Saya tidak minat bergabung dalam golongan orang-orang yang memperdebatkan mana lebih baik antara One Piece, Naruto, Doraemon, atau Tukang Bubur Naik Haji. Selain buang-buang waktu, perdebatan macam itu tidak akan habisnya.
Penggemar One Piece yang melalui masa kanak-kanak sampai masa patah hati dengan menonton tubuh melar Monkey D. Luffy akan tetap menyebut One Piece tiada banding, walaupun serial itu aneh sekali karena tak kunjung habis—seperti penderitaan. Begitu pula pengagum Tukang Bubur Naik Haji yang kebetulan mantan pacarnya agak mirip Citra Kirana, bakal bersikukuh itu sinetron terhebat sejagat raya, kendati tukang bubur sekaligus tokoh utamanya koit padahal sinetron masih tayang.
Saya tidak mau berdebat. Namun, jika harus memilih, tanpa ragu saya akan mendaulat Masashi Kishimoto dengan Naruto-nya sebagai salah satu orang paling berjasa bagi masa kecil saya. Anda boleh bilang One Piece lebih seru, Detective Conan lebih bergizi, atau Doraemon lebih mengharu biru. Tapi saya tidak peduli karena bagi saya Naruto adalah adalah anime terbaik.
Saya enggan bilang “no debat”. Sebaliknya, silakan Anda mendebat dan memuja anime favorit Anda sampai berbusa-busa. Anda juga boleh merekam gerutuan Anda melalui voice note berdurasi tiga belas jam. Kalau rekaman gerutuan Anda sudah rampung, saya akan memutarnya dan memperdengarkanya kepada tembok atau seekor tikus gemuk yang kebetulan kerap lewat di dekat kamar saya.
Kan sudah saya bilang, saya enggan berdebat.
Kita fokuskan saja pada pembahasan Naruto. Anda tahu, Naruto tidak sesederhana kisah seorang bocah yatim piatu yang bercita-cita menjadi kepala desa. Di dalamnya terpendam pula simbol-simbol yang ada hubungannya dengan situasi Indonesia akhir-akhir ini, wabilkhusus mengenai ulah pejabat kita yang nggak terhormat-hormat amat—untuk tidak menyebut mereka emang nggak terhormat sama sekali sih. Kalau tak percaya, Anda boleh pertimbangkan hal-hal berikut ini.
Apa persamaan Orochimaru dan Sri Mulyani Bupati Klaten? Kalau Anda pencinta Naruto dan doyan mengikuti isu teranyar, seharusnya gampang saja mengidentifikasi kemiripan keduanya.
Mungkin Anda sedang menduga-duga dan menghubungkan sehelai benang merah? Teruslah melakukan itu sembari saya melanjutkan tulisan ini.
Dalam semesta Naruto, Orochimaru dikenal sebagai ninja pengkhianat yang memiliki profil perpaduan antara Luis Suarez dan Panji Sang Penakluk—suka menggigit dan senang dengan hal-hal berbau ular. Gigitan Orochimaru bukan sembarang gigitan, tapi gigitan yang dapat mengubah dunia—setidaknya dunia Naruto. Gigitan Orochimaru adalah segel kutukan yang dahsyat. Kimimaru hingga Sasuke adalah di antara korbannya.
Dari Desa Konoha, mari kita beralih menuju Klaten. Di Klaten, seorang bupati bernama Sri Mulyani melakukan apa-apa yang persis dengan perbuatan Orochimaru. Ia gemar menandai berbagai macam hal untuk menyisakan jejak-jejaknya. Kalau Orochimaru mengerahkan segel kutukan, Sri Mulyani menggunakan foto dirinya sendiri. Salah satu korbannya adalah hand sanitizer. Hand sanitizer bergambar Sri Mulyani memang tidak punya kemampuan chidori layaknya Sasuke, tapi ia sanggup menyengat jutaan orang.
Kita harus buru-buru melindungi Sri Mulyani agar Orochimaru tidak marah-marah dan protes, lalu mampir ke Indonesia karena triknya ditiru oleh seorang bupati.
Jurus menghilang juga menjadi salah satu hal paling sering disebut dalam jagat Naruto. Wajar belaka, wong itu anime memang cerita soal ninja kok. Salah satu kekhasan ninja adalah kemampuan untuk menghilangkan diri dalam sekejap.
Pada masa ketika menggandrungi Naruto, saya pikir kemampuan menghilang hanya bisa dilakukan oleh para warga Desa Konoha dan sekitarnya. Ternyata saya keliru, sebab jurus itu bisa pula dilakukan oleh seorang menteri di Indonesia. Anda tahu di mana Menteri Terawan? Tidak tahu? Anda pikir dia sedang ada di mana dan lagi ngapain? Tidak tahu juga?
Berterimakasihlah kepada para penggemar berat Naruto. Sebab hanya mereka yang dapat memecahkan misteri “hilangnya” Menteri Terawan akhir-akhir ini. Tidak perlu berpikir rumit-rumit apalagi mengemukakan teori konspirasi seperti Jerinx. Menteri Terawan tidak ke mana-mana, kok. Beliau hanya sedang rajin mempraktikkan sebuah jurus yang baru dipelajarinya dari Jiraiya. Jurus menghilang!
Tentu saja ini sebatas dugaan. Tapi, memang jawaban apa lagi yang lebih masuk akal selain kemungkinan Menteri Terawan lagi fokus belajar jutsu baru?
Sebenarnya masih ada beberapa korelasi yang bisa kita tarik antara semesta Naruto dan pejabat Indonesia kiwari. Misalkan fakta bahwa Tsunade mirip dengan Megawati atau Luhut Pandjaitan sepintas mirip kyubi. Tapi sudahlah, tak perlu bukti banyak untuk menunjukkan bahwa menonton Naruto ternyata berguna untuk memahami ulah pejabat.
BACA JUGA 3 Kesamaan Lagu ‘Aisyah Istri Rasulullah’ dengan Lagu ‘Captain Tsubasa’ dan tulisan Erwin Setia lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.