• Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
Terminal Mojok
  • Home
    • Mojok.co
  • NusantaraHOT
  • Gaya Hidup
    • Game
    • Fesyen
    • Otomotif
    • Olahraga
    • Cerita Cinta
    • Gadget
    • Personality
  • Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Acara TV
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Politik
  • Profesi
  • Home
    • Mojok.co
  • NusantaraHOT
  • Gaya Hidup
    • Game
    • Fesyen
    • Otomotif
    • Olahraga
    • Cerita Cinta
    • Gadget
    • Personality
  • Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Acara TV
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Politik
  • Profesi
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Gaya Hidup
  • Pojok Tubir
  • Kampus
  • Hiburan
  • Tiktok
  • Politik
  • Kesehatan
  • Mau Kirim Tulisan?
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Pertanyaan Klasik bin Tidak Asyik: Tumben ke Masjid?

Jevi Adhi Nugraha oleh Jevi Adhi Nugraha
24 Februari 2021
A A
Pertanyaan Klasik bin Tidak Asyik: Tumben ke Masjid? terminal mojok.co

Pertanyaan Klasik bin Tidak Asyik: Tumben ke Masjid? terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Jarak antara rumah saya ke masjid hanya sekitar 50 meter. Tumbuh dan besar di lingkungan masjid tentu sangat berpengaruh terhadap kehidupan spiritual saya. Sejak kecil, saya sudah terbiasa mengikuti berbagai kegiatan masjid, seperti TPA, pengajian, salat berjamaah, hingga membuat mading warna-warni.

Namun, entah kenapa, semenjak duduk di bangku kuliah, saya sudah jarang sekali melangkahkan kaki untuk salat berjamaah di Masjid. Padahal, masa kecil saya lumayan aktif mengumandangkan adzan dan rajin salat berjamaah. Saking seringnya azan, saya beberapa kali dipercaya mewakili remaja masjid untuk mengikuti lomba azan tingkat desa setiap bulan puasa, ya meski tidak pernah juara.

Meski kuliah di salah satu Perguruan Tinggi Negeri Islam, tidak lantas membuat saya menjadi orang yang gemar beribadah di masjid. Justru saya semakin nyaman untuk beribadah sendiri di rumah, meski masih bolong-bolong.

Beberapa hari yang lalu, tiba-tiba saya ingin sekali mengumandangkan azan Subuh. Entah sudah berapa tahun saja saya tidak azan di masjid. Rasa itu muncul secara tiba-tiba, pagi itu benar-benar ada kerinduan mendalam untuk mengumandangkan azan. Saya langsung bergegas ke masjid, lengkap dengan sarung dan jaket tebal.

Bukan perkara mudah untuk memulai sesuatu yang sudah lama tidak saya lakukan. Benar-benar membuat jantung deg-degan, gemetar, dan berkeringat. Lebih dahsyat ketimbang datang ke rumah calon mertua untuk pertama kalinya.

Semakin mendekati masjid, saya semakin ragu untuk mengumandangkan azan. Saya begitu khawatir dan takut jika lupa bacaannya. Pasalnya, waktu kecil saya pernah berkali-kali salah urutan lafaz azan dan ini cukup membuat trauma.

Saya masih ingat betul bagaimana dulu pas keliru azan diketawain teman-teman TPA. Tak hanya salah urutan, tak jarang ketika mulut mangap tiba-tiba kemasukan nyamuk. Alhasil, suara yang keluar dari TOA masjid seperti orang tercekik. Peristiwa inilah yang kadang membuat saya takut untuk kembali mengumandangkan azan.

Lama tidak menginjakkan kaki di masjid, sekalinya masuk, jujur saya seperti orang asing. Seolah-olah pandangan mata para jamaah yang hadir di masjid pagi itu seperti meneror.

“Tumben salat subuh di masjid, Jev. Biasane pancal kemul.” sapa salah seorang jamaah yang sudah duduk di depan mimbar.

Saya tau itu niatnya bercanda atau sekedar basa-basi semata. Tapi, entah kenapa, kalimat itu benar-benar membuat saya kepikiran. Perasaan malu, jengkel, marah, campur aduk jadi satu. Seharusnya saya memang tidak baper, tapi kalimat itu saya akui cukup menyiksa.

Orang yang menyapa saya itu, langsung menghidupkan saklar microphone dan mengumandangkan azan. Kegelisahan dan ketakutan saya pelan-pelan hilang. Ya, saya tidak jadi azan.

Suaranya begitu merdu dan lembut seperti rekaman-rekaman muazin dari Mekkah. Selain menentramkan hati, azan orang tersebut juga membuat nyali saya semakin menciut. Orang itu sempat menawari saya untuk iqamah, tapi saya tidak mau. Saya masih cukup terganggu dengan pertanyaan: Kok tumben ke masjid?

Sebagai orang yang jarang ke masjid, mendapatkan pertanyaan seperti itu sungguh membuat saya merasa asing. Mungkin pertanyaan itu tidak akan saya dengar jika saya rajin salat berjamaah bersamanya. Terlepas dari itu, memang pentingnya apa sih nanya seperti itu? Apa relevansi pertanyaan itu sehingga harus keluar dari mulut seseorang?

Memang tidak ada hukum yang melarang orang “menumben-numbenkan” seseorang. Tapi, percayalah, untuk urusan ibadah, kalimat macam itu cukup sensitif untuk orang-orang seperti saya yang salatnya masih bolong-bolong dan jarang ke masjid. Mungkin ini terkesan sepele, tapi kalimat itu bisa membuat seseorang malu bahkan tertekan. Bayangkan ketika ada orang yang tengah serius ingin mengubah jalan hidup dengan cara mencari ketenangan pergi ke masjid, terus kalimat itu muncul, bukankah sangat mengganggu?

Pertanyaan seperti itu juga cenderung sulit dijawab. Sebab, itu sebenarnya bukan pertanyaan, namun bentuk sifat sinis dari manusia yang merasa superior.

Di tengah situasi zaman seperti ini, memang manusia dituntut untuk banyak mendengar daripada bicara. Terlebih saat tanggal tua seperti sekarang, kalimat sebaik apa pun kalau situasi kondisinya tidak pas, sama sekali tidak akan membawa kebaikan. Itulah sejatinya ilmu empan papan, di mana manusia diharapkan mampu menyesuaikan diri dan mau memahami posisi seseorang.

“Wis to, kayak gitu aja dipermasalahkan. Orang itu kalau niatnya benar-benar lurus, lillahitaala, nggak bakal ngurus persoalan macam itu. Dasar amatir!” Kata seorang kawan pencinta cupang yang menasihati saya.

BACA JUGA Bukankah Beribadah di Masjid Adalah Hak Segala Usia, Ya? dan tulisan Jevi Adhi Nugraha lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 24 Februari 2021 oleh

Tags: IbadahMasjidmuslim

Ikuti untuk mendapatkan artikel terbaru dari Terminal Mojok

Unsubscribe

Jevi Adhi Nugraha

Jevi Adhi Nugraha

Lulusan S1 Ilmu Kesejahteraan Sosial UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang berdomisili di Gunungkidul.

ArtikelTerkait

Gempa Cianjur yang Membuat Masjid Tercinta Kini Tersisa Puing-Puing (Foto milik penulis)

Kesedihan Melihat Masjid Cianjur Tercinta Kini Tersisa Puing-Puing

18 Januari 2023
Pemda Hobi Bangun Masjid, Demi Amankan Suara Mayoritas Terminal Mojok

Pemda Hobi Bangun Masjid, Demi Amankan Suara Mayoritas? 

7 Januari 2023
Alasan di Balik Mahalnya Biaya Pembangunan Masjid Terminal Mojok

Alasan di Balik Mahalnya Biaya Pembangunan Masjid

5 Januari 2023
Kontroversi Depok: Membangun Masjid tapi Menggusur Sekolah, Logikanya Gimana Sih?

Kontroversi Depok: Membangun Masjid tapi Menggusur Sekolah, Logikanya Gimana Sih?

15 Desember 2022
4 Hal yang Saya Nikmati Saat Natal sebagai Seorang Muslim Terminal Mojok

4 Hal yang Saya Nikmati Saat Natal sebagai Seorang Muslim

2 Desember 2022
Membandingkan Kenyamanan Mandi di Minimarket, Pom Bensin, dan Masjid

Membandingkan Kenyamanan Mandi di Minimarket, Pom Bensin, dan Masjid

7 November 2022
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
Cewek Indonesia Impiannya Menikah dengan Bule Apa Nggak Pernah Pikir Panjang? terminal mojok.co

Cewek Indonesia yang Impiannya Menikah dengan Bule Apa Nggak Pernah Pikir Panjang?

Alasan Penting Tetap Menyimpan Foto Mantan Walau Sudah Nggak Pacaran Terminal Mojok

Alasan Penting Tetap Menyimpan Foto Mantan Walau Udah Nggak Pacaran

Sensus Penduduk 2020 Laki-laki Lebih Banyak, Ini Rekomendasi untuk Sadboys Terminal Mojok

Sensus Penduduk 2020: Laki-laki Lebih Banyak, Ini Rekomendasi untuk Sadboys



Terpopuler Sepekan

Bom Waktu Arema FC dan Momentum Suporter Generasi Baru (Unsplash)
Pojok Tubir

Bom Waktu Arema FC dan Momentum Perubahan bagi Suporter Generasi Baru yang Menolak Tunduk

oleh Iqbal AR
30 Januari 2023

Bersikaplah layaknya manusia berempati!

Baca selengkapnya
6 Dosa Penjual Nasi Padang yang Bukan Orang Minang Terminal Mojok

6 Dosa Penjual Nasi Padang yang Bukan Orang Minang Asli

25 Januari 2023
Pertashop Lebih Nyaman, SPBU Pertamina Malah Bikin Resah (Unsplash)

Pertashop Lebih Nyaman karena Mengisi Bensin di SPBU Bikin Resah

28 Januari 2023
Saatnya Purwokerto Memisahkan Diri dari Kabupaten Banyumas (Unsplash)

Saatnya Purwokerto Memisahkan Diri dari Kabupaten Banyumas

31 Januari 2023
Dilema Agen Elpiji Pertamina: Ambil Untung Besar Kena Masalah, Ambil Untung Kecil Bangkrut

Dilema Pangkalan Elpiji Pertamina: Ambil Untung Besar Kena Masalah, Ambil Untung Kecil Bangkrut

26 Januari 2023

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=FyQArYSNffI&t=47s

Subscribe Newsletter

* indicates required

  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
DMCA.com Protection Status

© 2023 Mojok.co - All Rights Reserved .

  • Nusantara
  • Kuliner
  • Gaya Hidup
    • Cerita Cinta
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Hewani
    • Kecantikan
    • Nabati
    • Olahraga
    • Otomotif
    • Personality
  • Pojok Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Hiburan
    • Acara TV
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Tiktok
  • Politik
  • Kesehatan
  • Mau Kirim Tulisan?
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2023 Mojok.co - All Rights Reserved .