MOJOK.CO – Sebagian orang merasa cukup “tersiksa” dengan pertanyaan “Kapan nikah?” yang berulang-ulang. Eh, giliran udah mulai prewedding, kenapa malah Gili Lawa terbakar?!
Kasus terbakarnya Gili Lawa menjadi kabar duka bagi pariwisata Indonesia. Pasalnya, pulau yang terletak di Kawasan Taman Nasional Komodo ini harus rela hutannya diselimuti api. Api yang kian membesar ini mulanya diyakini berasal dari puntung rokok oknum pengunjung yang dibuang sembarangan.
Namun, seiring berjalannya waktu, kemungkinan-kemungkinan lain terbuka. Bukannya puntung rokok, kemungkinan penyebab kebakaran Gili Lawa pun bergeser menjadi…
…foto prewedding pasangan turis!!!
Di media sosial, beredar keterangan beberapa turis asing yang mengaku menjadi saksi mata kejadian naas tersebut. Mereka menyebutkan bahwa kebakaran Gili Lawa bermula dari sebuah set foto prewedding untuk pernikahan adat China oleh sepasang turis. Dalam proses pengambilan gambar, pasangan calon mempelai ini menyalakan tiga hingga empat kali api di puncak, yang sayangnya justru membesar.
Meski cukup unbelievable, pertanyaan besar kini justru dialamatkan pada pasangan turis yang dikabarkan melakukan prewedding dengan kembang api yang menyebabkan Gili Lawa terbakar. Apa, ya, yang sekarang kira-kira ada di pikiran calon mempelai pernikahan tersebut melihat gersangnya hutan di Gili Lawa setelah kebakaran besar?
1. Malu dan Bersalah
Perasaan malu (dan mungkin, bersalah) adalah perasaan yang bisa jadi ada di pikiran pasangan calon mempelai yang disebut tengah melakukan prewedding di Gili Lawa.
Bagaimana tidak? Berkat agenda foto-foto mereka yang dilakukan dengan sedikit lalai soal keamanan properti api, mereka harus menerima fakta bahwa ada 10 hektare lahan hutan di Gili Lawa yang menjadi korban. Sebagian besar lahan yang harus hangus terbakar ini merupakan padang sabana yang dikenal penuh dengan semak dan pohon-pohon yang tumbuh menyebar.
Tentu saja, 10 hektare lahan hutan ini bukanlah 10 hektare lahan hutan biasa. Gili Lawa masuk ke dalam gugusan Kepulauan Komodo dan merupakan salah satu taman nasional yang menjadi aset pariwisata Indonesia.
2. Bingung
Seperti yang telah banyak diberitakan, calon mempelai yang melakukan foto prewedding ini datang ke Gili Lawa dengan dampingan agen wisata bernama Indonesia Juara.
Di akun resmi mereka (@indonesiajuaratrip), pihak Indonesia Juara—melalui Instagram Story—menyebutkan bahwa pihaknya akan bertanggung jawab dalam pemulihan alam dengan pihak Taman Nasional Komodo jika terbukti bersalah.
Lalu, bagaimana perasaan si calon mempelai terkait hal ini?
Tentu saja, pertama-tama, mereka bakal merasa bingung. Apa yang seharusnya mereka lakukan? Apakah selepas menikah nanti mereka harus pergi bulan madu dulu atau kembali memikirkan tanggung jawab mereka akibat Gili Lawa terbakar—sebagaimana yang akan dilakukan Indonesia Juara?
Jangankan bicara soal dana, perhatian mereka pun bakal terpecah. Bukan hanya memikirkan rencana konsep undangan dan pernikahan, mereka kini harus rela tambah pusing memikirkan 10 hektare lahan hutan yang hangus terbakar.
3. Khawatir
Sebagai salah satu bagian dari Taman Nasional Komodo, wajar jika si calon mempelai yang jadi terduga pelaku penyebab kebakaran ini bakal merasa khawatir. Apakah ada korban jiwa yang jatuh akibat perbuatan mereka? Selain itu, bagaimana dengan komodo-komodo yang jadi primadona di sana? Akankah mereka menciptakan masalah yang lebih besar?
Untung saja, 10 hektare lahan hutan di Gili Lawa yang menjadi “korban” mereka ini bukanlah kawasan berpenghuni sehingga tak ada korban jiwa yang timbul. Tapi, bagaimana dengan komodo?
“(Kebakaran) tidak menggangu habitat hidup dari Komodo,” terang Kepala Taman Nasional Komodo, Budi Kurniawan, Menurutnya, Gili Lawa merupakan lokasi wisata wisatawan dan bukan merupakan tempat berkumpulnya komodo.
Namun, meski tidak menganggu komodo, kejadian Gili Lawa terbakar ini jelas menganggu pariwisata Labuan Bajo. Keeksotisan lahan di sana terpaksa hilang, setidaknya hingga musim penghujan tahun depan. Padahal sebelumnya, Gili Lawa selalu menjadi lokasi wisata savana dan laut favorit untuk menikmati sunrise dan sunset.
Hmm, apakah ini berarti wisatawan lain kini hanya bisa mengenang keindahan Gili Lawa dari album foto prewedding calon mempelai? Entahlah, yang jelas ini menyedihkan sekali. (A/K)