Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

Selamat Datang di Kolam, Prabowo, Raja Cebong Indonesia

Yamadipati Seno oleh Yamadipati Seno
15 Juli 2019
A A
Prabowo Raja Cebong Indonesia MOJOK.CO
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Setelah rekonsiliasi dengan Pak Jokowi, Pak Prabowo dibenci pendukungnya sendiri. Beliau mendapatkan julukan Raja Cebong Indonesia.

Mulai dari Jumat minggu lalu, sampai Senin (15/7) adalah periode yang nggak enak betul buat Pak Prabowo. Makan nggak enak, minum nggak terasa segar, tidur nggak nyenyak, mungkin boker nggak lancar juga. Saya yakin cuma Bobby the Cat yang bisa sedikit mengangkat mood Ketum Gerindra itu. Semua gara-gara sebuah kata yang disebut “rekonsiliasi”.

Ketika niat rekonsiliasi antara Pak Prabowo dengan Pak Jokowi semakin mengugat, gelombang protes mengalir deras. Protes itu dilakukan oleh para pendukung pasangan Pak Prabs dan Bro Sandi di Pilpres 2019 kemarin. Salah satu yang sampai menggerudug rumah Pak Prabs di Kertanegara adalah rombongan Ikatan Keluarga Relawan (IKR).

Rombongan IKR, di mana mayoritas yang ikut demo adalah emak-emak, menuntut Pak Prabowo nggak usah rekonsiliasi saja. Mereka ingin Pak Prabs ingat dengan perjuangan para relawan, habis waktu, habis uang, meninggalkan keluarga demi mengalahkan Pak Jokowi di Pilpres 2019 kemarin.

Orator yang bertugas membakar semangat peserta demo mengingatkan Prabowo-Sandi supaya tidak mengkhianati perjuangan para relawan selama sembilan bulan untuk memenangkan Pilpres 2019. “Kami masih ada pak, sembilan bulan kami berjuang, meninggalkan anak, Pak, ingat darah segar relawan pak, jangan sampai bapak merapat keseberang sana, kami masih ada bersama bapak,” kata orator.

Para peserta demo juga menuntut agar Prabowo-Sandi tetap berpegang teguh menjadi oposisi. Mereka bersepakat untuk mengawal terus perjuangan bila keduanya memilih jadi oposisi.

Supaya demo di depan rumah Pak Prabowo makin ramai, ratusan emak-emak ini membawa beberapa spanduk dengan kalimat yang menggelitik. Misalnya, “Tolak Rekonsiliasi”, “Kami Tetap Bersama Bapak”, hingga “Bapak Harus Bersama Kami”.

Menjadi Pak Prabs memang serba salah. Kalau nggak mau rekonsiliasi dikira nggak gentleman setelah kalah di Pilpres, sementara kalau mau ketemu Pak Jokowi dianggap mengkhianati kerja panjang para relawan. Kalahan memang serba salah, Pak. Beda dengan mereka yang selalu menang. Ya kayak di sepak bola, di Liga Cina, di mana Paris Saint-Germain begitu dominan.

Prabowo, Raja Cebong Indonesia

Saya sih salut begitu Pak Prabowo mau memilih jalan yang terjal. Sabtu pagi, Pak Prabs mau ketemuan dengan Pak Jokowi di stasiun MRT. Mereka cipika-cipiki, ngobrol soal bangsa, menegaskan nggak ada lagi cebong dan kampret, yang ada hanya Garuda Pancasila, semuanya Merah-Putih, lalu mencicipi naik MRT. Kebetulan, Pak Prabs belum pernah naik MRT. Ee tapi kok kayaknya Pak Joko dan Pak Prabs belum tiket MRT ya?

Apresiasi bergaung keras. Memuji Pak Prabowo yang mau legawa menemui Pak Jokowi untuk rekonsiliasi. Ehh lha kok ndilalah apresiasi itu lebih banyak dari pendukung pasangan Jokowi-Ma’ruf Amin saja. Ketika keduanya bertemu, riuh rendah penolakan mewarnai lini masa media sosial. Pak Prabs dianggap nggak peka, tegaan, meninggalkan para pendukungnya dahulu.

Protes yang berkembang nggak main-main. Jaringan Pemuda Penyelamat Konstituen Prabowo-Sandi, yang jujur saja baru saya dengar sekarang ini, menegaskan kalau mereka menolak rekonsilasi yang sudah kadung terjadi kemarin Sabtu. “Menolak rekonsiliasi antara Prabowo & Jokowi dan menagih janji Prabowo yang pernah menyatakan bahwa ‘Saya akan Timbul Tenggelam Bersama Rakyat’,” seperti dikutip Tirto.

Selain menolak rekonsiliasi, kelompok ini juga mulai menuntut tanggung jawab Pak Prabs terkait Aksi 22 Mei. Kelompok ini meminta agar Pak Prabs bertanggung jawab atas meninggalnya sembilan orang pemuda dan masih banyak masyarakat yang diduga hilang dalam aksi yang berlangsung diwarnai kekerasan itu.

Rasanya sesak betul diimpit dari kiri dan kanan begitu. Apalagi yang menekan adalah para pendukungnya sendiri. Kenapa sih nggak setuju dengan rekonsiliasi? Lebih sedih lagi ketika Pak Prabs diberi sebuah penghargaan yang, meski diakui cukup menggelitik, tetapi tetap saja sebuah ironi.

Jaringan Pemuda Penyelamat Konstituen Prabowo-Sandi bakal memberi Pak Prabs sebuah anugerah dengan judul “Raja Cebong Indonesia”. Ketika beliau ketemu Pak Jokowi, isitlah cebong dan kampret dianggap sudah tak ada. Namun, nampaknya, spesies kampret nggak terima. Memang, Homo kampretensis ini maunya apa, sih…

Iklan

Selain mendapat penghargaan sebagai “Raja Cebong Indonesia”, Pak Prabs juga sudah ditinggalkan oleh Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) Ulama dan PA 212. Sedih, Hambalang pasti jadi sepi lagi.

Kalau sudah begini, dear Pak Prabowo, sudah kepalang basah. Sekalian saja nyemplung ke kolam. Kolam cebong yang dahulu menjadi bahan olok-olokan pendukung Bapak sendiri. Sekalian saja menjadi raja di sana. Misalnya menjadi penasihat pribadi bagi Pak Jokowi. Nggak punya teman itu nggak enak, lho, Pak. Kalau sudah nggak diterima oleh pendukungnya, ya sudah.

Jangan bersedih, masih banyak yang mengapresiasi langkah Bapak. Meskipun itu berasal dari para Cebong. Penerimaan bisa bikin hidup lebih namaste.

Selamat datang di kolam, Pak. Pak Prabowo, Raja Cebong Indonesia.

Terakhir diperbarui pada 15 Juli 2019 oleh

Tags: cebongjokowipraboworaja cebong indonesiaRekonsiliasi
Yamadipati Seno

Yamadipati Seno

Redaktur Mojok. Koki di @arsenalskitchen.

Artikel Terkait

kapitalisme terpimpin.MOJOK.CO
Ragam

Bahaya Laten “Kapitalisme Terpimpin” ala Prabowonomics

21 Oktober 2025
Kereta Cepat Whoosh DOSA Jokowi Paling Besar Tak Termaafkan MOJOK.CO
Esai

Whoosh Adalah Proyek Kereta Cepat yang Sudah Busuk Sebelum Mulai, Jadi Dosa Besar Jokowi yang Tidak Bisa Saya Maafkan

17 Oktober 2025
Hentikan MBG! Tiru Keputusan Sleman Pakai Duit Rakyat (Unsplash)
Pojokan

Saatnya Meniru Sleman: Mengalihkan MBG, Mengembalikan Duit Rakyat kepada Rakyat

19 September 2025
Video Prabowo Tayang di Bioskop Itu Bikin Rakyat Muak! MOJOK.CO
Aktual

Tak Asyiknya Bioskop Belakangan Ini, Ruang Hiburan Jadi Alat Personal Branding Prabowo

16 September 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Kuliah di universitas terbaik di Vietnam dan lulus sebagai sarjana cumlaude (IPK 4), tapi tetap susah kerja dan merasa jadi investasi gagal orang tua MOJOK.CO

Kuliah di Universitas Terbaik Vietnam: Biaya 1 Semester Setara Kerja 1 Tahun, Jadi Sarjana Susah Kerja dan Investasi Gagal Orang Tua

15 Desember 2025
Keturunan Keraton Yogyakarta Iri, Pengin Jadi Jelata Jogja Saja! MOJOK.CO

Keresahan Pemuda Berdarah Biru Keturunan Keraton Yogyakarta yang Dituduh Bisa Terbang, Malah Pengin Jadi Rakyat Jelata Jogja pada Umumnya

18 Desember 2025
Slipknot hingga Metallica Menemani Latihan Memanah hingga Menyabet Medali Emas Panahan Mojok.co

Slipknot hingga Metallica Menemani Latihan Memanah hingga Menyabet Medali Emas Panahan

21 Desember 2025
Pasar Petamburan di Jakarta Barat jadi siksu perjuangan gen Z lulusan SMA. MOJOK.CO

Pasar Petamburan Jadi Saksi Bisu Perjuangan Saya Jualan Sejak Usia 8 Tahun demi Bertahan Hidup di Jakarta usai Orang Tua Berpisah

19 Desember 2025
Bagian terberat orang tua baru saat hadapi anak pertama (new born) bukan bergadang, tapi perasaan tak tega MOJOK.CO

Katanya Bagian Terberat bagi Bapak Baru saat Hadapi New Born adalah Jam Tidur Tak Teratur. Ternyata Sepele, Yang Berat Itu Rasa Tak Tega

18 Desember 2025
Menteri Kebudayaan Fadli Zon dan Wali Kota Agustina Wilujeng ajak anak muda mengenal sejarah Kota Semarang lewat kartu pos MOJOK.CO

Kartu Pos Sejak 1890-an Jadi Saksi Sejarah Perjalanan Kota Semarang

20 Desember 2025

Video Terbaru

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025
Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

17 Desember 2025
Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

14 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.