MOJOK.CO – Banyak yang menyukai gaya komentator Valentino Simanjuntak yang jenaka itu, namun tak sedikit yang membencinya.
Gaya komentator Valentino “Jebret” Simanjuntak yang kelewat atraktif seperti tumbuh kembang anak yang rajin dikasih susu memang menjadi sebuah fenomena tersendiri dalam khazanah sepakbola Indonesia.
Ia, dengan aneka kosakata-kosakata nyeleneh dan kadang keparat sungguh mampu menghadirkan hiburan bagi segenap penonton siaran sepakbola Indonesia.
Bayangkan, ketika komentator lain mungkin akan menggunakan frasa “tendangan spekulatif” untuk sebuah percobaan tendangan jarak jauh, Valentino Simanjuntak justru memilih menggunakan “tendangan LDR”. Ketika komentator lain menggunakan “umpan terobosan”, Si Bung Jebret justru menggunakan “umpan membelah lautan”. Ditambah sederet frasa brengsek lainnya seperti “peluang 24 karat”, “umpan gratifikasi”, “passing cuek”, “gelandang penimba sumur”, “duo bendungan jatiluhur”, “heading sang mantan”, sampai “gerakan 378”.
Kendati demikian, ternyata banyak juga orang yang tak menyukai gaya komentator Valentino. Gaya komentatornya dianggap terlalu lebay dan tidak informatif.
Pertandingan Piala Menpora 2021 antara Bali United dan PSS Sleman yang akhirnya dimenangkan oleh PSS Sleman melalui drama adu penalti kemarin menjadi panggung penolakan beramai-ramai dari publik terhadap gaya komentator Valentino.
Adalah akun Twitter ofisial Bali United yang mula-mula melayangkan protes tersebut.
“@Indosiar rikues besok jangan terlalu banyak hiperbola,” tulis akun @BaliUtd.
Tak dinyana, twit yang belakangan dihapus tersebut ternyata mendapatkan dukungan dari netizen dan memancing obrolan seru terkait gaya komentator Valentino yang memang dianggap tidak mencerdaskan karena minim informasi dan lebih mengutamakan hiburan melalui kata-kata lebay.
Banyak akun-akun bola yang kemudian sepakat dengan twit yang ditulis oleh akun Bali United dan merasa terwakili dengan kritiknya atas gaya komentator Valentino. Protes pun kemudian bermunculan.
Dalam deras arus protes tersebut, pemilik akun @wandasyafii memberikan semacam usul yang cukup strategis.
“Padahal ngelawan Valent gampang, lo rekam aja lagi nontonin Indosiar tapi mute. 100 video aja dikompilasi, lempar ke medsos, tambahin hashtag, pasti viral. Sebulan kayak gitu, pasti diganti itu Valent.” tulisnya.
Usul tersebut rupanya disambut oleh netizen dan kemudian memunculkan tagar #GerakanMuteMassal.
Seiring dengan makin besarnya gerakan tersebut, beragam dukungan, kritik, sumpah serapah, sampai cacian pun mampir ke akun Valentino.
Valentino sendiri tampaknya cukup santai menanggapi kritik yang dialamatkan kepadanya.
“Saya, sih, sudah dari 2013, ya, digituin, jadi bukan sesuatu yang baru buat saya.” ujarnya kepada Kumparan. “Nah, saya kan juga memang host yang harus mencari sensasi supaya penonton semakin banyak. Penonton yang dimaksud oleh TV itu kan bukan hanya penonton bola, tetapi penonton di luar bola juga yang sekarang larinya ke Ikatan Cinta.”
Lebih lanjut, Valentino mengatakan bahwa gaya komentator yang ia lakukan selama ini semata sebuah usaha untuk meningkatkan animo penonton siaran sepakbola.
“Tayangan bola ini masih tiga kali lipat di bawah ‘Ikatan Cinta’. Jadi, kita harus melakukan berbagai macam kreativitas kan.” Terangnya.
BACA JUGA Piala Menpora, Kabar Baik dengan Tumbal Nyawa? dan artikel KILAS lainnya.