MOJOK.CO – 16 Besar Euro 2020 | Prancis belum pernah kalah ketika bertemu Swiss. Namun, kali ini, mereka patut waspada dengan semangat mendobrak sejarah.
Haris Chaebar: “Prancis harus tetap waspada.”
Secara teknis, Prancis terjerembab di bagan yang sulit di fase gugur Euro 2020 ini. Terdapat beberapa kekuatan besar yang potensial dihadapi pada rute menuju singgasana.
Delapan besar ada Spanyol atau Kroasia. Jika lolos, di semifinal sudah menanti salah satu antara Italia, Belgia, atau juara bertahan, Portugal. Namun, hitung-hitungan itu nanti saja.
Sekarang di depan mata Prancis sudah ada Swiss. Sekilas, negara ini tak terlalu spesial. Dibantai 3-0 oleh Italia, hanya imbang melawan Wales, serta menang mudah atas “kuda hitam” terburuk turnamen, Turki.
Motor serangan Swiss ya Xherdan Shaqiri, penghangat bangku cadangan Liverpool. Komando lini tengah di pundak Granit Xhaka, si inkonsisten di Arsenal. Manuel Akanji, andalan di jantung pertahanan mereka, adalah bek tengah Borussia Dortmund yang kemasukan 62 gol dari 51 laga musim lalu.
Fokus Prancis saat ini adalah diri mereka sendiri. Sisi kanan pertahanan Les Blues cukup menjadi titik lemah sejak fase grup. Jerman bisa bikin beberapa peluang mematikan dari sana, Hungaria menghukum dengan gol Attila Fiola atau penyebab penalti kedua Portugal, misalnya.
Permainan Benjamin Pavard, yang sempat cedera benturan kepala pada laga melawan Jerman, memang tak begitu solid sejak awal turnamen. Jules Kounde sebenarnya bukan opsi jelek. Pada laga melawan Portugal, Kounde bermain cukup rapi, walau minusnya menjadi penyebab penalti untuk Ronaldo. Pemain Sevilla ini memang idaman Deschamps banget; bek tengah yang bisa dijadikan bek sayap.
Namun tak hanya kanan, sisi kiri malah lebih parah. Kebugaran Lucas Hernandez dalam tanda tanya, Lucas Digne fiks absen hingga bubaran turnamen. Tak heran Deschamps dikabarkan gelar eksperimen dengan formasi 3-4-3 dan 3-5-2 untuk mengakali situasi terkini lini belakang.
Clement Lenglet diisukan akan jadi bek tengah kiri, mendampingi Raphael Varane dan Presnel Kimpembe. Wing-back kanan Pavard/Kounde, sedangkan sisi seberang kemungkinan di antara Adrien Rabiot atau Corentin Tolisso.
Di tengah momentum buruknya pertahanan Prancis, kebetulan, Swiss tak punya sosok “electricity” andal di sayap. Ricardo Rodriguez sangat lamban sebagai bek sayap kiri. Di kanan, Kevin Mbabu memang lebih tangkas. Namun, posisi natural pemain Wolfsburg ini bek kanan, bukan gelandang atau pemain sayap.
Mungkin yang perlu diwaspadai para défenseur Prancis, ketika Swiss memakai kecepatan penyerang Breel Embolo menyisir sisi sayap atau menurunkan winger Ruben Vargas. Tapi selain itu, Swiss adalah lawan yang relatif aman untuk eksperimen lini belakang Prancis.
Kalau lini tengah, apalagi lini depan ya berbeda 180 derajat dong. Les Blues siap membobol habis keamanan lini belakang Swiss, yang tak sehebat nama besar sistem perbankan negara tersebut.
Farras: “Saatnya mendobrak sejarah.”
Swiss punya catatan apik ketika mentas di kompetisi besar. Iya, mereka belum pernah menjadi juara. Namun, sebagai sebuah tim yang acap mendapatkan status “kuda hitam”, selalu kolos dari fase grup sudah terbilang lumayan. Swiss selalu lolos sejak Piala Dunia 2014, Euro 2016, Piala Dunia 2018, dan Euro 2020.
Masalah buat tim ini cuma satu, yaitu selalu gugur di laga pertama di babak sistem gugur. Oleh sebab itu, di Euro 2020 ini, mereka mendapatkan satu momen menarik untuk mendobrak sejarah dengan mengalahkan Prancis dan melaju ke perempat final.
Jika menyimak kembali laga Prancis melawan Hungaria dan Portugal, dua kelemahan terlihat. Tim ini cukup rentan dengan serangan balik dan ceroboh ketika melakukan sapuan di dalam kotak penalti.
Swiss sudah pasti akan ditekan sepanjang laga. Makanya, peluang mereka untuk masuk kotak penalti Prancis akan sangat terbatas. Serangan balik, yang mungkin akan jadi satu-satunya opsi, harus dimaksimalkan. Serangan boleh tidak banyak, tapi harus efisien.
Kecerobohan lini pertahanan Prancis juga perlu dieksploitasi. Bola-bola mati di sekitar kotak penalti adalah momen emas yang harus dicari. Kebetulan, Swiss punya banyak eksekutor bola mati. Pilihan serangan tidak banyak, tapi Swiss bisa “membunuh” Prancis dalam sekejap.
Bagi Swiss, laga ini memang akan sangat berat. Apalagi Tim Ayam Jantan belum terkalahkan di 7 laga pertemuan mereka. Sedikit banyak, sejarah itu bisa terulang. Apalagi, jika dihitung sejak Euro 2016 dan Piala Dunia 2018, mereka hanya kalah 1 kali. Catatan yang sangat mengesankan.
Nah, semuanya kembali ke determinasi dan kedisiplinan. Untuk tim kuda hitam mana saja, saya rasa 2 aspek itu harus dimiliki.
BACA JUGA Prediksi Kroasia vs Spanyol: Kegilaan La Furia Roja dan ulasan Euro 2020 lainnya.