MOJOK.CO – Selamat ulang tahun, BJ Habibie; Presiden Indonesia ke-3 yang identik dengan istilah jenius dan tragedi pelepasan Timor Timur dari Indonesia.
Lahir pada tanggal 25 Juni 1936 di Pare-Pare, BJ Habibie, Presiden RI ke-3, resmi berusia 82 tahun di 2018 ini. Menjelang perayaan hari lahirnya, beberapa tokoh mengenang kembali jasa-jasa Habibie dalam membangun reformasi baru bagi Indonesia.
Bukan hanya dalam bidang politik, BJ Habibie sepertinya cukup menorehkan kesan mendalam dengan cara-cara lainnya. Kini, Mojok Institute telah menghimpun beberapa informasi mengenai lelaki bernama lengkap Bacharuddin Jusuf Habibie berikut ini.
1. Mengisi Masa Kecil Anak Indonesia Melalui Lirik Lagu Joshua
Pada masanya, Joshua adalah penyanyi cilik ternama yang banyak diidolakan anak-anak. Salah satu lagu andalannya berjudul Kapal Terbang yang dinyanyikan bersama Tukul Arwana. Lirik lagu ini menyebut nama Pak Habibie sebagai tokoh dengan profesi yang diidamkan.
Cita-citaku~
Ingin jadi profesor
Bikin pesawat terbang
Seperti pak Habibie~
Pada usia yang masih muda, lewat lagu ini, anak-anak Indonesia sudah diajak untuk mengenal Pak Habibie lebih jauh. Memangnya Habibie itu profesor? Bikin pesawat terbang beneran?
2. Ya, BJ Habibie adalah Seorang Profesor yang Bikin Pesawat Terbang Beneran
Nama lengkap Habibie dengan gelar adalah Prof. DR (HC). Ing. Dr. Sc. Mult. Bacharuddin Jusuf Habibie. Kepandaiannya tak perlu lagi diragukan, menengok jejak pendidikan yang ditempuhnya.
BJ Habibie pernah berkuliah di ITB, namun tidak diselesaikan karena mendapatkan beasiswa dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan untuk kuliah di Jerman. Selain gelar Diploma Ing, gelar Doktor juga ia raih pendidikannya di Technische Hochschule Die Facultaet Fuer Maschinenwesen Aachen ini. NIlainya? Jangan ditanya; ia lulus dengan predikat Cumlaude, alias Sempurna.
Pada tahun 1995, cikal bakal lirik Joshua mulai terlihat: Habibie berhasil mengepalai tim pembuatan pesawat terbang Indonesia bernama N250 Gatot Kaca. Pesawat pertama buatan dalam negeri ini telah diuji terbang dan sukses berjalan tanpa mengalami oleng berlebihan atau yang biasa disebut dengan istilah Dutch Roll.
3. Penghargaan yang Berlimpah
Nama Pak Habibie telah menghiasi banyak penghargaan bergengsi, antara lain dari Lembaga Penerbangan dan Angkasa Luar di Jerman, Inggris, Swedia, Prancis, hingga Amerika Serikat. Pernah pula Habibie mendapatkan Edward Warner Award dan Award von Karman, serta menjadi pemegang 46 hak paten di bidang aeronautika. Di Indonesia, penghargaan untuk Habibie dianugerahkan oleh ITB, yaitu Ganesha Praja Manggala Bhakti Kencana.
Selain itu, Habibie ternyata menemukan sebuah formula atau rumus tersendiri bernama Habibie Factor atau Faktor Habibie. Formula buatannya ini menghasilkan julukan baru bagi dirinya: “Mr. Crack”. Apa pasal? Rumus yang satu ini menyoroti penghitungan keretakan (crack) yang terjadi pada atom-atom pesawat terbang.
4. Mulanya Tidak Disarankan Menjadi Wapres
Seorang jurnalis senior berkisah bahwa dirinya pernah “dicurhati” Habibie soal tawaran dari Presiden Soeharto yang meminta dirinya menjadi wakil presiden. Si junior mulanya tak menyetujui gagasan ini karena menganggap jabatan wapres tentu terasa sangat “nanggung” untuk BJ Habibie.
Awalnya disarankan menjabat sebagai Menko alih-alih wakil presiden, tidak ada yang menduga bahwa tawaran dari Soeharto ini akan berujung pada pengangkatan BJ Habibie sebagai presiden di tahun 1998.
5. Masa Jabatan yang Pendek Sebagai Wakil Presiden dan Presiden
BJ Habibie diangkat sebagai wakil presiden pada tanggal 14 Maret 1998 hingga Mei 1998. Per tanggal 21 Mei 1998, ia resmi menggantikan posisi Presiden Soeharto yang mengundurkan diri. Masa jabatannya berakhir pada tanggal 20 Oktober 1999.
Terhitung, BJ Habibie hanya menjabat sebagai wapres selama 2 bulan dan sebagai presiden selama 1 tahun 5 bulan.
6. Keputusan Penting Habibie
Memimpin Indonesia yang berada pada keadaan berantakan, Presiden Habibie berhasil membentuk beberapa keputusan penting. Salah satu kebijakannya yang populer adalah diresmikannya UU Otonomi Daerah. Pada masa pemerintahannya pula, lahir banyak partai politik karena Habibie memberikan kemerdekaan berpendapat bagi rakyat.
Keadaan ekonomi di Indonesia pada masa Habibie juga mengalami perbaikan. Jika sebelumnya nilai mata uang rupiah terhadap dolar mencapai 15 ribu per dolar, Habibie berhasil menekannya menjadi 10 ribu rupiah per dolar.
7. Dianggap Sebagai Penyebab Lepasnya Timor Timur dari Indonesia
Pada tahun 1999, Laporan Pertanggungjawaban BJ Habibie ditolak dalam Sidang Umum MPR. Penyebab utama hal ini adalah perlakuan Habibie yang dianggap menjadi alasan nomor satu terlepasnya Provinsi Timor Timur dari Indonesia.
Habibie pribadi menilai bahwa konflik Timor Timur menghambat stabilitas politik dan ekonomi sehingga mendorongnya memberikan dua opsi penting: menerima otonomi khusus atau memisahkan diri dari Indonesia. Pilihan kedua akhirnya menjadi akhir dari permasalahan ini, melahirkan banyak kontroversi yang membuat BJ Habibie memutuskan mundur dari jabatannya.
8. Kisah Cintanya Banyak Di-kepo-in Orang Indonesia
Setelah istrinya, Ainun, meninggal dunia, kesedihan Habibie terlihat jelas. Pasalnya, ia mengaku baru mengetahui istrinya mengidap kanker hanya 3 hari sebelum kepergiannya. Selama masa sakitnya, Ainun pun disebut tak pernah mengeluh.
“Selama 48 tahun, saya tidak pernah dipisahkan dengan Ainun,” begitu tuturnya dalam suatu kesempatan. Ketulusan cinta BJ Habibie dan Ainun pun dipandang sebagai sisi yang lain dalam dunia politik Indonesia. Hal ini lantas mendorong pegiat layar lebar Indonesia untuk memproduksi film yang diangkat dari kisah cinta mereka berdua, Habibie dan Ainun. Mengejutkannya, film ini langsung melesat menjadi salah satu film terlaris di Indonesia.
9. Beberapa Kali Diisukan Meninggal
Memasuki usia senja, isu meninggalnya Habibie sering kali berembus, bahkan hingga bulan Mei lalu. Kabar tak sedap ini segera ditepis oleh Habibie Center, organisasi non-profit bentukan Pak Habibie, yang kemudian mengabarkan bahwa lelaki yang akrab disapa “Eyang” ini akan melaksanakan ibadah umrah ke Tanah Suci.
Sehat selalu, Pak Habibie!