Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Saya Gay, Saya Liberal, dan Saya Bukan Inlander

Rahmat Hidayat oleh Rahmat Hidayat
1 Juli 2015
A A
saya gay
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Dear Mas Eddward S Kennedy,

Saya panggil Mas Ken, tak apa kan? Saya sudah baca artikel sampeyan, lalu tergerak untuk membalas. Saya menyempatkan diri menulis di tengah jadwal tidur dan leyeh-leyeh saya yang padat merayap.

Saya gay, Mas. Dan saya memang liberal, tapi bukan inlander. Sebab di sini, di Belanda, sarang penjajah ini, saya setara, tidak minderan, digaji sama, dan saat milih parpol suara saya dihitung satu—bukan setengah.

Mas Ken yang ternyata manis dan semoga baik,

Kenapa gay kawin jadi heboh? Kan gay kawin itu sudah lama. Sejak tahun 2000 sudah boleh, dengan Belanda sebagai pelopor.

Kenapa heboh lagi sekarang? Jawabnya ya karena akhirnya terjadi pula di Amriki sana. Merembet ke Indonesia ya karena media sosial. Sebagai bagian dari  laskar jempol perkasa, orang kita menjadikan medsos sebagai arena pertarungan opini 24 jam. Twitter, tempat tautan Mojok dibagikan, heboh karena peristiwa ini. Facebook juga sama. Yahoo juga. Semuanya made in Amriki.

Walhasil, pelangi di mana-mana.

Suka tak suka, yang bahureksa medsos masih Amerika, Mas. Bukan Indonesia, bukan Jakarta, bukan Yogyakarta apalagi Sleman. Ini kenyataan, Mas. Dan lari dari kenyataan itu nggak sehat. Itu salah satu ciri jobil, jomblo labil.

Lalu soal gen itu, Mas Ken. Mas kok berhenti di 1999 sih? Itu tahun bersejarah ya, Mas? Jatuh hati pertama kalinya pas tahun itu ya? Mas, kalau mau sabar dikit saja, coba riset pakai Google Scholar atau Sciencedirect. Jangan mentok di 1999. Yang 2014 bahkan 2015 sudah ada. Kelihatan kok hasilnya, bermacam-macam kayak pelangi.

Mas Ken yang semoga baik,

Seksualitas kita adalah permainan rumit antara gen, fisiologi dan lingkungan kita—termasuk budaya. Apa yang di gen kita (semisal benar ada gen homo) nggak mutlak menentukan apa yang kita lakukan. Budaya dan norma juga berperan.

Dan sejauh ini yang lebih sering jadi korban di masyarakat malah yang homo, Mas. Banyak kasus: mereka yang terlihat hetero (kawin dan beranak), ternyata jajan di luar yang menunya 180 derajat beda dengan yang di rumah. Mas Ken tahu?

Jadinya, mereka malah bohong pada diri sendiri, bohong terhadap masyarakat, membohongi istri atau suami dan bahkan anak di rumah. Mereka bohong lantaran masyarakat meminta mereka bohong.

Mas Ken yang sekali lagi semoga baik,

Iklan

Semua otoritas kesehatan sudah sepakat, homoseksualitas itu bukan penyakit. Mas Windu Jusuf juga sudah kasih alasan, mau nurture atau nature ya podo wae. Homo bagian dari umat manusia, terima atau tidak. Ya tapi kalau Mas Ken lebih suka ke ahli rukyah ketimbang ke dokter, ya memang nggak bakal ketemu, Mas.

Mas Ken sudah tahu kalau fenomena homoseksual tercatat di lebih dari seribu spesies? Museum Alam di Norwegia sana malah mencatat 1500 spesies.

Gimana menjelaskan nurture pada hewan-hewan itu? Apa bebek diajari jadi bencong oleh orang tuanya, atau jadi korban broken home lantaran papinya sibuk kerja dan maminya punya berondong? Atau kambing jadi homo lantaran diajak kawannya nonton Brokeback Mountain versi kambing, terus sering main internet dan tersesat di situs-situs kambing homo?

Nggak, kan?

Jadi, sebagai bagian dari masyarakat liberal humanis yang menurut Mas Ken kelebihan kosmetik, saya harus menjawab ya untuk semua pertanyaan Mas di akhir tulisan Mas. Dan ini sebenarnya harusnya jadi konsekuensi alami: kalau Anda minoritas dan akhirnya terterima,  maka sikap yang sama semestinya diharapkan dari Anda—bisa menerima yang lebih minoritas dari Anda.

Bumi tak kecil-kecil amat. Semua bisa hidup berdampingan jika bersepakat untuk harmonis. Ceileee.

Jadi begitulah, Mas Ken. Semoga tulisan ini membuat Mas Ken mengerti.

Terakhir soal pajak, mungkin jika suatu waktu semesta merestui dan kita bisa bertemu, izinkan saya mengelus pipi Mas Ken, sambil berbisik: Maaf, Mas Ken, saya pendukung pajak progresif.

Terakhir diperbarui pada 14 Agustus 2019 oleh

Tags: GayInlanderLGBTLiberal
Rahmat Hidayat

Rahmat Hidayat

Artikel Terkait

Gym di Malang Jadi Incaran Cowok Gay MOJOK.CO
Ragam

Pengalaman Ngeri Nge-Gym di Malang, Jadi Incaran Cowok Gay Agresif hingga Dapat DM Membagongkan

7 Maret 2024
Dubes RI untuk Vatikan: Gereja Katolik Tidak Akan Mengakui Perkawinan Sejenis MOJOK.CO
Aktual

Dubes RI untuk Vatikan: Gereja Katolik Tidak Akan Mengakui Perkawinan Sejenis

21 Desember 2023
The 1975 mojok.co
Hiburan

Luapan Kekecewaan Fans The 1975: ‘Please Jangan Aneh-aneh, Orang tuh Nggak Segampang Itu Ketemu Kamu’

4 Agustus 2023
Lightyear
Hiburan

Ada Unsur LGBT, Indonesia dan 13 Negara Tolak Tayangkan Lightyear

14 Juni 2022
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

8 tahun merantau di Jakarta akhirnya resign. MOJOK.CO

Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama

4 Desember 2025
Relawan di Sumatera Utara. MOJOK.CO

Cerita Relawan WVI Kesulitan Menembus Jalanan Sumatera Utara demi Beri Bantuan kepada Anak-anak yang Terdampak Banjir dan Longsor

3 Desember 2025
Warung makan gratis buat Mahasiswa Asal Sumatra yang Kuliah di Jogja. MOJOK.CO

5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana

4 Desember 2025
Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

30 November 2025
Kuliah Jurusan Pendidikan Bahasa Mandarin di Unesa. MOJOK.CO

Sulitnya Masuk Jurusan Bahasa Mandarin Unesa, Terbayar usai Lulus dan Kerja di Perusahaan Tiongkok

3 Desember 2025
Judi Online, judol.MOJOK.CO

Pengalaman Saya 5 Tahun Kecanduan Judol: Delusi, bahkan Setelah Salat pun Doa Minta Jackpot

2 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.