Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Ulasan Film

“Ziarah” dan Pencarian yang (Tidak) Sederhana

Dony Iswara oleh Dony Iswara
28 Mei 2017
A A
“Ziarah” dan Pencarian yang (Tidak) Sederhana
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Beberapa hari yang lalu, untuk pertama kalinya setelah sekian lama akhirnya saya kembali menginjakkan kaki di gedung bisokop. Kali ini karena diajak oleh seorang teman untuk menonton film Indonesia berjudul Ziarah.

Saya tidak tahu apa-apa mengenai film ini. Teman saya juga enggan memberi semacam pengantar singkat mengenai film yang akan kami tonton. Berbekal ketidaktahuan, saya akhirnya duduk dalam studio bersebelahan dengan si teman (yang belakangan saya ketahui ikut terlibat dalam proses produksi film yang kami tonton) dan sedikit demi sedikit mulai hanyut dalam jalinan cerita yang digarap oleh tangan piawai B. W. Purba Negara.

Di luar dugaan saya, film ini ternyata sungguh bagus dan sangat menarik.

Kesederhanaan, itulah kunci utama Ziarah. Premis film berdurasi 87 menit ini sangat sederhana. Tokoh utama film ini seorang perempuan berusia 95 tahun bernama Mbah Sri. Mbah Sri diceritakan memiliki seorang suami bernama Pawiro Sahid. Ketika Agresi Militer II yang terjadi tahun 1948, Mbah Sri terpaksa berpisah dengan suaminya saat Pawiro pamit dari rumah untuk ikut berjuang membela tanah air.

Ketika perang usai, Pawiro tak kunjung pulang ke rumah, bahkan hingga usia Mbah Sri menginjak 95 tahun.

Sahabat-sahabat Mbah Sri yang telah pergi mendahuluinya dan dimakamkan di sebelah makam suami mereka memunculkan keinginan serupa pada Mbah Sri. Tapi, jika pun suaminya telah tiada, ia tidak pernah tahu di mana makamnya.

Hingga akhirnya pada suatu hari di tahun 2012, Mbah Sri tidak sengaja bertemu salah seorang veteran yang mengenal suaminya. Ia mengetahui lokasi ditembaknya Pawiro oleh serdadu Belanda pada 1949, katanya kepada Mbah Sri. Berbekal informasi itu, Mbah Sri memulai petualangannya mencari makam sang suami. Sementara itu, cucu Mbah Sri yang mendapati bahwa neneknya pergi tanpa pesan berusaha mengikuti jejak Mbah Sri dengan tujuan membawa Mbah Sri pulang ke rumah.

Ini film tentang pencarian. Mbah Sri pergi tanpa pamit dari rumah untuk menemukan makam suaminya. Cucu Mbah Sri meninggalkan rumah karena harus mencari Mbah Sri. Yang menarik dari sebuah pencarian ialah terkadang kita tidak selalu menemukan apa yang kita cari, walau tak berarti pencarian itu menjadi sia-sia. Kita tetap menemukan sesuatu meskipun yang kita temukan itu bukanlah sesuatu yang kita cari. Pertanyaan besarnya, apakah kita bisa berbesar hati ketika kita menemukan sesuatu dalam pencarian kita meskipun hal itu bukanlah sesuatu yang kita cari? Apakah kita bisa menerima dengan ikhlas apa yang kita temukan dalam pencarian kita?

Ada beberapa hal menarik yang disuguhkan Ziarah. Pertama, kepiawaian sutradara mengarahkan Mbah Ponco Sutiyem, 95 tahun, pemeran Mbah Sri. Mengarahkan lansia dalam produksi film seharusnya bukan perkara gampang. Yang mengagumkan, Mbah Ponco berhasil menghidupkan karakter yang diperankannya dengan sangat baik.

Kedua, dialog-dialog dalam film ini sangat menarik untuk diikuti. Beberapa dialog bermakna sangat mendalam, terutama kalimat-kalimat yang diucapkan Mbah Sri. Dialog-dialog lain dengan konteks lebih ringan yang dibawakan karakter-karakter pendukung juga mampu menyampaikan pesan dengan lugas dan jelas serta memberi nyawa pada plot secara keseluruhan. Pada beberapa bagian, ada dialog-dialog yang sedikit menyinggung sejarah dan kondisi sosial politik yang tetap dikemas dengan gaya natural dan mengalir.

Salah satu hal yang cukup menarik dari film ini ialah masuknya elemen mistis tanpa terjebak dalam stereotip mistis dalam film Indonesia. Penambahan unsur mistis ke dalam plot tidak terkesan dipaksakan dan dapat bersimbiosis secara sempurna dengan plot utama. Hal ini menjadikan unsur mistis elemen yang memang dibutuhkan dan tidak terkesan pemanis semata. Suatu nilai tambah yang cukup layak diapresiasi mengingat terlalu dangkalnya penggunaan elemen mistis dalam film-film Indonesia pada umumnya.

Hal menarik lain yang menjadi perhatian saya dalam film ini ialah sosok Pawiro. Jika diperhatikan, Pawiro tidak pernah muncul sejak detik-detik awal film ini bergulir. Kendati demikian, sosok ini menjadi sangat lekat dan penting di benak penonton karena ialah nyawa utama film ini. Penonton dikenalkan dengan sosok Pawiro lewat dialog-dialog Mbah Sri dengan orang-orang yang ditemuinya sepanjang perjalanan.

Taktik yang sama juga digunakan sutradara lewat dialog-dialog antara cucu Mbah Sri dan orang-orang yang ditemuinya dalam perjalanan mencari Mbah Sri. Pawiro adalah satu-satunya alasan bagi Mbah Sri untuk memulai petualangannya. Pawiro tidak pernah muncul di layar namun pada saat yang bersamaan selalu ada di tiap bagian film ini. Cara sutradara untuk menghidupkan tokoh Pawiro lewat cerita demi cerita yang disampaikan oleh karakter-karakter lain saya nilai cukup tepat dalam membangun sosok Pawiro sebagai salah satu daya tarik film ini.

Secara sepintas Ziarah mengingatkan saya pada Big Fish (Tim Burton, 2003). Bedanya, Ziarah film yang jahat. Banyak yang menganggap George R. R. Martin jahat karena membunuh karakter-karakter rekaannya dalam Game of Thrones. Namun, bagi saya, ia tidak ada apa-apanya dibandingkan jahatnya B. W. Purba Negara yang membiarkan karakter rekaannya tetap hidup dan menanggung konsekuensi dari pencariannya.

Iklan

Ziarah adalah film yang sangat bagus dan mampu meninggalkan kesan mendalam pada benak penonton, setidaknya itulah yang saya rasakan ketika closing credits bergulir dan lampu studio dinyalakan. Orang-orang mulai beranjak dari kursi dan saya hanya bisa menghela napas panjang.

Terakhir diperbarui pada 10 Maret 2021 oleh

Tags: 2017bw purba negarafilm indonesiaponco sutiyemziarah
Dony Iswara

Dony Iswara

Admin Medsos Mojok.

Artikel Terkait

Film Tukar Takdir Nggak Sekadar Adegan Mesra Nicholas Saputra dan Adhisty Zara dalam Mobil! Mojok.co
Pojokan

Film Tukar Takdir Nggak Sekadar Adegan Mesra Nicholas Saputra dan Adhisty Zara!

8 Oktober 2025
Naik Sepeda Jogja Lamongan demi Menunaikan Rindu pada Ibu MOJOK.CO
Esai

Menuntaskan 640 Kilometer Jogja Lamongan Bersepeda demi Ziarah Batin dan Menunaikan Rindu pada Ibu

12 September 2025
Pabrik Gula lempeng. MOJOK.CO
Ragam

Mengulik Kejadian Nyata dari Pabrik Gula, Film Horor yang Alur Ceritanya “Lempeng-lempeng” Saja

7 April 2025
Review film Indonesia terbaru, Cinta Tak Pernah Tepat Waktu garapan Hanung Bramantyo adaptasi novel laris Puthut EA (MOJOK.CO)
Catatan

Membedah Isi Kepala Laki-laki yang Selalu Bilang “Belum Siap” kalau Diajak Nikah

15 Februari 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Kirim anak "mondok" ke Dagestan Rusia ketimbang kuliah UGM-UI, biar jadi petarung MMA di UFC MOJOK.CO

Tren Rencana Kirim Anak ke Dagestan ketimbang Kuliah UGM-UI, Daerah Paling Islam di Rusia tempat Lahir “Para Monster” MMA

1 Desember 2025
Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
Para penyandang disabilitas jebolan SLB punya kesempatan kerja setara sebagai karyawan Alfamart berkat Alfability Menyapa MOJOK.CO

Disabilitas Jebolan SLB Bisa Kerja Setara di Alfamart, Merasa Diterima dan Dihargai Potensinya

2 Desember 2025
Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

30 November 2025
Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

2 Desember 2025
Relawan di Sumatera Utara. MOJOK.CO

Cerita Relawan WVI Kesulitan Menembus Jalanan Sumatera Utara demi Beri Bantuan kepada Anak-anak yang Terdampak Banjir dan Longsor

3 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.