MOJOK.CO – Fahri Hamzah mengritik kebijakan Presiden Jokowi soal pembangunan tol dan bandara. Beberapa poin ada yang masuk akal, meski ada juga yang sedikit offside dan sudah dilaporkan sebagai tindakan pencemaran nama baik.
Bukan Fahri Hamzah namanya kalau tidak mengomentari apa-apa soal Jokowi. Selain sudah menjadi tugas dari Anggota DPR sebagai pengontrol kerja-kerja pemerintah, Fahri juga termasuk sosok yang paling canggih kalau soal mengritik kebijakan Presiden. Dari mengritik mengenai libur nasional untuk Pilkada Serentak 27 Juni, kritik karena Jokowi tidak hadiri reuni alumni 212, sampai dengan kritik Pemerintah karena menghidupkan pasal penghinaan Presiden.
Baru saja, Wakil Ketua DPR ini menyayangkan pembangunan jalan tol dan bandara yang dikejar target oleh pemerintah. “Gara-gara kita membangun tol itu, kita mengorbankan 5 ribu puskesmas yang sudah dijanjikan Pak Jokowi,” kata Fahri Hamzah.
Menurut Fahri, pembangunan jalan tol yang dikebut untuk mudik Lebaran mengakibatkan banyak janji Jokowi yang dilewatkan. Selain soal pembangunan 5 ribu puskesmas di seluruh Indonesia juga mengenai buyback Indosat yang juga belum dilakukan. “Mengapa? Karena uangnya habis untuk di tempat lain,” katanya.
Fahri Hamzah juga melihat bahwa pembangunan tol tak begitu ramah untuk rakyat miskin. Dengan dikejarnya pembangunan tol, hal ini menurut Fahri hanya mengutungkan untuk masyarakat menengah ke atas. Meski dulu Fahri adalah orang yang sangat getol dengan kebijakan Pemerintah mengenai pengurangan subsidi BBM, Fahri tetap menyentil bahwa mobil juga salah satu jadi sebab penggunaan subsidi negara. “Sudah begitu, bensinnya subsidi lagi,” tambahnya.
Selain tol, Fahri juga mengomentari pembangunan bandara yang cenderung terlalu jor-joran. Kebijakan yang tidak begitu berpengaruh untuk rakyat miskin. Menurut Fahri, harusnya Jokowi bukan membangun banyak bandara, melainkan kereta api dan kapal laut. Sebab belum semua wilayah di Indonesia bisa menikmati transportasi tersebut—terutama kereta api.
Mengenai hal ini, kritik Fahri memang tepat sasaran. Bahwa pembangunan tol dan bandara adalah langkah yang baik, tapi rakyat juga tidak boleh lupa akan program Presiden yang belum terlaksana. Jadi pada satu titik, kritik ini harus diapresiasi, karena ya memang betul.
Penikmat tol dan bandara rata-rata adalah golongan masyarakat kelas menengah ke atas. Meski kalau bicara tol juga sebenarnya tidak melulu soal kendaraan pribadi orang kaya, melainkan juga bisa membahas mengenai distribusi ekonomi yang lebih lancar sehingga pengeluaran persebaran komoditas bisa ditekan jadi harga berbagai barang diharapkan bisa lebih terjangkau. Dalam hal ini rakyat miskin juga akan kena dampak meski tidak secara langsung.
Meski begitu, Fahri juga sering offside dalam melakukan kritik. Apalagi kritik, eh, lebih tepatnya tuduhan tanpa bukti, di mana yang bersangkutan mengatakan bahwa Presiden Jokowi adalah Capres Petahana untuk Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 yang melakukan pengumpulan dana dengan mengumpulkan fee. Fee ini dituding Fahri berasal dari pengusaha di berbagai proyek infrastruktur yang diluncurkan Jokowi. Proyek-proyek yang tentu saja melibatkan pembangunan tol dan bandara.
Pada Senin (25/6) silam, Fahri memang menyampaikan tuduhan ini, “Mana ada orang mau nyumbang sekian triliun kalau nanti nggak ada hasilnya nggak minta. Ya itu lah kemudian balas jasa itu proyek-proyek yang sekarang ada ini kan balas jasa politik semua,” kata Fahri.
Karena tudingan ini, Fahri Hamzah baru saja dilaporkan oleh relawan Jokowi karena dianggap melakukan pencemaran nama baik. “Kami dari Forum Komunikasi Relawan Jokowi Jatim melaporkan Bapak Fahri Hamzah atas pernyataannya di media-media online yang terkait dengan perbuatannya menuduh Presiden Jokowi,” kata Purwadi, salah satu relawan yang melaporkan Fahri Hamzah ke Polda Jatim, Surabaya.
Tudingan ini juga dipertanyakan oleh Partai Nasdem. Melalui Ketua DPP Nasdem, Irma Suryani, Partai Nasdem mempertanyakan bukti-bukti yang dimiliki Fahri Hamzah soal pernyataan tersebut. Harapan rakyat Indonesia sih semoga Fahri Hamzah benar-benar mampu membuktikan tuduhannya. Sebab kasihan juga kalau dia dipenjara karena mengomentari Presiden Jokowi tanpa bukti yang cukup. Kalau sampai dipermasalahkan betulan (meski sepertinya mustahil) Fahri justru bisa jadi martir untuk menurunkan pamor Jokowi lho nanti.
Nah kan, benar-benar canggih kan?
(K/A)