MOJOK.CO – Pelatih Juventus dikonfirmasi terkena penyakit pneumonia. Sebenarnya, ini penyakit yang gimana, sih, kok beliau sampai harus absen?
Kabar buruk datang dari klub sepak bola Juventus. Pasalnya, sang Pelatih, Maurizio Sarri, disebut mengalami penyakit pneumonia atau paru-paru basah. Akibatnya, ia harus absen sebagai pelatih Juventus dalam Liga Italia 2019-2020.
Dikutip dari Okezone.com, penyakit Sarri kemungkinan besar muncul dari kebiasaannya merokok. Disebutkan, ia mengaku bisa menghabiskan 60 batang rokok sehari di usianya yang memasuki tahun ke-60 itu.
Mengingat absen yang harus Sarri tempuh dan “mengerikannya” narasi “menghirup 60 batang rokok sehari”, sebenarnya apa sih pneumonia itu? Bagaimana pula dampak yang ditimbulkannya?
Menurut Alodokter.com, penyakit pneumonia atau paru-paru basah ini merupakan infeksi yang memunculkan peradangan pada kantong udara di salah satu ataupun kedua paru-paru. Kantong-kantong udara alias alveoli ini akan dipenuhi cairan atau nanah sehingga penderitanya bakal mengalami sesak napas, batuk berdahak, demam, atau mengigil. Pada praktiknya, ia kerap disangka sebagai penyakit flu yang tak sembuh-sembuh.
Pneumonia bisa berakibat fatal. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), penyakit ini adalah penyebab kematian tertinggi pada anak-anak, khususnya anak di bawah 5 tahun. Di Indonesia sendiri, tercatat ada 500.000 balita menderita pneumonia dan 2.000 jiwa di antaranya meninggal dunia.
Apa penyebab pneumonia?
Seperti disebutkan oleh Hellosehat.com, penyakit yang satu ini disebabkan oleh bakteri, jamur, dan virus. Artinya, ia sangat mudah ditularkan melalui udara—terutama jika penderitanya sedang bersin atau batuk. Faktor-faktor lain tentu turut memengaruhi, misalnya:
- berusia 0-2 tahun ataupun di atas 65 tahun
- memiliki riwayat sakit stroke
- berdaya tahan tubuh lemah
- memiliki kebiasan merokok
- memiliki riwayat sakit kronis, termasuk asma, diabetes, HIV,AIDS
- sedang mengikuti pengobatan kanker
Seperti yang telah disebutkan, pneumonia sering kali disalahtafsirkan sebagai sakit flu yang tak kunjung sembuh. Pasalnya, gejalanya pun tampak mirip, termasuk batuk berdahak, demam, berkeringat, menggigil, dan nafsu makan menurun. Penderitanya juga disebut bakal merasakan detak jantung yang lebih cepat—beberapa bahkan mengalami batuk berdarah.
Apakah penyakit pneumonia ini bisa diobati hanya dengan obat?
Sebagaimana penyakit lainnya, tentu kita berharap ini akan dengan mudah disembuhkan. Pada kasus Sarri, misalnya, ia pastilah berharap sakitnya tak akan menghalangi pekerjaannya. Disebutkan, penderitanya kerap diberi obat antibiotik, antibakteri, hingga antivirus. Tapi, benarkah obat bakal jadi solusi mudah dan cepat bagi pneumonia?
Secara umum, keadaan ini memang bakal terbantu untuk disembuhkan dengan konsumsi obat-obatan. Namun, hal ini efektif berlaku tergantung dari seberapa parah infeksi paru yang terjadi. Pada beberapa kasus, tak jarang penyakit ini datang kembali, bahkan menyebabkan gangguan pernapasan kronis.
Cara terbaik untuk “mengobati” tentu saja dengan mencegah ia datang sejak awal. Demi sehat yang terbebas dari paru-paru basah, cobalah berkomitmen untuk hidup sehat dan bersih mulai hari ini. Lakukan vaksinasi, termasuk pada anak-anak. Diskusikan hal ini dengan dokter terkait agar lebih maksimal.
Hindari rokok selagi bisa. Ingat, rokok memang tak baik untuk kesehatan—harus kita akui itu, meski ia adalah pilihan yang paling tepat untuk menemani kontemplasi. Rokok akan membuat saluran pernapasan terinfeksi, termasuk paru-paru, yang bisa mengarah ke pneumonia.
Jadi, sudah siap matikan rokokmu hari ini belum? (A/K)
BACA JUGA Batuk Terus-Menerus Saat Tertawa: Kanker Paru-Paru atau Cuma Tersedak Ludah?