MOJOK.CO – Gay atau LGBT bukan yang paling banyak menyebarkan HIV. Tahukah kamu kalau hetero yang justru paling banyak menyebarkan HIV?
Untuk sebuah segmen bernama Apa Kabar Indonesia Pagi, TV One membuat sebuah poster acara yang salah betul. Begini wujud posternya:
Awas, gay dan HIV mengintai.
Nantikan Apa Kabar Indonesia Pagi, Sabtu, 7 Desember 2019 jam 06.30 WIB di tvOne & di tvOne Connect, android https://t.co/QUKHwwqFtx & ios https://t.co/KYtjpK3p7O #AKIPagitvOne pic.twitter.com/z5GPohB50f— tvOneNews (@tvOneNews) December 6, 2019
TV One memberi judul: “Awas, Gay dan HIV Mengintai”. Segmen itu tayang pada Sabtu (7/12) pagi dan rekamannya belum bisa ditemukan di Youtube pada siang harinya. Terlepas dari apa isi diskusi TV One soal gay dan HIV, poster tersebut sudah menyiratkan informasi yang salah.
Pertama, gay atau bisa juga disebut LGBT, merupakan penyebab persebaran virus HIV. Kedua, gay atau LGBT adalah sosok-sosok yang berbahaya. Ditandai dengan paparan kata “mengintai”. Mau diterjemahkan kayak apa, kata “mengintai” tidak pernah bermakna positif.
Menurut KBBI, kata “mengintai” punya dua makna. Satu, mengamat-amati dari jarak jauh atau dari tempat tersembunyi (gerak-gerik dari orang yang dicurigai, musuh, dan sebagainya). Dua, mengintip; melihat melalui lubang kecil, sela semak-semak, dan sambil bersembunyi. Betul-betul tidak ada yang positif.
Kita bahas dari poin pertama, dari gay atau LGBT sebagai penyebar HIV. Agung Rheza, Dermatology dan Venereology RSCM mengunggah sebuah infografis yang seharus dipelajari oleh TV One sebelum membuat poster dan segmen sesat itu. Berikut infografisnya:
Faktor risiko penularan STI terbanyak melalui hubungan seksual berisiko heteroseksual (70.3%), alat suntik tidak steril (8.4%), homoseksual (6.6%), dan ibu ke janin (2.9%) pic.twitter.com/LTf6LwhVKS
— ????? (@agungmrheza) December 6, 2019
Terbaca dengan jelas kalau Sexually Transmitted Infection (STI) dan HIV banyak disebarkan oleh kamu-kamu semua yang hetero, bukan gay atau LBGT! Perbandingannya, STI dan HIV disebarkan oleh 70,3 persen hetero dan 6,6 persen homoseksual. Perbandingan yang jauh sekali. Bahkan homoseksual kalah besar dibandingkan penggunaan alat suntik yang tidak steril (8,4 persen).
TV One dan kamu semua tentunya tahu istilah hetero, bukan? Hetero adalah pasangan beda jenis kelamin. Pasangan yang distigmakan sebagai pasangan yang paling benar, sementara gay atau LBGT itu paling salah. Bahkan berbahaya. Terbukti dengan penggunaan kata “mengintai” itu.
Pasangan hetero menyebarkan STI dan HIV hingga 70,3 persen. Penyebaran nomor satu adalah karena hubungan seks yang tidak aman. Tahukah kamu, RUU PKS menyarankan adanya pendidikan seks sejak dini dan penggunaan kondom. Namun, poin itu dipermasalahkan karena dianggap akan melegalkan seks bebas.
Halooo, tanpa RUU PKS, seks bebas sudah lumrah, Pakdhe! Lha wong itu terbukti dari hubungan seks yang tidak aman. Saya juga yakin nggak semuanya pelaku hubungan tidak aman itu pasangan suami dan istri. Maka dari itu, pendidikan seks sejak dini dan penggunaan kondom menjadi penting. Malah nyalahin LGBT secara brutal.
Lagian, pendidikan seks itu isinya bukan tutorial doggy style atau woman on top, kok. Isinya ya soal memahami perubahan fisik karena hormon ketika memasuki masa puber, bahaya seks anak-anak, bahaya perkawinan dini, mengenali alat kelamin masing-masing, dan lain sebagainya. Termasuk di dalamnya soal seks yang aman.
Kalau pikirannya cuma ngeue, pasti anggap pendidikan seks sebagai kegiatan orientasi seks bebas. Titik. Itu saja. Dari kegagalan memahami soal pendidikan seks, terjadi hubungan seks tidak aman. Dari sana, terjadi persebaran STI dan HIV. Dan itu, 70,3 persen dilakukan oleh hetero, bukan gay atau LGBT. Datanya ada, kok. Bisa membaca, bukan?
Nah, soal poin kedua, yaitu perihal penggunaan kata “mengintai” yang membuat gay atau LGBT sebagai makhluk berbahaya. Saya straight, sudah beristri, dan saya punya beberapa teman gay atau LGBT. Ada yang laki suka laki, ada juga yang lesbian.
Tahukah kamu, salah satu teman saya yang LGBT ini adalah salah satu orang yang asyik untuk diajak ngobrol. Dia jenaka, punya suara bagus. Dia menyanyi di pernikahan saya. Lebih dari dua kali dia memberi selamat kepada saya dan istri ketika menikah. Kami yang menikah, kayaknya dia yang paling bahagia.
Teman-teman LGBT saya dengan orientasi berbeda tidak pernah memaksakan pemikiran. Mereka tidak pernah kesal dengan hetero yang sok munafik. Sebaliknya, banyak kenalan saya yang hetero, yang punya lidah begitu lincah untuk menghakimi. Seakan-akan neraka hanya akan diisi mereka yang LGBT dan kena HIV.
Saya pun juga punya teman dengan HIV. Dia sudah saya anggap kakak perempuan sendiri, meski begitu jarang bertemu. Saya di Jogja, dia di Bandung. Sebagai wanita dengan HIV, dia begitu tegar menghadapi hari-hari. Dia, dengan HIV, justru menginspirasi. Mereka, yang konon sehat betul, malah bikin sakit hati.
Ketika ada gay atau LGBT yang berbuat jahat, bukan lantas mereka jahat karena oriestasi atau penyakitnya. Mereka jahat karena tabiat sebagai manusia. Tanpa punya orientasi seks tertentu atau menanggung HIV di dalam tubuh, kalau dasarnya jahat, ya jadilah jahat. Adil sejak dalam pikiran jadi barang mahal.
Mereka yang menghakimi, mereka yang sok suci, saya rasa hanya fobia homo saja. Tak masalah kamu homophobic. Namun, simpan itu di dalam hati saja. Jangan bikin sakit hati orang lain hanya mereka gay atau LGBT dan punya HIV. Mereka tetap manusia yang membutuhkan pelukan hangat, kasih sayang yang sama seperti yang kamu curahkan kepada sesama.
BACA JUGA Enam Argumentasi Sia-Sia Seputar Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender atau tulisan Yamadipati Seno lainnya.