MOJOK.CO – Orang yang suka manggil nama atau pakai huruf “P” buat ngawalin chat WhatsApp itu punya masalah apa, sih? Kalau penting jangan chat WA, tapi telfon aja udah.
Sebelum membaca tulisan ini, silakan kamu tonton dulu video pendek dari @bintangemon ini:
Kepada tersangka
P
P
P pic.twitter.com/QCTXUoFiVw— haduhaduh (@bintangemon) February 21, 2020
Apa orang nyebelin di dunia ini masih kurang? Dari mereka yang bikin instastory titik-titik sampai mereka yang suka bilang, “Apa cuman gueee….” Ternyata masih ditambah sama orang yang mulai chat WhatsApp pakai huruf “P” doang. Saya setuju sama @bintangemon. Jempolmu itu baru tumbuh? Sibuk ngejar kuyang? Apa, sih, susahnya ngetik to the point?
Tingkatan nyebelin orang yang suka chat WhatsApp pakai huruf “P” itu setara sama mereka yang suka manggil nama terus udah. Ngilang. Apa ya habis ngetik nama mereka langsung pingsan? Ini bukti kalau ghosting nggak cuma terjadi di hubungan asmara aja. Ghosting juga berlaku di chat WhatsApp.
“Sen….”
Udah, gitu doang. Sialnya, banyak kontak di WhatsApp saya yang suka kayak begitu. Maksudnya tuh, apa? Ngecek kita masih hidup atau nggak? Lebih nyebelin lagi ketika:
“Ya,” saya balas dua jam kemudian.
“Gak jadi, deh. Udah ini.”
HAAAHHH! UDAH APANYA! DIPIKIR AING DUKUN YANG TAU ENTE MAU NGOMONG APA! TIBA-TIBA BILANG UDAH! YA KALAU UDAH CEBOK SANA!
Duh, maaf ya caps lock jebol. Maklum, kalau di dunia nyata, saya nggak berani bilang gitu ke orangnya. Mumpung lagi nulis, izinkan saya misuh-misuh sekali ini saja.
BTW, orangnya balas chat itu tiga jam kemudian ketika rasa penasaran udah naik dan mulai cemas jangan-jangan ada yang sakit atau kecelakaan. Buat kamu yang nggak bisa ngontrol rasa penasaran, orang-orang yang chat WA cuma manggil nama memang layak dijewer…bola matanya.
Makin emosi ketika tahu ternyata sender nggak nyimpen nomer kita.
“Kenapa, e? Ada yang bisa dibantu?”
Nggak, kok. Gpp. Udah ini. Tadi sih cuma ngetes ini nomermu apa bukan. Mau aku save.”
Biyangane setan alas! Udah temenan beberapa tahun, nomer hape aja belum disimpan. Iya, saya memang nggak sefemes sender. Malah curhat….
Sebenarnya, ada masalah apa sih sama orang yang chat WA cuma manggil nama atau huruf “P” aja? Konyolnya, ada yang keukeuh kalau “P” itu singkatan “Assalamualaikum”. Eh Jangkrik Alaska, kalau “P” itu singkatan “Assalamualaikum”, balasan “Walaikumsalam” disingkat pakai huruf apa enaknya?
Kebiasaan ngawalin chat pakai huruf “P” itu kayaknya kebawa dari budaya Blackberry. Mending kalau Blackberry ada notif suaranya: “Ping!” Nah kalau WhatsApp kan nggak ada. Apalagi kalau hape lagi silent. Mau ngetik “P” ribuan kali juga nggak bakal direspons. Apalagi kalau ternyata kamu udah diblok. MAMAM.
Nah, Ketika kamu cuma manggil nama aja ketika chat WA itu kayak lagi manggil Abang Bakso.
“Bang!”
Abangnya diem aja karena nggak denger.
“BAAANG!”
“Ya?
“Bakso masih?
“Masih”
“Yaudah, yang rajin jualannya!”
Atau situasi kayak gini yang terjadi:
“Bang!”
“Ya?”
“Bakso masih?”
“Habis.”
“Pesugihan, ya?”
Tolong yang di atas jangan ditiru.
You know what, saya rasa, kebiasaan chat WhatsApp cuma manggil nama itu yang bikin orang suka matiin centang biru. Dimatiin sekalian biar nggak tahu kalau chat nyebelin itu sudah dibaca.
Kalau nggak tahu udah dibaca atau belum, yang ditandai dengan centang biru, kan kamu bisa terhindar dari “kebijakan tak tertulis” untuk segera menjawab dan terhindar dari pertanyaan:
“Kok cuma di-read doang?”
Ya sender cuma manggil nama aja, kok. Memangnya lagi ngabsen di kelas?
Makanya, kalau teman yang mematikan fitur centang biru, mungkin itu gara-gara kamu. Gara-gara kamu yang suka awalin chat WhatsApp cuma manggil nama. Kalau kena blok, sadar aja kamu memang nyebelin.
Lagian, apa susahnya langsung to the point? Apa karena yang mau diomongkan lewat chat WA itu panjang jadi butuh perhatian penuh? Ya telfon aja, dong. Atau kalau memang panjang, tulis dulu di MS Word lalu copas ke WhatsApp. Siapa tahu malah jadi artikel dan bisa dikirim ke Mojok.
BACA JUGA Membela Orang yang Mematikan Centang Biru WhatsApp atau tulisan lainnya dari Yamadipati Seno.