Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

Catcalling ke Cowok Itu Juga Nggak Pantas Dilakukan

Yamadipati Seno oleh Yamadipati Seno
7 Agustus 2019
A A
cowok juga korban catcalling MOJOK.CO
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Mau ke cowok, atau ke cewek, yang namanya catcalling sama-sama nggak pantas. Mau dengan alasan bercanda, ya tetap nggak pantas. Perhatikan, dong.

Aprilia Kumala, salah satu redaktur andal nan lincah Mojok pernah menuliskan ketakutannya menjadi korban catcalling. Suatu ketika, Aprilia Kumala memutuskan untuk memasak mie instan sebagai menu sahur, ketimbang pergi ke burjo untuk beli nasi hangat dan telur dadar yang baru digoreng.

“Kumpulan laki-laki ini tidak saya kenal dan tak punya urusan dengan saya, memang. Tapi, bagaimanapun, ada beberapa ketakutan yang saya punya untuk masuk ke ruangan yang penuh dengan laki-laki, di mana pun. Salah satunya adalah karena catcalling.” Tulis Aprilia Kumala lewat artikelnya yang berjudul “Catcalling dan Street Harassment Tak Ada Urusannya dengan Pujian” yang tayang di Mojok pada 1 Februari 2019.

Ketakutan Aprilia Kumala menjadi korban catcalling muncul ketika dia masih SMP. Ketika pulang sekolah, Aprilia Kumala harus melewati sebuah jalan setapak yang biasa menjadi tempat nongkrong pemuda-pemuda tanggung. Nah, di sanalah, Aprilia Kumala menjadi korban catcalling.

“Hai, Cewek….Sendirian aja, nih?”

“Mau ke mana, Dek? Sini, Mas temenin.”

“Duh, kok cemberut aja, sih.”

“Saya masih 14 tahun saat itu dan harus merelakan kuping saya mendengar catcall dari laki-laki kampung sebelah yang tidak saya kenal. O, dan jangan lupakan siulan-siulan menjijikkan yang keluar bergantian dari bibir mereka.” Tulis Aprilia Kumala lagi.

Siulan, berlagak memberi perhatian, pujian, semuanya itu membuat Aprilia Kumala ketakutan. Ia hanya bisa menundukkan kepala, menahan rasa takut ketika harus lewat di tempat sama, ketemu lagi dengan gerombolan laki-laki tanggung itu. Mau apapun bentuknya, catcalling itu nggak pantas dilakukan.

Korban catcalling mayoritas perempuan. Dan sedihnya, banyak yang tidak merasa menjadi korban karena “kegiatan jahat” itu dianggap sebagai guyonan saja. Pdahal, mau bentuknya guyonan, dengan tujuan memuji, tetap saja tidak pantas.

Nah, apakah catcalling hanya terjadi kepada perempuan saja? Tentu saja enggak ya. Cowok juga rentang menjadi korban. Apalagi kalau si cowok itu ganteng, punya badan yang bagus, senyumnya bikin hati jadi sejuk, modis, dan lain sebagainya.

Suramnya, kesadaran cowok menjadi korban catcalling lebih rendah ketimbang cewek. Banyak cowok yang justru merasa tertantang ketika cewek nggodain. Saya sih yakin, 90 persen malah merasa catcall yang terjadi ke mereka itu sebagai bentuk pujian. Nah, 10 persennya merasa risih, bahkan tersinggung.

Sesuatu yang menjadi biasa, terjadi dalam waktu yang lama, akhirnya “dimaklumi” untuk terjadi. Padahal semua itu salah.

Perbedaan antara catcall yang terjadi kepada cowok dengan cewek ada pada lokasi. Cewek lebih sering mengalaminya di jalan, sementara cowok lebih sering terjadi di dunia virtual. Masih ingat dengan “rahim anget” Jonatan Christie?

Iklan

Lantaran hobinya selebrasi sambil buka baju, pebulu tangkis berusia 21 tahun itu jadi objek fantasi seksual banyak cewek. Misalnya:

atau…

“#jojobukabaju kenapa sih cuma kaosnya doang yang dibuka .. Gemes deh pengen merosotin celananya HAHAHA ..” “Aaak gantengnya! Rahim gue anget”

Selain rahim anget, ada pula beberapa kata yang menjadi populer belakangan ini, misalnya “ovarium meledak”, “tuba fallopi bergetar”, “serviks melebar”, hingga “hamil online”. Ungkapan itu banyak dicibir lantaran dianggap berlebihan, bahkan tidak etis.

Nah, belum lama ini, kejadian lagi ketika anak SMA jadi korban catcalling virtual.

[askmf] INGET TWITTER GAK PERLU YA ORANG MODEL2 KEK LU WOY! JIJIK! pic.twitter.com/pdQ112h0MI

— Askmf (@askmenfess) August 7, 2019

Kali ini bahkan lebih dahsyat ketimbang rahim yang menjadi hangat. Ini bagian kewanitaan sampai berdarah-darah. Mungkin mbaknya sedang menstruasi, jadi berdarah-darah seperti itu.

Bedanya, ketika ramai soal “rahim hangat”, banyak yang justru membebek dengan melontarkan “candaan” serupa. Ya semacam “ovarium meledak”, “tuba fallopi bergetar”, “serviks melebar”, hingga “hamil online”.

Kali ini, netizen mungkin sudah sadar kalau yang menimpa anak SMA itu bentuk catcalling yang nggak pantas hingga muncul teguran: “Ew, disgusting, control yourself, sis. Kek gak pernah lihat cowo cakep aja.”

UK Safer Internet Centre pernah melakukan penelitian terhadap 3.257 remaja di Denmark, Hungaria, dan Inggris. Tujuan penelitiannya untuk mengetahui pengalaman mereka terhadap pelecehan seksual online.

UK Safer Internet Centre membagi pelecehan seksual dalam empat jenis. Pertama, perilaku pelecehan menggunakan konten digital (gambar, video, komentar) di berbagai platform, baik pribadi maupun publik. Kedua, pelecehan hingga membuat seseorang merasa terancam, dieksploitasi, dan dipaksa. Ketiga, kekerasan seksual yang membuat korban dikucilkan dari kelompok atau komunitas tertentu akibat konten seksual. Terakhir, permintaan seks dari seseorang, baik melalui komentar maupun konten.

Pada kasus seksualisasi yang tak diinginkan, 24 persen responden menyampaikan bahwa mereka pernah menerima komentar bernada seksual pada foto mereka. Yang patut dicermati, meski umumnya hal tersebut terjadi pada perempuan, laki-laki pun mengalaminya. Umumnya, responden menyampaikan bahwa foto mereka kerap dijadikan objek seksual.

Ketahuilah, mau kena ke cowok atau ke cewek, catcalling nggak ada yang bener. Mau konteksnya bercanda, karena sudah akrab, atau sama-sama tahu, ya tetap saja nggak pantas. Memang, semuanya kudu dimulai dari kesadaran dulu. Biar perilaku yang asik kayak gitu nggak terjadi lagi. Kalau tersinggung, urusannya bisa panjang, lho.

Terakhir diperbarui pada 12 Agustus 2021 oleh

Tags: catcallingpelecehan onlinepelecehan seksualrahim anget
Yamadipati Seno

Yamadipati Seno

Redaktur Mojok. Koki di @arsenalskitchen.

Artikel Terkait

Sisi Gelap Sebuah Pesantren di Tasikmalaya: Kelam & Bikin Malu MOJOK.CO
Esai

Sisi Gelap Sebuah Pesantren di Tasikmalaya: Mulai dari Pelecehan Seksual Sesama Jenis, Senioritas, Kekerasan, Hingga Senior Memaksa Junior Jadi Kriminal

9 September 2025
Ironi Gedangan Sidoarjo yang bikin orang Surabaya resah. MOJOK.CO
Ragam

Ironi Gedangan Sidoarjo: Jalan yang Tak Ramah bagi Perempuan karena Perilaku “Bejat” Warganya

21 Juli 2025
Melihat lebih utuh kasus pelecehan seksual difabel terhadap mahasiswi Mataram MOJOK.CO
Aktual

Melihat Lebih Utuh Kasus Pelecehan Seksual Difabel terhadap Mahasiwi di Mataram

4 Desember 2024
kekerasan seksual di ruang publik. Salah satunya pekerja hotel di Surabaya.
Ragam

Sulitnya Jadi Pekerja Hotel, Menghadapi Baby Boomers yang Mesum

25 Oktober 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Bencana Alam Dibuat Negara, Rakyat yang Disuruh Jadi Munafik MOJOK.CO

Bencana Alam Disebabkan Negara, Rakyat yang Diminta Menanam Kemunafikan

3 Desember 2025
Gowes Ke-Bike-An Maybank Indonesia Mojok.co

Maybank Indonesia Perkuat Komitmen Keberlanjutan Lewat Program Gowes Ke-BIKE-an

29 November 2025
'Aku Suka Thrifting': Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism.MOJOK.CO

‘Aku Suka Thrifting’: Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism

1 Desember 2025
Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
banjir sumatra.mojok.co

Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?

4 Desember 2025
Bakpia Mojok.co

Sentra Bakpia di Ngampilan Siap Jadi Malioboro Kedua

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.