Rabu 23 Mei 2018 kemarin boleh jadi adalah rabu yang paling membahagiakan untuk para aparatur negara. Pasalnya, Rabu kemarin, Presiden Jokowi secara resmi telah menandatangani Peraturan Pemerintah (PP) yang menetapkan pemberian Tunjangan Hari Raya (THR) dan gaji ke-13 untuk PNS, prajurit TNI, anggota Polri, dan Pensiunan.
“Pada hari ini saya telah menandatangani PP yang menetapkan pemberian THR dan gaji ke-13 untuk pensiunan, PNS, TNI dan Polri,” ujar Jokowi.
Penandatanganan PP ini menjadi istimewa, sebab membawa serta unsur pensiunan.
“Dan ada yang istimewa tahun ini dibandingkan tahun sebelumnya. THR tahun ini akan diberikan pula kepada pensiunan,” terang Jokowi.
Seperti diketahui, dengan ditandatanganinya PP penetapan pemberian THR dan gaji ke-13 ini, para pensiuan akan mendapatkan THR sebesar gaji pokok, ditambah dengan tunjangan keluarga, dan tambahan penghasilan.
Presiden Jokowi berharap, pemberian THR dan gaji ke-13 ini selain bermanfaat bagi kesejahteraan pensiunan, PNS, prajurit TNI, dan anggota Polri, terutama saat menyambut Hari Raya Idul Fitri, juga bisa meningkatkan kinerja para aparatur negara.
Pemberian THR dan gaji ke-13 ini tentu saja cukup menguras duit negara. Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan Tunjangan Hari Raya Idul Fitri 1439 Hijriah untuk ASN, anggota TNI/Polri dan pensiunan nilainya mencapai sebesar Rp35,76 triliun. Jumlah tersebut meningkat 68,9% dari tahun sebelumnya karena tahun 2017 pensiunan tidak mendapat THR.
PP tentang THR dan gaji ke-13 ini menjadi bukti bahwa Indonesia adalah negara yang berani. Di tengah kondisi ekonomi yang sedang seret, utang yang masih tinggi, dolar yang siap-siap lompat 14 ribu, negara dengan berani memberikan THR dan gaji ke-13 untuk ASN dan pensiunan. Padahal di Malaysia sana, di hari dan tanggal yang sama, Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad menerbitkan kebijakan memotong gaji dirinya, wakilnya dan para menteri kabinet sebesar 10% demi mengurangi utang negara.
Yah, inilah Indonesia. Negara yang berani dan militan. Berani mengeluarkan banyak uang, dan militan dalam jor-joran belanja baju lebaran. Tak heran kalau Ramayana sampai memaksa ibu-ibu masuk ke dalam magic jar untuk pembuatan iklan belanja baju lebaran mereka.