasitas baterai 4000 mAh dengan sekitar 5 jam screen on times, ketahanan daya yang dimilikinya terbilang lumayan. Untungnya, hape ini mendukung fitur fast charging hingga 15 watt yang membuat pengisian daya pada baterai 4000 mAh bisa jadi lebih cepat. Untuk sektor keamanannya, ada fitur in display fingerprint yang agak lambat pemindaiannya dan face recognition yang terbilang cepat.
Terakhir, untuk menjadi pembanding mengapa Samsung Galaxy A50 lebih saya pilih ketimbang Realme 3 Pro, hape ini sudah menggunakan konfirgurasi USB Type C untuk kebutuhan I/O port-nya. Ini merupakan salah satu fitur yang sepertinya sudah menjadi keharusan bagi hape yang mau dianggap bagus. Port ini juga yang menjadi alasan kenapa saya tidak memilih Vivo V15 Pro yang punya performa lebih oke.
Mungkin bakal banyak yang berpikir jika hanya alasan type C, Redmi Note 7 juga punya dan harganya lebih murah. Memang sih, tapi saya nggak suka MiUI lengkap dengan iklannya, dan Redmi Note 7 juga nggak punya dedicated slot untuk SD card. Karena itu, saya lebih memilih Samsung Galaxy A50 versi 4/64Ggb di harga Rp 3,4 jutaan ketimbang yang versi 6/128gb di harga Rp 4,1 jutaan.
Iya, iya, sesederhana itu, Bambang~