MOJOK.CO – Hampir semua orang pernah nonton film Titanic. Tapi, jarang yang peka soal kejahatan Rose yang menjengkelkan itu.
Kelakar tentang film Titanic di lingkar pertemanan saya masih mentok tentang adegan telanjang dan ena-ena yang dilakukan Rose dan Jack. Tidak sedikit dari kami yang membagikan pengalaman kocak menemukan versi Titanic tanpa sensor. Paling jauh, obrolan mengarah pada seberapa asli kisah dalam film Titanic dan seberapa mengenaskannya musibah yang terjadi pada 1912.
Lebih dari pada itu kayaknya kita perlu lebih menilik tokoh Rose DeWitt Bukater yang diceritakan dalam film sebagai tokoh perempuan paling damage. Terlepas dari kisah cintanya yang manis banget dengan pria lintas kelas ekonomi, Jack Dawson, Rose adalah tokoh yang jahat.
Saya nggak bisa bilang Rose DeWitt Bukater adalah tokoh antagonis. Sebab bagaimanapun, dia adalah protagonis yang diceritakan sebagai tokoh utama, tonggak jalannya cerita film dari awal sampai akhir.
Ada konsekuensi yang harus dibayar seorang wanita konglomerat ketika dia jatuh cinta pada pria biasa. Di dunia nyata, batasan ini jelas. Hampir mustahil kisah cinta lintas ekonomi bisa seromantis itu. Mungkin, jika film Titanic tayang di SCTV, dia setara dengan FTV dengan tipikal judul “Kang Cilok yang Mencolok-colok Hatiku” atau “Terombang-ambing Sopir Angkot Ibu Kota”.
Mari kita sepakati bahwa Rose telah menggoda Jack. Dia melempar pesonanya pada seorang pria yang pada akhirnya berhasil melupakan status ekonomi mereka. Tipikal cinta terlarang yang utopis, tapi dilakukan juga. Cinta yang menggebu itu membawa mereka pada permasalahan pelik, andai Titanic tidak tenggelam pun, konfliknya selalu sama.
Atas nama cinta, Jack mau mengorbankan segalanya, termasuk nyawa. Sekarang, coba kamu pikir logis aja deh. Kenapa ya, Jack nggak manjat aja ke bongkahan pintu yang mengapung bersama Rose? Doi cuma nebeng dengan separuh badannya tenggelam di air. Hal ini jadi perdebatan selama bertahun-tahun. Banyak teori dan asumsi yang kemudian muncul. Ada sebuah “harapan” bahwa Jack Dawson bisa selamat ketika itu. Tapi, James Cameron sebagai sutradara, memilih untuk membunuh tokoh ini.
Huru-hara macam begini, sebenarnya pernah dijawab langsung oleh James Cameron. Dia menyatakan bahwa bila Jack ikut naik ke bongkahan pintu, mereka berdua mungkin akan mati karena kayu itu nggak bisa menampung bobot tubuh mereka berdua. Ini semua bukan soal ruang, tapi soal beban.
Sayangnya, pernyataan James Cameron nggak bisa melindungi Rose dari tuduhan jahat. Dalam film Titanic, Rose tetap terkesan sebagai cewek konglomerat manja yang maunya selamat sendiri. Jika saya jadi Rose dan cinta mati sama Jack, saya nggak akan peduli apakah bongkahan pintu itu akan membunuh kami berdua atau tidak. Yang penting, kami berdua mati bareng-bareng. Bukankah ini lebih romantis dan sejalan dengan drama-drama puitis lain?
Sampai akhir, Rose masih jahat. Dalam film Titanic, muncul Brock Lovett. Dia adalah seorang pemburu harta karun yang menaruh perhatian luar biasa pada tenggelamnya kapal Titanic. Dia juga yang akhirnya menemukan lokasi bangkai kapal dan berusaha mencari sebuah benda paling berharga dalam kapal tersebut: kalung permata biru.
Kalung ini sebenarnya milik Cal Hockey, seorang konglomerat yang juga tunangan Rose. Cal pengin banget memberikan kalung ini kepada Rose saat pesta pertunangan mereka yang direncanakan terjadi seminggu kemudian. Ini sebuah kalung supermahal, sangat berharga, cantik, dan benar-benar mantap lah pokoknya.
Benda inilah yang paling dicari Brock Lovett dan timnya. Dia rela menghabiskan waktu, uang, tenaga, dan pikiran demi mendapatkan benda mahal yang setelah Titanic tenggelam, menjadi berkali-kali lipat lebih berharga.
Tapi, emang dasar Rose itu jahat dan licik, kalung ini kemudian dia buang ke laut. Alasannya cukup klise walau awalnya terdengar filosofis. Rose, ingin merelakan sebuah simbol manipulasi yang dilakukan oleh Cal Hockey. Cal, dianggap sebagai tokoh kaya raya manipulatif yang merayu Rose dengan hadiah dan harta melimpah. Rose, konon, ingin melepaskan kekangan ini setelah sekian lama. Sekaligus, ia juga merelakan kepergian Jack yang tenggelam dalam lautan. Belajar melepaskan semua beban dan membebaskan dirinya dari semua jeratan rasa bersalah itu. Lagi-lagi, Rose kelihatan benar-benar kejam di film Titanic.
Jelas-jelas dia melakukan semua ini demi dirinya sendiri. Bukan demi Jack, bukan demi membalas Cal.
Rose DeWitt Bukater, Anda sudah toksik ke Jack, licik pula.
BACA JUGA Di Kampung Saya, Tidak Boleh Ada Film yang Sad Ending dan artikel lainnya di POJOKAN.