• Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
Terminal Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Home
    • Mojok.co
  • NusantaraHOT
  • Gaya Hidup
    • Game
    • Fesyen
    • Otomotif
    • Olahraga
    • Cerita Cinta
    • Gadget
    • Personality
  • Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Acara TV
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Politik
  • Profesi
  • Home
    • Mojok.co
  • NusantaraHOT
  • Gaya Hidup
    • Game
    • Fesyen
    • Otomotif
    • Olahraga
    • Cerita Cinta
    • Gadget
    • Personality
  • Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Acara TV
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Politik
  • Profesi
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Gaya Hidup
  • Pojok Tubir
  • Kampus
  • Hiburan
  • Tiktok
  • Politik
  • Kesehatan
  • Mau Kirim Tulisan?
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Kerja 4 Hari dalam Seminggu Adalah Hal yang Nggak Mungkin Terjadi di Indonesia

Seto Wicaksono oleh Seto Wicaksono
17 April 2021
A A
bekerja dengan baik kerja 4 hari dalam seminggu mojok

bekerja dengan baik kerja 4 hari dalam seminggu mojok

Share on FacebookShare on Twitter

Sudah satu tahun lebih para karyawan kantoran dipaksa bekerja di rumah, karena imbas dari pandemi. Istilah JakSel-nya, sih, WFH (Work From Home). Dalam bayangan saya, mungkin juga sebagian pekerja lainnya, WFH akan berlangsung asyik dan seru. Nggak perlu bermacet-macetan di tengah jalanan ibu kota dan berdesak-desakan sewaktu menggunakan transportasi massal. Bahkan, istilah “tua di jalan” barangkali sudah tidak relevan bagi para pekerja yang WFH.

Namun, ternyata itu semua hanya ada dalam angan para karyawan di banyak perusahaan. Realitanya, selama WFH, total bekerja dalam sehari bisa lebih dari delapan jam. Pada hari libur atau waktu istirahat pun tetap di-chat oleh atasan untuk sekadar update report. Pengin cuti malah dibilang, “Lah, kan kerjanya di rumah? Masa masih mau cuti juga?”, belum lagi meeting online yang nggak ada habisnya.

Imbasnya, work-life balance menjadi hal yang klise bagi para karyawan di masa sekarang. Tanpa disadari, WFH malah membikin banyak pekerja terjerumus dalam hustle culture—sebuah gaya hidup yang membikin seseorang bekerja terus-menerus tanpa kenal waktu. Kapan pun, di mana pun.

Di tengah ramainya pembahasan antara work-life balance dan hustle culture, baru-baru ini mulai ada perbincangan soal kerja 4 hari dalam seminggu. Adalah Microsoft di Jepang dan Perpetual Guardian, juga Unilever di Selandia Baru, yang sudah mencoba untuk menerapkan sistem kerja tersebut—4 hari dalam seminggu.

Mengutip dari Kompas, Work-Life Choice Challenge yang dilakukan oleh Microsoft Jepang, memberi dampak positif bagi para karyawan juga perusahaan. Setelah percobaan 4 hari kerja dalam seminggu dilakukan, produktivitas karyawan meningkat 40 persen, penjualan per-karyawan naik sekitar 39,9 persen, sedangkan penggunaan listrik di kantor menurun sebanyak 23 persen. Warbyasa, warbyasa.

Sebagai seorang karyawan kantoran biasa yang bekerja 40 jam dalam seminggu, hal tersebut membikin saya berandai-andai, mungkin nggak ya, percobaan tersebut dilakukan juga di Indonesia? Sebab, ada beberapa hal yang dirasa perlu menjadi bahan pertimbangan.

Pertama, di sektor formal, pemerintah sudah menetapkan total jam kerja dalam seminggu, yakni 40 jam. Perhitungannya, 8 jam dalam 5 hari atau 7 jam dalam 6 hari (biasanya pada Sabtu/hari keenam hanya 5 jam). Lebih dari itu akan dihitung sebagai overtime (lembur) dan akan mendapat bayaran sebagaimana mestinya, menyesuaikan kebijakan tiap perusahaan.

Dalam hal ini, akan menjadi pengecualian jika sebagian perusahaan ingin melakukan penyesuaian atau percobaan tanpa mengurangi hak karyawan, tentunya.

Bukan tanpa alasan saya meragukan hal ini. Pasalnya, untuk mewujudkan work-life balance saja rasanya sulit. Saat cuti masih ditanya ini-itu, pada waktu di luar kerja masih ditagih laporan, dan seterusnya, dan seterusnya.

Rasanya nggak berlebihan jika pada akhirnya, karyawan kantoran di sebagian perusahaan di Indonesia bertanya-tanya sekaligus insecure, “Sebagai karyawan, saya masih dianggap sebagai aset perusahaan atau mesin yang dipaksa terus bekerja, ya?”

Kedua, di lingkungan sekitar kita, karyawan yang bekerja tanpa kenal waktu, sering lembur atau pulang telat, justru dianggap keren, berkontribusi, sekaligus punya dedikasi yang tinggi bagi perusahaan.

Mereka yang bekerja dengan gaya hustle culture malah lebih diapresiasi, tanpa peduli efek laten dari sisi emosi juga kesehatan. Akhirnya, para pekerja yang punya prinsip smart working dan bekerja seefisien mungkin, malah terlihat kurang menonjol dibanding mereka yang sering lembur. Akibatnya, demotivasi dalam bekerja kerap terjadi.

Tentu saja kerja 4 hari dalam seminggu akan sia-sia jika 3 hari sisanya tetap dihubungi untuk diminta laporan, meeting online, dan sebangsanya. Pada poin ini, perusahaan dan karyawan perlu mengingat kembali bahwa, kerja itu untuk hidup. Bukan sebaliknya.

Jika kita mau mengadopsi metode yang dilakukan oleh Microsoft di Jepang, barangkali 3 hari libur membikin para karyawannya memiliki waktu lebih untuk berkumpul bersama keluarga, melakukan hobi/minat lain di luar pekerjaan, atau sekadar liburan singkat, yang pada akhirnya dapat meningkatkan produktivitas dalam bekerja.

Kendati demikian, tentu saja saya akan ikut senang jika perusahaan di Indonesia, pada akhirnya melakukan percobaan kerja 4 hari dalam seminggu. Bukan pengin banyak main, libur, atau rebahannya. Lebih kepada meneruskan hasil positif dari percobaan yang sudah dilakukan oleh Microsoft di Jepang dan Unilever di Selandia Baru.

Namun, apa boleh buat jika karyawan hanya dianggap sebagai mesin yang dipaksa terus bekerja dan bukan aset bagi perusahaan. Jalani saja realita yang ada, bekerja 5 hari dalam seminggu dengan segala tetek bengeknya. Jadi karyawan biasa, kok, banyak maunya.

ACA JUGA Psikotes Nggak Perlu Dimanipulasi, Recruiter Paham Mana yang Alami dan Nggak dan artikel Seto Wicaksono lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 17 April 2021 oleh

Tags: Indonesiakerja 4 hari dalam semingguperusahaanproduktivitas kerja

Ikuti untuk mendapatkan artikel terbaru dari Terminal Mojok

Unsubscribe

Seto Wicaksono

Seto Wicaksono

Kelahiran 20 Juli. Fans Liverpool FC. Lulusan Psikologi Universitas Gunadarma. Seorang Suami, Ayah, dan Recruiter di suatu perusahaan.

ArtikelTerkait

6 Jutsu Naruto yang Mirip dengan Ajian yang Ada di Indonesia

6 Jutsu Naruto yang Mirip dengan Ajian yang Ada di Indonesia

19 Januari 2023
Bukan Cuma Merugikan Mahasiswa, Unpaid Internship Juga Merugikan Perusahaan

Bukan Cuma Merugikan Mahasiswa, Unpaid Internship Juga Merugikan Perusahaan

4 Januari 2023
Sesungguhnya Bisa Mengadakan Pernikahan Sederhana di Indonesia Adalah Sebuah Kemewahan Terminal Mojok

Sesungguhnya Bisa Mengadakan Pernikahan Sederhana di Indonesia Adalah Sebuah Kemewahan

1 Januari 2023
5 Alasan Orang Jepang Betah Kerja di Indonesia Terminal Mojok

5 Alasan Orang Jepang Betah Kerja di Indonesia

22 Desember 2022
10 Tradisi Pernikahan Indonesia yang Bikin Heran Orang Jepang Terminal Mojok

10 Tradisi Pernikahan Indonesia yang Bikin Heran Orang Jepang

13 Desember 2022
Membela Turis Indonesia yang Gemar Belanja dan Berfoto Ria Terminal Mojok

Membela Turis Indonesia yang Gemar Belanja dan Berfoto Ria

10 Desember 2022
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
culture shock si inyong arek kota surabaya terminal mojok

Ekspektasi Tak Sesuai Kenyataan, Tetap Bangga Bilang Inyong Arek Suroboyo

Serial Omar Adalah Teman Sahur Terbaik! #TakjilanTerminal09

Dibanding Acara Komedi Joget-joget, Serial 'Omar' Adalah Teman Sahur Terbaik! #TakjilanTerminal09

Buku Agenda Ramadan, Membuat Saya Pernah Dikatain Kafir. #TakjilanTerminal10 terminal mojok.co

Buku Agenda Ramadan, Membuat Saya Pernah Dikatain Kafir. #TakjilanTerminal10



Terpopuler Sepekan

6 Dosa Penjual Nasi Padang yang Bukan Orang Minang Terminal Mojok
Kuliner

6 Dosa Penjual Nasi Padang yang Bukan Orang Minang Asli

oleh Tiara Uci
25 Januari 2023

Tobat, klean.

Baca selengkapnya
Bom Waktu Arema FC dan Momentum Suporter Generasi Baru (Unsplash)

Bom Waktu Arema FC dan Momentum Perubahan bagi Suporter Generasi Baru yang Menolak Tunduk

30 Januari 2023
Solo Safari Zoo, Alat Pencitraan Brilian dari Gibran Rakabuming Terminal Mojok

Solo Safari Zoo, Alat Pencitraan Brilian dari Gibran Rakabuming

31 Januari 2023
Saatnya Purwokerto Memisahkan Diri dari Kabupaten Banyumas (Unsplash)

Saatnya Purwokerto Memisahkan Diri dari Kabupaten Banyumas

31 Januari 2023
5 Dosa Operator Pertashop yang Membuat Lapak Mereka Sepi (Unsplash)

5 Dosa Operator Pertashop yang Membuat Lapak Mereka Sepi

1 Februari 2023

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=FyQArYSNffI&t=47s

Subscribe Newsletter

* indicates required

  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
DMCA.com Protection Status

© 2023 Mojok.co - All Rights Reserved .

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Gaya Hidup
    • Cerita Cinta
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Hewani
    • Kecantikan
    • Nabati
    • Olahraga
    • Otomotif
    • Personality
  • Pojok Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Hiburan
    • Acara TV
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Tiktok
  • Politik
  • Kesehatan
  • Mau Kirim Tulisan?
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2023 Mojok.co - All Rights Reserved .