Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Rajin Salat dan Beribadah, tapi Kelakuannya Kok Masih Begitu?

Winda Ariani oleh Winda Ariani
12 November 2019
A A
Rajin Salat dan Beribadah, tapi Kelakuannya Kok Masih Begitu?
Share on FacebookShare on Twitter

Saya memiliki pemikiran yang nyeleneh sejak kecil. Saya pernah mengguggat pembacaan suatu kitab yang rutin dilakoni teman saya setiap minggu. Waktu itu, saya hanya menanyakan, “Kamu tahu tidak arti kitab yang kamu baca?” Teman saya menjawab, “Dengan membaca itu kita dapat pahala,” yang artinya dia tidak tahu artinya tapi berkilah kalau dengan membacanya akan mendapatkan pahala. Lalu saya menimpali, “Untuk apa membaca jika tidak tahu artinya.” Akhirnya teman saya mendoakan, “Semoga kamu lekas mendapat hidayah.”

Jujur, saya merasa berdosa sekali berani menggugat ditambah doa teman saya agar saya lekas mendapat hidayah. Apakah salah ketika saya bertanya seperti itu? Sampai akhirnya saya menemukan buku kumpulan ceramah Emha Ainun Nadjib. Ceramah beliau adalah jawaban dari setiap pemikiran nyeleneh saya sejak kecil.

Dalam buku Allah Tidak Cerewet Seperti Kita, Cak Nun menjelaskan sebagai berikut:

Jangan menghormati orang karena wiridannya. “Wah, orang itu wiridnya ampuh,” jangan begitu. Wiridan itu input, ibadah itu input, bukan output. Output-nya amal saleh. Wiridan itu untuk melembutkan hati, meningkatkan kepekaan sosial, dan mendekatkan diri kita kepada Allah. Sehingga, begitu keluar rumah atau masjid, kita menjadi sangat santun kepada banyak orang. Yang penting adalah santun kepada orang, akhlakul karimah, bukan wiridannya. Kita orang Islam yang baik bukan dari jumlah wiridannya. Ada juga kok orang yang tidak pakai wiridan apa-apa tapi tingkah lakunya baik.

Tidak masalah kita ahli wirid, pintar membaca Alquran, asal jangan lantas jadi sombong ke orang lain karena itu semua. Buat apa seperti itu tapi sombong terhadap orang lain? Setiap pengajian merasa lebih alim dan lebih pintar dari umatnya?

Jangan kaget jika melihat seseorang ibadahnya getol, tetapi senggol sedikit langsung marah. Jangan kaget melihat seseorang rajin shalat dan mengaji, tetapi berkendara tidak memakai helm. Sebab, yang salah bukan ajaran agamanya tapi oknum manusianya.

Sebab kita tidak pernah tahu apa yang ada di dalam hati orang lain. Siapa sangka orang yang kita anggap paling berdosa, justru dia yang paling mulia dihadapan Tuhan? Justru kita yang lalai karena menganggap diri lebih baik dari pada orang lain. Seperti kata Cak Nun, perilaku adalah yang utama. Bukan gelar keagamaan, sarung, sorban, atau tanda gosong di dahi seseorang.

Ritual agama sudah dijelaskan serinci mungkin beserta terjemahannya. Salat bukan hanya gerakan ruku dan sujud semata, tetapi bagaimana memaknai ritual salat itu sendiri. Jika salat hanya dilakukan sebagai sarana pengguggur kewajiban, apakah fungsi shalat sebagai pencegah kemungkaran sudah terlaksana? Tentu belum. Barangkali ini jawaban dari pernyataan, “Rajin salat kok masih….”

Baca Juga:

Saya Muslim, tapi Saya Enggan Tinggal Dekat Masjid dan Musala

Kasta Sarung Paling Nyaman yang Cocok Dipakai Saat Salat Id

Bacaan salat sudah tersedia dalam berbagai bahasa. Tidak ada salahnya kita hafalkan terjemahannya. Justru mempelajari terjemahan bacaan salat lebih penting. Setidaknya kita mengerti, jika dalam gerakan takbir mengandung makna kerendahan hati, “Allah maha besar, aku berserah diri atas segala apa yang aku punya, aku tinggalkan seluruh kesibukan dan menghadapmu.”

Nah bagaimana mau mendapat output yang benar, apabila kurang memahami ritual itu sendiri? Bagaimana mau salat yang benar jika hanya sekadar menghafal bacaan salat tanpa mengetahui maknanya? Ibarat membaca novel sedih berbahasa Inggris, sedangkan kita tidak bisa berbahasa Inggris. Lantas bagaimana kita bisa terbawa perasaan sedih atau ikut menangis jika tidak paham artinya apa? Seperti itu juga salat. Tidak hanya salat, tapi juga rukun Islam dan rukun Iman lain.

Penceramah selalu bilang agar kita menjadi manusia bertaqwa. Tetapi bagaimana cara menjadi orang yang bertaqwa? Taqwa yang sebenar-benarnya adalah bagaimana kita mampu menjaga hubungan baik dengan Tuhan, manusia, dan lingkungan sekitar. Benar kata Cak Nun, buat apa wiridan panjang tapi malah menjadikan dia sombong? Sedang sombong berarti merendahkan manusia lain. Tentu hubungan antar sesamanya tidak jalan. Hubungan dengan lingkungan sekitar diindahkan. Membuang sampah di sungai tentu sudah merusak hubungan dengan lingkungan sekitar. Lalu bagaimana bisa kita bertaqwa hanya mengandalkan hubungan kepada Allah saja?

Yang terjadi hari ini adalah penekanan pada surga dan neraka saja. Tidak salat masuk neraka sedangkan berkendara tidak memakai helm tidak apa-apa, toh tidak dosa. Padahal bukan begitu. Kita diminta salat agar mampu menahan diri mengerjakan hal yang tidak baik, tetapi ternyata banyak yang lalai. Setelah salat bukannya output baik yang keluar, malah  tak jarang shalatnya tidak berbekas apa-apa. Kita diminta pakai helm agar apabila terjadi kecelakaan bagian kepala tidak terluka parah. Bukankah menyakiti diri sendiri juga bagian dari dosa?

BACA JUGA Nempelin Telapak Kaki Pas Salat Berjamaah Emang Dianjurin, Tapi Ya Nggak Gini Juga Kali atau tulisan Winda Ariani lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 12 November 2019 oleh

Tags: Cak NunIbadahsalat
Winda Ariani

Winda Ariani

ArtikelTerkait

4 Aturan Tidak Tertulis Saat Ambil Nasi Berkah Jumat. Saya Terpaksa Tulis karena Banyak Orang Serakah Mojok.co

4 Aturan Tidak Tertulis Saat Ambil Nasi Jumat Berkah, Saya Terpaksa Tulis Ini karena Banyak Orang Serakah

4 Oktober 2024
menghitung rakaat salat tarawih aktivis organisasi, kelompok abangan

Menghitung Rakaat Salat Adalah Salah Satu Momen Berhitung Paling Sulit di Dunia Ini

11 Juli 2020
Bukan Ibadah Salat Saya yang Kecepetan, tapi Salat Anda yang Kelamaan mojok.co/terminal

Btw, Mengharap Makanan Sehabis Salat Jumat Itu Nggak Salah-Salah Amat Kok!

19 Januari 2020
ah cuma

Banyak Masalah Dalam Hidup Kita Dimulai Dari Kalimat ‘Ah Cuma’

3 September 2019
ibadah

Perihal Ibadah Kita Semua Adalah Pemula

18 Mei 2019
Pengalaman Nggak Enak Saat Kerja Jadi Marbot Masjid terminal mojok.co

Pengalaman Nggak Enak Saat Kerja Jadi Marbot Masjid

23 September 2020
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

8 Alasan Kebumen Pantas Jadi Kiblat Slow Living di Jawa Tengah (Unsplash)

8 Alasan Kebumen Pantas Jadi Kiblat Slow Living di Jawa Tengah

3 Desember 2025
5 Alasan yang Membuat SPs UIN Jakarta Berbeda dengan Program Pascasarjana Kampus Lain Mojok.co

5 Alasan yang Membuat SPs UIN Jakarta Berbeda dengan Program Pascasarjana Kampus Lain

1 Desember 2025
Rekomendasi 8 Drama Korea yang Wajib Ditonton sebelum 2025 Berakhir

Rekomendasi 8 Drama Korea yang Wajib Ditonton sebelum 2025 Berakhir

2 Desember 2025
Madiun, Kota Kecil yang Banyak Berbenah kecuali Transportasi Publiknya Mojok.co

Madiun, Kota Kecil yang Sudah Banyak Berbenah kecuali Transportasi Publiknya

2 Desember 2025
Nasi Goreng Palembang Nggak Cocok di Lidah Orang Jogja: Hambar!

Nasi Goreng Palembang Nggak Cocok di Lidah Orang Jogja: Hambar!

1 Desember 2025
Angka Pengangguran di Karawang Tinggi dan Menjadi ironi Industri (Unsplash) Malang

Ketika Malang Sudah Menghadirkan TransJatim, Karawang Masih Santai-santai Saja, padahal Transum Adalah Hak Warga!

29 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.