MOJOK.CO – Musim ini, Juventus menjadi sebuah tim yang lebih solid. Beberapa pemain berkembang pesat menjadi pemain kunci. Dan tidak ada nama Ronaldo di dalamnya.
Perseteruan antara fans Real Madrid dan Barcelona tidak akan pernah usai. Terutama ketika membandingkan pencapaian Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi. Sekarang, fans Barcelona mendapat sedikit bantuan dari fans Juventus. Sebagian fans Juventus sepakat kalau Ronaldo bukan lagi pemain terbaik mereka.
Ronaldo dan Messi dianggap sebagai “yang terbaik di dunia” karena mereka menciptakan semestanya sendiri. Terkadang, daya tarik keduanya membuat pelatih yang harus menyesuaikan diri. Taktik dan cara bermain tim disesuaikan dengan kelebihan Ronaldo dan Messi. Mereka seperti menciptakan sistem sendiri.
Dan situasi itu masih terjadi di Barcelona. Messi menjadi pusat universe. Pemain dan pelatih seperti planet yang mengitari pusat tata surya Blaugrana. Messi menarik dan mengikat pemain lain dengan daya gravitasinya. Dia menentukan. Membuat Barcelona kehilangan keseimbangan ketika Messi absen untuk memberi daya.
Ketika Messi masih menjadi “tata surya”, situasi berubah di Juventus. Ronaldo tidak lagi punya daya gravitasi untuk menarik pemain dan ide pelatih untuk berputar di sekitarnya. Kini, meski pahit untuk diakui, Ronaldo menjadi “mortal” yang ikut berputar mengitari sumbu bernama Juventus. Memang, pada akhirnya, tidak pemain yang lebih besar dibanding klub.
Dahulu, Ronaldo “sangat menentukan” ketika berseragam Real Madrid. Ketika menjuarai Liga Champions tiga kali berturut-turut, Zinedine Zidane menyusaikan taktiknya untuk mengeluarkan kemampuan terbaik Ronaldo. Hasilnya, kapten timnas Portugal itu menjadi predator kotak penalti yang sangat efisien.
Zaman berubah, Ronaldo pun juga. Serie A bukan sebuah liga yang mudah untuk ditundukkan. Ronaldo boleh saja meraih Scudetto bersama Juve. Namun, dia tidak memenanginya seorang diri. Serie A masih sosok monster yang bangkit lagi untuk menjerat kaki Ronaldo. Membuatnya tidak bisa bergerak sebebas dahulu.
Musim ini, Juventus menjadi sebuah tim yang lebih solid. Maurizio Sarri mengubah citra Si Nyonya Tua menjadi lebih menyerang. Karater baru yang sukses mengatrol kemampuan beberapa pemain. Beberapa pemain yang kini menjadi penampil terbaik. Menjadi deretan pemain kunci dan tidak ada nama Ronaldo di dalamnya.
Adalah @ForzaJuve1997, sebuah akun Twitter fans Juve tentu saja, mengunggah sebuah pertanyaan. “Juventini, menurutmu, siapa 5 pemain terbaik musim ini?”
Jawabannya: wasit, VAR, penalti, gol menit akhir, dan gol bunuh diri.
Bukan, bukan itu jawabannya. Mayoritas akun fans Juve menjawab demikian: Dybala, Cuadrado, Higuain, Pjanic, Alex Sandro, Bonucci, dan Szczesny. Maaf, itu lebih dari 5 pemain. Saya memang menyarikan beberapa pemain yang paling banyak disebut.
Ketika Juventus melepas Joao Cancelo dan menukarnya dengan Danilo, pos bek kanan menjadi tidak sebagus dulu. Meskipun perlu diakui, Danilo bukannya bermain buruk. Ketika Danilo absen, Sarri memainkan Cuadrado sebagai bek kanan. Berposisi asli sebagai sayap kanan, Cuadrado bisa menyesuaikan diri dengan peran barunya. Hasilnya, kontrak baru berhasil dia menangkan.
Szczesny? Saat ini, kiper asal Polandia itu menjadi kiper kedua di lima liga besar Eropa dengan rata-rata penyelamatan tertinggi mencapai 83,3 persen. Nilai rata-rata yang lebih bagus dibandingkan Jan Oblak dan David De Gea sekalipun.
Di lini depan, Higuain dan Dybala menjadi duo yang saling melengkapi. Higuain sendiri menjadi pemain yang paling banyak membuat gol dari open play sebanyak 4. Dua dari 4 gol ini menjadi gol kemenangan. Dia menjadi pembuat asis terbanyak (3). Higuain juga masuk dalam daftar pemain yang paling banyak membuat peluang penting dan yang menjadi gol, yaitu 3 dan 4.
Sementara itu, dari 16 laga yang sudah dimainkan, Dybala mencetak 7 gol (paling banyak), membuat 3 asis, dan terlibat di 10 aksi yang berujung gol. Rata-rata, Dybala membuat 1 gol sertiap 114 menit. Yang perlu ditekankan di sini adalah, baik Higuain maupun Dybala tidak masuk ke dalam rencana awal Sarri bersama Juventus.
“Baik Dybala maupun Higuain sudah tahu sejak awal musim kalau mereka tidak akan bermain reguler, tapi mereka tetap memutuskan untuk bertahan dan berjuang,” kata Sarri di sebuah wawancara.
Sementara itu, di depan Szczesny, Bonucci dan De Ligt dengan perlahan membangun sebuah hubungan yang kokoh. De Ligt, bek yang masih berusia 20 tahun, datang menanggung ekspektasi sebagai salah satu rising star. Seharusnya fans memahami kalau De Ligt butuh waktu untuk beradaptasi dan tentu saja untuk berkembang.
Setelah 4 bulan berjalan, semakin terlihat kalau De Ligt adalah masa depan Juventus. Pengalaman hanya bisa ditabung lewat menit bermain. De Ligt melewati menit demi menit dengan baik. Kini, bersama Szczesny dan Bonucci, ketiganya menjadi pemain terbaik di jantung pertahanan Juventus.
Melihat situasi seperti ini, apakah Juventus tidak membutuhkan Ronaldo? Tentu saja itu pertanyaan bodoh. Si Nyonya Tua akan sangat membutuhkan Ronaldo di momen-momen paling krusial.
Seperti yang saya tegaskan di paragraf sebelumnya, pengalaman hanya bisa dtabung lewat menit ke menit. Ronaldo sudah melewati ribuan menit bertarung dengan pemain terbaik di dunia untuk hadiah terbesar di level klub, yaitu Liga Champions. Akan ada saatnya ketika Sarri dan Juventus menyesuaikan diri lagi dengan gravitasi Ronaldo.
Meski hanya akan terjadi sesaat, ketika Si Nyonya Tua berada di ambang kegagalan lagi dan lagi. Meski hanya satu open play, Juventus dan Sarri akan membutuhkan pengalaman Ronaldo. Untuk sekali lagi menjadi penentu dan predator di kotak penalti.
Perkawinan sesungguhnya antara Juventus dan Ronaldo belum terjadi. Jika saat itu terjadi, saya rasa tim ini akan menjadi sangat komplet. Berisi manusia-manusia unggul yang sadar akan makna perjuangan dan kejayaan di ujung kesusahan.
BACA JUGA Sosok Cristiano Ronaldo Terlalu Besar Bagi Juventus atau tulisan Yamadipati Seno lainnya.