Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

Capek Berbuat Baik karena Banyak Orang Jahat di Luar Sana

Yamadipati Seno oleh Yamadipati Seno
3 Januari 2020
A A
capek berbuat baik MOJOK.CO
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Berbuat baik itu bikin capek. Ketika kamu sudah mewakafkan diri untuk berbuat baik, tepi kebaikan hatimu itu malah dimanfaatkan sama orang jahat di luar sana.

Banyak filsuf online copas filsuf beneran buat bilang kayak gini: “Jangan lelah berbuat baik.” Saya kok nggak yakin betul mereka mengimani kalimat itu sendiri. Manusiawi, kok, ketika kamu merasa sudah capek betul untuk berbuat baik. Udah deh, nggak perlu jadi martir. Sesekali, kamu boleh jadi egois dengan memikirkan diri sendiri.

Berbuat baik memang tuntunan semua agama, baik yang diakui negara maupun mereka para penyembah panci. Namun, kayaknya cuma malaikat yang bisa kayak gitu. Bahkan mereka, para pemuka agama dan orang terpilih pun pernah mengeluh. Setidaknya di dalam hati.

Berbuat baik sampai jadi kayak martir itu merusak mental. Dari draining, terus mental breakdown, sampai ke level bikin puisi kayak Putri Marino yang jelek saja belum. Kasihan Pak Fadli Zon lahannya diambil Mbak Marino. Berikut akibat-akibat yang ditimbulkan dari keputusanmu menjadi martir bagi sesama:

Berbuat baik secara berlebihan bikin kamu merasa sendirian

Saya pernah sampai pada titik ini. Kamu merasa situasi tengah memburuk. Butuh sebuah aksi dan pengambilan keputusan strategis untuk mengatasi keterpurukan. Namun, dia yang seharusnya menjadi pemimpin bersikap pasif dan tidak memberi solusi.

Sebagai seseorang yang “merasa” peduli, kamu mewakafkan diri untuk berbuat baik. Kamu bekerja dua kali lebih keras. Kamu memikirkan hal-hal yang bukan jadi tanggung jawabmu. Lumayan sih kalau ada uang lemburan buat so called “berbuat baik” ini. Alih-alih uang lembur, ucapan terima kasih pun nggak pernah sampai di telingamu.

Lantaran orang lain tidak juga tanggap dengan pengorbanan ini, kamu merasa sendirian. Capek, capek sendiri. Stres, ya stres sendiri. Masalahnya, kamu sudah sampai pada titik di mana kamu nggak mungkin berhenti karena situasi akan semakin buruk. Kamu sudah kadung mencintai pekerjaanmu itu.

Kerja tim, seharusnya proses kelompok, bukan satu bekerja lebih keras yang lainnya menunggu. Apakah kamu nggak kasihan sama hatimu sendiri?

Capek dianggap “bisa kapan saja”

Yang pasti bikin capek berbuat baik itu ketika niatmu disalahartikan. Kamu dianggap “bisa kapan saja”. Ketika waktunya untuk mengaso, ada proyek dadakan yang mampir ke email.

“Sori, Mas. Saya jatahnya libur hari ini.”

“Wah, kamu aja deh yang ngerjain. Susah minta ke anak-anak. Kamu kan passion-nya kerja. Kalau nggak kerja kamu tremor.”

“Matamu, Mas.”

Tentu saja kalimat MATAMU itu cuma kamu batin saja. Kamu masih butuh kerjaan. Kamu masih harus nyicil BPJS dan beli rokok ketengan tiap habis makan.

Niat berbuat baik dengan kerja lebih keras sampai dikira punya passion kerja. Apa-apaan! Lantaran kamu nggak enakan orangnya, kamu nggak bisa nolak permintaan bangsat itu. “Oke, Mas,” adalah jawaban yang kamu ketik di gawai lalu kirim dengan muka terlipat dan hati mengumpat, “Telek lencung!”

Iklan

Kamu berhak untuk libur. Hatimu berhak untuk dibuat bahagia. Nggak dari orang lain, tetapi diri sendiri.

Kamu rentan dimanfaatkan

Ngelunjak. Biasa. Banyak yang kayak gitu. Ada sebuah titik di mana kamu harus memberontak. Pertama-tama, kepada diri sendiri. Kamu harus berani untuk berkata “Saya lelah”. Ketika kalimat itu nggak bisa kamu ucapkan ke diri sendiri, kamu akan jadi alat untuk dimanfaatkan orang lain.

Nggak usah terlalu munafik dengan berkata egois itu jelek. Berbuat baik itu memang perbuatan mulia. Tapi, ada kalanya kamu harus memperhatikan diri sendiri. Plis, yang akan selalu bisa menyayangi diri sendiri yang kamu sendiri. Berharap kepada manusia itu melelahkan. Pahami kalau banyak orang di luar sana yang jahat betul. Dunia nggak seindah itu.

Kekuatan untuk menolak, di kemudian hari, bakal membantumu. Trust me….

BACA JUGA Keseringan Kerja Lembur Buat Apa? Temenan Sama Penyakit-Penyakit Ini? atau tulisan Yamadipati Seno lainnya.

Terakhir diperbarui pada 3 Januari 2020 oleh

Tags: berbuat baikkerjalemburmental breakdownorang jahat
Yamadipati Seno

Yamadipati Seno

Redaktur Mojok. Koki di @arsenalskitchen.

Artikel Terkait

Mencari Jawaban Kuliah untuk Cari Ilmu vs untuk Cari Kerja, Sebuah Perdebatan yang (Dipaksa) Lestari
Kampus

Mencari Jawaban Kuliah Cari Ilmu vs Cari Kerja, Sebuah Perdebatan yang (Dipaksa) Lestari

13 Juni 2024
Gen Z Solo, dunia kerja.MOJOK.CO
Ragam

Stigma Gen Z yang Dianggap Nggak Becus di Dunia Kerja, Stigma Paling Serampangan yang Makin Hari Makin Parah Gara-gara Media Sosial

24 Mei 2024
lulusan SMA di keluarga penuh sarjana.MOJOK.CO
Ragam

Tak Kuliah, Jadi Lulusan SMA Satu-satunya di Keluarga Penuh S1 dan S2, Bangkit Setelah Gagal Bisnis dan Kena PHK

13 April 2024
Bos yang Toxic adalah Waktu yang Tepat untuk Resign MOJOK.CO
Ragam

Bos yang Toxic adalah Waktu yang Tepat untuk Resign

20 Januari 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
Kirim anak "mondok" ke Dagestan Rusia ketimbang kuliah UGM-UI, biar jadi petarung MMA di UFC MOJOK.CO

Tren Rencana Kirim Anak ke Dagestan ketimbang Kuliah UGM-UI, Daerah Paling Islam di Rusia tempat Lahir “Para Monster” MMA

1 Desember 2025
jogjarockarta.MOJOK.CO

Mataram Is Rock, Persaudaraan Jogja-Solo di Panggung Musik Keras

3 Desember 2025
Bencana Alam Dibuat Negara, Rakyat yang Disuruh Jadi Munafik MOJOK.CO

Bencana Alam Disebabkan Negara, Rakyat yang Diminta Menanam Kemunafikan

3 Desember 2025
8 tahun merantau di Jakarta akhirnya resign. MOJOK.CO

Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama

4 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Tragedi Sumatra Timbulkan Trauma: “Saya Belum Pernah Lihat Gayo Lues Seporak-poranda ini bahkan Saat Tsunami Aceh”

2 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.