Kalau ada salah satu serangga yang membingungkan secara penamaan, boleh jadi kupu-kupu gajah adalah salah satunya. Lha bagaimana tidak, namanya saja kupu-kupu gajah, makhluknya satu, tapi namanya dua: kupu-kupu dan gajah. Dan bajangkrek setan alas, sudah salah secara penamaan, ternyata masih saja salah secara penggolongan. Sebab ternyata, kupu-kupu gajah bukanlah termasuk kupu-kupu, melainkan ngengat. Maumu apa sih, Njing? (Eh, ini kupu-kupu, gajah, ngengat, apa anjing, sih?)
Yah, begitulah. Orang-orang menyebutnya sebagai kupu-kupu gajah. Disebut kupu-kupu sebab dia memang mirip kupu-kupu, dan ditambah embel-embel gajah sebab ia memang punya ukuran tubuh jumbo yang jauh lebih besar dari kawan-kawan satu golongannya.
Nama latin binatang membingungkan ini adalah Attacus atlas, ia mudah ditemukan di daerah Asia tropis seperti China, India, dan Asia Tenggara.
Saat merentangkan sayapnya dengan penuh, sayap kupu-kupu gajah betina bisa mencapai lebar sayap sepuluh sampai dua belas inci, tak heran jika kemudian ia disebut sebagai ngengat terbesar di dunia. Ukuran sayapnya yang besar dengan coraknya yang indah membuat kupu-kupu gajah laris menjadi objek bidikan kamera banyak orang.
Sayang, keindahan sayap kupu-kupu gajah tidak bisa bertahan lama, sebab begitu keluar dari kepompong dengan sayapnya yang indah, ia hanya bisa hidup selama seminggu atau maksimal dua minggu, setelah itu mati. Sekali berarti, sudah itu mati.
Melalui kematiannya, ia seolah ingin mengajarkan kepada manusia, bahwa segala bentuk keindahan di dunia ini adalah fana, hanya sementara. Tak ada yang kekal, tak ada yang abadi.
Wahai manusia, tidakkah dirimu belajar sesuatu?