MOJOK.CO – Ini adalah pertarungan turun-temurun sebagai minuman template paling favorit di Indonesia. Es teh VS es jeruk, siapakah pemenangnya?
Saya sangat jarang pesan es jeruk, sekalinya makan ketoprak, bakso, dan jajanan lain di luar saya selalu pesan es teh, kadang tawar, kadang manis. Alasannya sederhana, teh adalah minuman yang nggak bikin tambah kenyang kayak kopi atau jus. Minuman ini sudah pas banget buat menambah sensasi segar usai makan yang panas dan pedas-pedas walau saya tahu secara kesehatan mungkin ini tidak disarankan.
Maka itu, saya mohon maaf dulu, Saudara. Kali ini saya nggak akan membahas sedikitpun unsur kesehatan dari dua minuman yang bertarung secara sengit dalam kancah menu template yang paling sering dipesan orang Indonesia.
Belakangan, es jeruk terasa lebih segar buat saya. Entahlah, ia seolah-olah memberikan sensasi yang lebih menantang karena ada kecut-kecutnya. Belum lagi kesan kalau jeruk itu bisa menetralkan apa pun yang kita makan sebelumnya, istilahnya minuman cuci mulut lah. Saya kok lama-lama jadi jatuh cinta sama es jeruk ya, walaupun harganya cenderung lebih mahal ketimbang es teh. Padahal saya sadar ada jargon yang terkenal itu, apa pun makanannya, minumnya… bayar sendiri.
Tapi, tenang. Saya janji bakal adil dalam mempertarungkan kedua jagoan kita dalam arena. Kita akan kupas satu demi satu keunggulan mereka.
#1 Es teh disajikan dengan cepat
Biasanya penjual telah menyediakan satu wadah besar air yang telah dicampur dengan teh racikan mereka. Teh di dalmnya adalah “biang” yang nanti bakal dicampurkan dengan gula, es, atau air panas, tergantung request dari pembeli. Inilah yang bikin es teh cenderung disajikan lebih cepat, nggak perlu nunggu lama, pembeli sudah bisa menyeruput kesegarannya sedikit-sedikit sambil menunggu makanan datang.
Ice tea 1:0 ice orange.
#2 Es jeruk disajikan lebih lama, tapi buahnya segar
Jika kamu punya kesabaran yang lebih panjang, cobalah pesan es jeruk. Walau penyajiannya lama, kamu bakal paham mengapa ia disajikan dadakan. Penjual jarang sekali menyajikan “biang” es jeruk. Mereka memilih membelah jeruk dan memerasnya secara dadakan. Barulah dikasih gula dan air es.
Walau lama, tapi yang begini justru lebih otentik bukan? Buahnya masih segar, kecutnya masih terasa, dan esnya bikin tenggorokan makin manja.
Ice tea 1:1 ice orange.
#3 Es teh lebih murah
Harga nggak jadi soal untuk es teh karena di mana-mana es teh harganya nggak mungkin melambung tinggi. Normalnya ya kisaran Rp3 ribu- Rp5 ribu. Beberapa pedagang kaki lima masih ada yang menjualnya dengan harga Rp2 ribu saja. Sungguh, kebahagiaan yang sangat murah untuk didapatkan.
Sebab harganya murah, kamu bisa pesan dua hingga tiga gelas dalam sekali duduk dan itu nggak masalah. Nggak bikin kantong menderita. Kecuali… kalau beli es tehnya di restoran sushi mahal, di mal, atau di tempat-tempat fancy yang membuatmu nggak sekadar membayar es, air, teh, dan gula. Tetapi, kamu juga bantu mereka bayar pajak tempat.
Ice tea 2: 1 ice orange.
#4 Di tangan yang tepat, es teh adalah masterpiece
Beberapa kali saya menyimak bagaimana teh dari resto satu dan resto lainnya saling dibenturkan. Konon, masyarakat gaul Jogja merasa bahwa es teh di Solo jauh lebih enak. Mereka punya racikan yang pas dan wangi. Warnanya tetap cokelat, tapi wanginya juga nggak kalah pekat. Nggak sekadar kayak air gula, tapi ada aroma dan sepet-sepetnya sedikit. Padahal, es teh itu menu yang kayaknya di mana-mana ada dan jarang diprotes sebagai menu yang “gagal”. Tapi, di balik semua itu ternyata ia juga bisa dibanggakan sebagai menu yang “berhasil” dari beberapa tempat makan.
Beberapa kawan saya juga pernah memilih angkringan dengan indikator “yang punya es teh paling enak”. Mereka beranggapan bahwa otentisitas seduhan itu segalanya. Pokoknya militan banget sama minuman yang satu ini.
Jika Anda punya usaha kuliner, setidaknya Anda nemu satu lagi faktor yang bisa mendongkrak jualan sekalian promosi tipis-tipis. Iya, meracik biang teh dengan benar. Bereksperimenlah dengan teh wangi dan teh curbang, pilih citarasa yang terbaik, dan biarkan pasar menilai.
Ice tea 3:1 ice orange.
#5 Survei tentang keduanya
Saya pernah iseng mengadakan survei kecil-kecilan lewat Instagram Story. Meskipun saya bukan selebgram dan yang melihat Instagram Story saya nggak bisa dibanggakan, setidaknya survei ini menggambarkan betapa kedua minuman ini bersaing secara sengit. Awalnya, tim es teh yang militan itu menang telak dengan perbandingan persentase 54% VS 46%.
Delapan jam menjelang survei itu berakhir, tim es jeruk ternyata nggak mau kalah. Mereka sempat membuat kedudukan sama 50% VS 50% untuk keduanya. Selanjutnya, tim es teh mulai loyo dan nggak ada yang mau ngasih suara lagi. Sedangkan tim es jeruk, datang bebarengan dan menjadikan kedudukan mereka tidak terkalahkan. Tim es jeruk menang dengan persentase 56% VS 44% dengan jumlah pendukung sekitar lima puluh orang.
Ice tea 3:2 ice orange.
Dengan demikian, es teh adalah pemenangnya. Ada lebih banyak alasan memesan es teh ketimbang es jeruk yang walaupun menurut saya kesegarannya paripurna, tapi kalah dengan pesona pesaingnya. Pantesan aja kebun teh sering jadi tempat wisata, sementara Kebon Jeruk itu di Jakarta Barat. Halah, jaka sembung!
BACA JUGA Es Teh di Khazanah Kuliner Solo Lebih Nikmat Dibandingkan Kuliner Jogja: Jangan Tanya soal Harga dan Rasa dan artikel lainnya di POJOKAN.