MOJOK.CO – Arsenal memang klub medioker, mudah kalah ketika sebuah pertandingan makin sulit dimenangkan. Sudah medioker, mereka punya kumpulan fans terbodoh sedunia.
Menjadi fans Arsenal itu, selain membunuh kesabaran juga terkadang mengkerdilkan otak. Bagaimana tidak, setelah bermain apik dan seharusnya menang ketika melawan Tottenham Hotshit, klub dari London Utara ini kalah dari klub bawang dari Prancis, yang sedang duduk di papan tengah Ligue 1, Rennes.
Padahal, di periode yang sama, tengah minggu kemarin, klub-klub dari Inggris menikmati kemenangan di kejuaraan Eropa. Sebut saja Chelsea yang menang 3-0 atas Dynamo Kyiv di Liga Europa, kompetisi yang sama di mana Arsenal juga berpartisipasi. Di Jerman, Spurs menang 1-0 atas Borussia Dortmund. Sementara itu, di negera yang sama di mana Arsenal kalah 3-1, Manchester United menunjukkan salah satu performa terbaik mereka di bawah asuhan Ole Gunnar Solskjaer ketika menang 3-1 atas Paris Saint-Germain.
Sontak, Arsenal jadi bahan meme paling laku minggu lalu. Salah satu wording yang dipakai akun lucu-lucuan di Twitter berbunyi demikian: “Selalu ada 1 anak bodoh di dalam sebuah keluarga.” Wording tersebut ditemani sebuah kolase foto yang menunjukkan kemenangan Chelsea, Spurs, dan United, ditambah kekalahan The Gunners dari Renners.
Seorang pelatih futsal cum pemimpin laskar anti fans kardus berargumen bahwa The Gunners kalah karena hanya bermain 10 orang setelah Sokratis dikartu merah. Mau main 11 atau 10 pemain, kalau memang sudah jelek mainnya, dan nggak punya mental juara, sebaiknya memang diakui saja.
Bermain bertahan dan melakukan serangan balik seharusnya menjadi signature Arsenal. Toh ketika menjadi juara dengan tidak terkalahkan, katanya, pertahanan dan serangan balik The Gunners itu kelas wahid. Di rumah Rennes, yang ditunjukkan adalah cara bertahan siswa sekolah kelas pre-school.
Si “Koch” tersebut enggan mengakui kalau klub ini tidak bermain baik. Hhmm..untung saja saya sudah diblok beliau di Twitter. Namun, ada satu fakta yang sebetulnya mengusik saya. Fakta yang dimaksud adalah jangan-jangan, si Koch dengan branding brengsek tapi beda 180 derajat ketika tatap muka itu ada benarnya. Jangan-jangan sudah terjadi perbaikan di dalam klub ini tapi fans enggan mengakuinya. Atau lebih tepatnya, terlalu goblok untuk tidak mau melihatnya.
Perlu kamu ketahui, Arsenal baru saja mengganti pelatih yang sudah memimpin rezim selama 20 tahun lebih. Dana belanja The Gunners lebih sedikit ketimbang Fulham dan Wolves, dua klub promosi di Liga Inggris. Dengan kondisi seperti itu, The Gunners sudah mengumpulkan 12 poin lebih banyak ketimbang musim lalu di periode yang sama dan hanya tertinggal 14 poin dari pemuncak klasemen. Musim lalu, di periode yang sama, klub ini tertinggal 33 poin dari pemuncak klasemen.
Masalah jelas ada, tapi Gooners, fans terbodoh sedunia ini sudah tidak adil dengan pelatih dan para pemain. Well, kalau rutin memaki Alex Iwobi sih masih bisa dimaklumi. Namun, kalau menghabiskan energi untuk memaki Pierre-Emerick Aubameyang yang gagal penalti ke gawang Ayam Tiren sih betul tidak adil.
Aubameyang datang ketika Arsenal terpuruk dan berhasil mencapai 25 gol lebih cepat dari siapa pun striker klub ini. Mantan pemain AC Milan itu menganggat mood klub dan memperbaiki performa tim secara keseluruhan. Ketika sebuah klub tengah berada dalam periode buruk, kecenderungan fans medioker adalah enggan melihat kerja keras dan performa apik seorang pemain yang pernah mereka tunjukkan.
Ya misalnya seperti seorang stand-up comedian dari Jogja yang hobi menyerang Sokratis. Padahal, bek asal Yunani itu adalah salah satu penampil terbaik musim ini. Sekali kartu merah, performa apik di masa lalu langsung sengaja dilupakan. Begitulah gerutuan fans terbodoh sedunia.
Yang perlu dicatat kemudian adalah saat ini, Arsenal masih punya peluang mengakhiri musim di peringkat ketiga. Zona Liga Champions yang begitu sulit digapai Arsene Wenger untuk beberapa musim terakhir. Betul, Arsenal sering terpeleset di momen-momen penting. Namun, di beberapa momen penting lainnya, klub ini seperti badai yang datang tanpa bisa diprediksi.
Seperti ketika mengalahkan Spurshit di pertemuan perdana dengan skor 4-2 atau ketika mengalahkan Chelsea dengan skor 2-0. Diprediksi bakal mentok dapat seri, skuat asuhan Unai Emery ini justru menunjukkan level performa yang memuaskan.
Yang menjadi masalah memang klub ini terlalu bergantung kepada mood sebuah pertandingan. Ketika skenario tidak berjalan seperti yang diharapkan, The Gunners berpotensi hancur. Kartu merah, terlalu sering membuang peluang, satu blunder yang berujung kebobolan, hingga kinerja wasit yang sungguh brengsek.
Ketika hal-hal minor ini terjadi, The Gunners terjerembab di lubang sama. Sebuah lubang yang disebut lubang medioker. Ketika situasi ini kembali terjadi, kamu boleh memaki sepuasnya. Namun, sebagai fans terbodoh sedunia, hendaknya kamu tidak menutup mata terhadap posisi dan pencapaian pelatih anyar di tahun pertamanya.
Mari berdoa saja, mata badai bernama Arsenal itu lebih mudah tersemai, terbentuk. Biar di setiap pertandingan, klub ini selalu punya energi untuk merusak lawan dan tidak terjerembab di lubang medioker yang sama.