Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Beranda Pojokan

Wawancara Kami dengan Anjing, Babi, dan Monyet yang Namanya Sering Jadi Kata Makian

Ahmad Khadafi oleh Ahmad Khadafi
26 Agustus 2019
0
A A
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Babi, anjing, dan monyet angkat bicara soal pencemaran nama baik mereka oleh manusia.

Memaki adalah hak segala bangsa. Tak terpatok kultur atau budaya, memaki merupakan aktivitas yang diperlukan—entah untuk melampiaskan amarah maupun melampiaskan keakraban.

Lho? Lho? Kok keakraban?

Ya iya dong, dalam kultur masyarakat kita kata makian yang tersemat dalam kalimat bisa saja menunjukkan keakraban. Meski kata yang dipakai sering dipakai untuk memaki, tapi tensi serta nada bicara juga menjadi pembeda sebuah kata bukan merupakan makian karena lagi emosi melainkan justru menjadi sapaan akrab.

Paling tidak kata-kata makian bisa dikategorikan menjadi tiga bagian. Pertama, makian berdasarkan nama anggota badan atau yang berhubungan dengan itu. Ada ndasmu sempal, dengkulmu mlocot, kwontol, atau nama-nama biji di selangkangan.

Kedua, makian berdasarkan aktivitas jorok. Misalnya ngentot atau jancuk. Kalau mau lebih mantep ya tinggal dibikin nguentot atau jiancuk. Ketiga, makian berdasarkan profesi. Ada bajingan (sopir gerobak sapi) sampai mbahmu kiper (makian combo nih).

Keempat, makian yang berdasar nama-nama binatang. Nah, di Indonesia, makian dengan menggunakan nama binatang ini paling umum. Anjing, babi, monyet. Kalaupun ada modifikasi, mungkin itu disesuaikan dengan bahasa daerah masing-masing. Kalau di Jakarta njing, di Sunda jadi anying, di Jawa jadi asu.

Nah, model makian yang terakhir ini memang paling mudah dikenali karena sekalipun digunakan dalam bahasa Indonesia. Bahkan kita nggak perlu mikir dua kali soal artinya. Beda kalau misal makian jancuk, di mana orang dari luar Jawa Timur belum tentu paham kata itu artinya apa.

Tentu saja menjadi hal yang perlu ditelisik bagaimana tanggapan babi, anjing, dan monyet dijadikan makian di kehidupan sehari-hari kita. Untuk itu kami mewancarai ketiganya dalam sebuah pertemuan yang kami terpaksa rahasiakan lokasi, waktu, dan cara pelaksanaannya.

Sehat, Su?

Anjing                   : Mas, sampeyan itu manggil siapa?

Babi                       : Iya nih, wartawan goblok.

Monyet                 : Kita bertiga di sini nggak ada yang namanya “Su”, ya Mas. Plis deh. Kalau nanya jangan goblok-goblok banget deh.

Oh, maaf. Sudah kebiasaan, di tempat kami “anjing” itu biasa disebut “asu”. Maaf, maaf. Oh iya, Babi dan Monyet sehat?

Anjing                  : Oalah.

Babi                      : Iya, sehat. Nggak lihat apa, ini saya lagi gemuk-gemuknya gini.

Monyet                : Sehat. Cuma lagi sibuk ini. Lagi trending saya kemarinan itu.

Emang rame kenapa, Nyet?

Monyet                : Itu lho, ada manusia-manusia pakein nama saya buat memaki sesamanya.

Yang kasus kemarin di Surabaya itu ya?

Monyet                : Iya. Wah gila itu.

Babi                      : Iya, tuh, aku sama Anjing sampai iri lho, Mas. Monyet femes dadakan itu.

Anjing                   : …..

Oh, iya, sebelumnya kalian tahu nggak kalau kalian bertiga ini dijadiin bahan makian sama manusia?

Monyet                : Ya tahulah. Gimana sih? Itu kan udah terjadi berabad-abad.

Babi                      : Ealah, goblok amat ini manusia.

Anjing                   : Tahu ini, lama-lama aku gigit juga ini manusia. Mumpung masih rabies nih.

Ya kami kan cuma nanya. Siapa tahu kalian nggak tahu. Tapi serius ini kami ingin tahu, khusus untuk babi saja, kamu kan sering dibanding-bandingin sama celeng. Kadang suka kebalik tuh kalau ada yang misuh? Gimana menurut kamu?

Babi                       : Sebenarnya sih aku nggak suka disama-samain sama celeng. Gimana-gimana celeng itu kan liar. Kalau saya kan terawat. Kelas sosial kita itu beda ya. Tapi ya namanya manusia emang suka sembarangan gitu sih. Ya aku sih cuma prihatin aja.

Kalau ini pertanyaan untuk anjing. Ini pertanyaan penting sih. Penasaran aja, kamu tahu nggak kalau namamu jadi makian itu yang paling variatif?

Anjing                   : Oh, iya? Apa aja emangnya, Mas?

Ya ada anjeng, anjir, asu, anzeeeng, anying. Banyak pokoknya.

Anjing                   : Oooh…

Berarti kamu baru tahu ini?

Anjing                   : Guk

Hah? Apaan itu artinya?

Anjing                   : Itu artinya, iya, Mas. Hadeh, gitu aja perlu dijelasin.

Kalau kebiasaan kamu yang suka kencing mengangkat satu kaki belakang itu? Boleh tahu nggak atas dasar apa sih hal itu jadi kebudayaan di dunia anjing?

Anjing                   : Ya biar nggak kecipratan aja, Mas.

Emang kenapa kalau kecipratan? Kan nggak apa-apa juga?

Anjing                   : Ya najis dong. Mas-nya ini gimana sih?

Oh, iya ya.

Anjing                   : %#$@&%@$@%#$@%!

Kalau monyet, kenapa suka pisang? Kenapa nggak durian gitu?

Monyet                : Durian lebih mahal aja sih, Mas.

Ya kali kamu makan durian pakai bayar segala. Jawab serius, Nyeeeet.

Monyet                : (Nahan cekikikan) susah dong, Mas, buka duriannya. Emang sampeyan pernah lihat monyet makan durian? Prinsip aku sih yang simpel-simpel aja buahnya.

Nggak tertarik gitu makan daging?

Monyet                : Kebetulan lagi ikut program vegetarian sih, Mas. Jadi lagi diet.

Nah, terakhir ini. Kami bangsa manusia itu kan sering pakai nama-nama kalian untuk makian, kalau makian di tempat kalian ada nggak sih?

Monyet                : ….

Babi                      : Ngok.

Anjing                   : Guk.

BACA JUGA Kami Menemui Pohon Sengon yang Dibela Fadli Zon soal Kriminalisasi Pohon

Terakhir diperbarui pada 26 Agustus 2019 oleh

Tags: Anjingbabimakian hewanMonyet
Iklan
Ahmad Khadafi

Ahmad Khadafi

Redaktur Mojok. Santri. Penulis buku "Dari Bilik Pesantren" dan "Islam Kita Nggak ke Mana-mana kok Disuruh Kembali".

Artikel Terkait

Kalau Jokowi Kini Menggendong Babi, Suharto Dulu Malah Jadi Celeng yang Diburu.mojok.co
Aktual

Kalau Jokowi Kini Menggendong Babi, Suharto Dulu Malah Jadi Celeng yang Diburu

9 Februari 2024
Penjual Es Buah dengan Pesugihan Anjing Hitam di Samping Kios MOJOK.CO
Malam Jumat

Penjual Es Buah dengan Pesugihan Anjing Hitam di Samping Kios

7 Juli 2023
Konflik Monyet ekor panjang dengan Petani dan Perusahaan yang Terindikasi Ilegal
Investigasi

Tangis Macaca di Yogyakarta (Bagian 2): Konflik dengan Petani Gunungkidul dan Perusahaan yang Terindikasi Ilegal

26 Februari 2023
Tangis Macaca, monyet ekor panjang di Yogyakarta: Dari Hutan ke Ranjang Pasien MOJOK.CO
Investigasi

Tangis Macaca di Yogyakarta (Bagian 1): Ditangkap Paksa dari Hutan untuk Ekspor

25 Februari 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Pertama kali pakai mobile banking (m-banking) dan QRIS, bingung MOJOK.CO

Orang Gaptek Pertama Kali Pakai QRIS: Dari Panik Jadi Ketagihan karena Mudah, Berujung Sumpek karena Hari-hari Terasa Tanggal Tua

15 Juli 2025
Fatwa Haram Sound Horeg Dilawan: Bukti Ingin Menang Sendiri MOJOK.CO

Tidak Terima Sound Horeg Difatwakan Haram: Bukti Masyarakat Indonesia yang Keras Kepala dan Selalu Ingin Menang Sendiri

15 Juli 2025
Hal-hal riang di bawah panggung JVWF Music Fest 2025 di Jogja yang hadirkan HIVI! hingga Sheila on 7 MOJOK.CO

Sheila On 7, HIVI!, dan Suasana Riang di Bawah Panggung JVWF Music Fest 2025

14 Juli 2025
Pertama kali makan di warung makan warteg. Katrok saat ditanya menu hingga penyesalan setelah makan MOJOK.CO

Pertama Kali Makan di Warteg: Mendadak Goblok saat Ditanya “Mau Makan Apa?”, Kenyang tapi Menyesal, hingga Tebus Nasib Miris Masa Kecil

13 Juli 2025
Perempatan Gedangan adalah momok bagi warga Surabaya dan Sidoarjo. MOJOK.CO

Warga Sidoarjo Muak dengan “Jalan Neraka” Perempatan Gedangan, Hanya Bisa Ngeluh Bertahun-tahun karena Flyover Hanya Wacana

17 Juli 2025

AmsiNews

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Cara Kirim Artikel
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Kerja Sama
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.