Kejayaan yang tak bertahan selamanya
Bioskop lawas ini mengalami masa jaya di sekitar 1970-an hingga 1990-an. Di era kejayaan itu, Bioskop Permata mampu mempekerjakan hingga 22 orang. Selain itu ada lima jam pemutaran film yakni 10.00 WIB, 11.00 WIB, 15.00 WIB, 17.00 WIB, 19.00 WIB, dan 21.00 WIB. Bahkan, sempat ada pemutaran pukul 09.00 WIB ketika ada kebijakan kewajiban anak sekolah menonton film saat Orba.
Tahun keemasan ini tidak lepas dari upaya Orde Baru yang ingin menghapus jejak Orde Lama melalui media film. Oleh karena itu, di masa ini bioskop mendapat ratusan pasokan film. Akses ke film-film barat pun jauh lebih mudah.
Sayang, masa kejayaan itu tidak bertahan selamanya. Mulai 1990-an Bioskop Permata perlahan mengalami penurunan popularitas seiring munculnya kehadiran jaringan bioskop modern Studio 21 dan maraknya pembajakan film. Bioskop Permata pun kian sepi. Benar-benar hanya segelintir orang saja yang mengunjungi bioskop tersebut hingga mereka tidak mampu membayar sewa gedung. Bioskop berusia puluhan itu akhirnya harus gulung tikar di 2012.
Menanti wajah baru Bioskop Permata
Belasan tahun mati, Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) melalui Dinas Kebudayaan sempat melakukan rehabilitasi bangunan baik dari sisi eksterior maupun interior pada 2018. Pada waktu itu, gedung eks Bioskop Permata yang bersejarah rencananya akan dijadikan pusat perkembangan film di Yogyakarta.
Di 2019, pemerintah bahkan sudah melakukan pengerjaan bagian interior agar gedung itu bisa dimanfaatkan kembali sesuai kebutuhan masa kini. Beberapa rehabilitasi yang dikerjakan antara lain pekerjaan pondasi, pekerjaan konstruksi baja, pekerjaan dinding partisi dan plafon, pekerjaan lantai kayu dan pekerjaan elektrikal. Seluruh pembiayaannya menggunakan dana keistimewaan DIY.
Secara fisik gedung dengan corak belanda yang khas itu memang tampak baik-baik saja. Namun secara fungsinya, hingga saat ini belum ada kejelasan. Memang, Puro Pakualaman sebagai pemilik asetlah yang berhak menentukan bangunan itu. Beberapa tahun lalu Puro Pakualaman pun sempat memberi arahan untuk menjadikan gedung lawas itu sebagian perkembangan film di Indonesia. Namun, hingga saat ini belum ada tanda-tanda realisasi atas arahan tersebut.
Eks bioskop yang terletak tepat di pertigaan itu sempat hidup kembali pada 2022 ketika menjadi salah satu lokasi pemutaran film-film Festival Film Dokumenter (FFD) 2022. Setelahnya, gedung eks Bioskop Permata itu kembali menjadi bangunan mangkrak. Gagah, tapi tidak memiliki fungsi.
Penulis: Kenia Intan
Editor: Purnawan Setyo Adi