Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

Pak Ogah di Jogja Nggak Akan Hilang karena Nyatanya Memang Kita Butuhkan

Rizky Prasetya oleh Rizky Prasetya
20 Oktober 2025
A A
Pak Ogah di Jogja Nggak Akan Hilang karena Nyatanya Memang Kita Butuhkan

Pak Ogah di Jogja Nggak Akan Hilang karena Nyatanya Memang Kita Butuhkan

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Membaca naskah Marselinus tentang meresahkannya eksistensi pak ogah di Jogja itu bikin saya manggut-manggut. Di banyak hal, saya setuju, eksistensi mereka itu sebenarnya tidak dibutuhkan. Tapi di sisi lain, sebagai orang yang menghabiskan hampir satu setengah dekade di Jogja, saya tak bisa mengamini semuanya begitu saja.

Maka dari itu, saya bilang eksistensi mereka itu sebenarnya tidak dibutuhkan. Realitasnya, pak ogah memang mau tak mau, masih ada karena memang masalahnya tidak hanya ada di mereka saja.

Tidak menyenangkan memang, harus mengakui bahwa sesuatu yang kita benci, nyatanya dibutuhkan oleh banyak pihak. Apalagi eksistensi pak ogah. Saya nggak bisa dibilang suka sama mereka, karena cara mereka mengatur lalu lintas itu sering kali nggak pas. Menyetop kendaraan itu ada caranya, ada aturannya. Sedangkan mereka belum tentu menguasai hal tersebut.

Eh, ini serius. Saya waktu SMA ikut eskul PKS, dan dapat pelatihan pengaturan lalu lintas dari kepolisian langsung. I know this shit very well.

Tapi saya yakin betul, jika pak ogah ini tidak ada tiba-tiba di Jogja, lalu lintas makin kacau. Bayangkan di zona putar balik ring road nggak ada mereka. bayangkan di perempatan Jembatan Merah Gejayan itu nggak ada pak ogah, kacau itu pasti.

Oh, kau kira tempat itu kacau karena mereka? Tentu saja tidak, Marko. Justru kekacauan yang kau lihat hari ini, bisa jadi lebih memuakkan kalau mereka tak ada.

Kenapa pak ogah di Jogja ada?

Kenapa pak ogah di Jogja itu ada dan berlipat ganda? Simpel, karena banyak titik di jalan yang berpotensi menyebabkan kemacetan, tapi tidak ada yang mengurai. Yang berwenang ya, tentu saja, polisi. Tapi, ada? Kalian lihat? Jarang kan? Nah.

Ketiadaan polisi di titik itu, akhirnya dilihat sebagai peluang oleh orang-orang yang menganggap ini ladang cuan. Meski ya orang-orang tersebut tidak melakukan tugasnya secara proper, dan secara power jelas kalah ketimbang polisi, tapi setidaknya mereka bisa membuat lalu lintas rodo mendingan.

Kalau kalian ngeluh macet, perlu dipikir juga, ya itu juga akan terjadi misal yang ngatur polisi. Sebab, agar jalur satunya bisa jalan, jalur lain harus distop. Nah, kalau distop, otomatis kemacetan akan terjadi kan? Lha yo jelas, liat sendiri berapa jumlah kendaraan di Jogja. Ini logic dasar sih.

Artinya, kalau kalian minta pak ogah hilang, syaratnya ya harus ada orang yang melakukan tugas mereka, which is, polisi. Nah, apakah jumlah polisi cukup untuk mengurai kemacetan?

Yo aku ra reti, rumangsamu aku kapolres.

Keluhan sudah sejak lama

Sebenarnya permasalahan dan keluhan pada pak ogah di Jogja ini udah dari dulu, sudah dari dekade lalu malah. Yang sering saya lihat adalah keluhan pada pak ogah di perempatan OB, titik macet paling jahanam di Jogja. Keluhan ini nggak cuman saya dengar sekali dua kali, tapi bertahun-tahun. Pak Ogahnya juga ada di sana sejak lama, saya masih inget 2016 lewat sana sudah ada yang ngatur.

Tapi, nyatanya, selama bertahun-tahun, titik tersebut nggak juga dicari solusinya. Padahal udah terkenal. Padahal di ICJ—grup julid yang sudah mati itu—sudah sering banget postingan keluhannya muncul. Tapi, baru sejak kapan itu ditangani? Baru 2022 akhir. Keluhannya sejak kapan tahu.

Jika perempatan paling jahanam, paling terkenal, paling sering dikeluhkan, baru ditangani setelah sekian lama, lalu kalian berharap yang lain akan ditangani begitu saja?

Iklan

Artinya, masalah pak ogah ini sebenarnya kompleks. Menyalahkan pelaku sebagai penyebab utama saya rasa nggak bijak. Mereka hanya melihat peluang, dan nyatanya, mereka membantu, meski menyebalkan. Nyatanya memang kita dipaksa menerima realitas-realitas yang tidak ideal. Sebab yang ideal, selalu jauh dari apa-apa yang terlihat mata.

Sebagai penutup, saya hanya mau bilang, untuk sementara, terima saja keberadaan mereka. Sekalipun tak menyenangkan, sekalipun tak membantu. Tapi jangan sekali-kali berharap kalau mereka hilang, lalu para pengendara di Jogja bisa berlaku selayaknya manusia. Kau boleh optimis, tapi tahu batas.

Penulis: Rizky Prasetya
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Pengalaman Jadi Pak Ogah di Jalan Raya Purbalingga dan catatan menarik lainnya di rubrik POJOKAN

Terakhir diperbarui pada 20 Oktober 2025 oleh

Tags: jembatan merah gejayanPak OgahPolisi Cepekpolisi cepek di jogjatitik kemacetan jogja
Rizky Prasetya

Rizky Prasetya

Redaktur Mojok. Hobi main game dan suka nulis otomotif.

Artikel Terkait

pak ogah jogja.MOJOK.CO
Ragam

Kisah Pak Ogah di Jalan Jogja-Solo, Kerja 15 Jam Sehari Bisa Dapat Rp750 Ribu

16 Agustus 2024
Bukan Demit, Catcalling Adalah Horor Tanpa Hantu Bagi Perempuan yang Melintas di Jembatan Merah Gejayan Jogja,mojok.co
Ragam

Bukan Demit, Catcalling Adalah Horor Tanpa Hantu Bagi Perempuan yang Melintas di Jembatan Merah Gejayan Jogja

4 Maret 2024
Pakde Bonek: 100 Jersey Bola yang Menemaninya Bekerja di Jalan Raya
Liputan

100 Jersey Bola Menemani Pakde Bonek Bekerja di Jalan Raya

5 Oktober 2021
Pak Ogah, yang Mengakali Hidup Terbatas dengan Mengatur Lalu Lintas
Liputan

Pak Ogah, Mengakali Hidup Terbatas dengan Mengatur Lalu Lintas

13 Juli 2021
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Judi Online, judol.MOJOK.CO

Pengalaman Saya 5 Tahun Kecanduan Judol: Delusi, bahkan Setelah Salat pun Doa Minta Jackpot

2 Desember 2025
Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
Bioskop NSC Rembang, bangunan kecil di tanah tandus yang jadi hiburan banyak orang MOJOK.CO

Bioskop NSC Rembang Jadi Olok-olokan Orang Sok Kota, Tapi Beri Kebahagiaan Sederhana

1 Desember 2025
Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

1 Desember 2025
Warung makan gratis buat Mahasiswa Asal Sumatra yang Kuliah di Jogja. MOJOK.CO

5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana

4 Desember 2025
Bencana Alam Dibuat Negara, Rakyat yang Disuruh Jadi Munafik MOJOK.CO

Bencana Alam Disebabkan Negara, Rakyat yang Diminta Menanam Kemunafikan

3 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.