ADVERTISEMENT
Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Beranda Pojokan

Nikmatnya Jadi Kaum Medioker, Tinggal Nyimak Sambil Rebahan

Ajeng Rizka oleh Ajeng Rizka
4 Januari 2020
0
A A
Nikmatnya Jadi Kaum Medioker, Tinggal Nyimak Sambil Rebahan

Nikmatnya Jadi Kaum Medioker, Tinggal Nyimak Sambil Rebahan

Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

MOJOK.CO – Terkadang ada untungnya jadi kaum medioker. Meski tidak hadir sebagai kaum yang bisa menyetir wacana, setidaknya mereka dijauhkan dari segala keterlibatan dan rundungan netizen.

Ribut-ribut di media sosial adalah sebuah sirkus dan pertunjukan yang memacu adrenalin bagi sebagian orang. Mereka yang memutuskan untuk nggak terlibat berada dalam posisi netral, posisi yang paling dikecam Dante dan paling banyak dihuni kaum rebahan.

Tempat tergelap di neraka dicadangkan untuk mereka yang tetap netral di tengah krisis moral.-Dante Alighieri.

Lupakanlah Dante, dia mungkin tidak menyangka kalau krisis moral bisa berupa tubir skandal di Twitter atau saling lapor akibat komentar tidak menyenangkan di Instagram. Tentu saja, UU ITE kita yang punya pasal karet itu mendadak bisa jadi pisau tajam sekaligus pisau mainan. Yang serius sewa pengacara mahal bin licin kayak belut punya banyak harapan menang. Sedangkan yang tidak bisa mengusahakan atmosfer semacam itu tidak punya pilihan selain bikin video permintaan maaf.

Saya sejujurnya belum pernah menyengaja secara berturut-turut mencuitkan utas yang kira-kiranya bakal viral. Sekalinya saya coba, mentok yang kasih retweet adalah kawan-kawan sendiri. Itu pun saya suruh sebelumnya. Bahkan nggak ada sama sekali niatan gabung dengan circle retweet yang kabarnya punya banyak pasukan demi kejahatan kolusi ribuan retweet.

Seriusan, rekor cuitan saya cuma sebatas upaya protes perihal konten saya yang disadur oleh akun cyber avatar. Mengenai keributan lain yang terjadi saya cuma berperan sebagai pembaca yang baik, medioker ulung yang mengawasi dari kejauhan.

Awalnya menyebalkan jadi orang yang biasa-biasa saja. Ada atau nggak ada, sama saja. Rasanya memang seperti topping meses di atas Pop Ice, nggak penting keberadaannya. Paling menyakitkan adalah ketika sedang berusaha melawak. Jangankan tertawa, yang nanggepin aja cuma kesunyian.

Tapi lama-kelamaan menjadi medioker adalah sebuah kemewahan. Tidak ada beban moral sama sekali, ringan seperti bulu. Kalau ada keributan nyimak sambil rebahan. Ada panggung politik, nonton sambil ngopi-ngopi. Betapa enaknya menikmati dunia layaknya pertunjukan.

Soalnya medioker bukan siapa-siapa.Nnggak terkenal dan nggak dapat sorotan. Ini posisi paling aman dari semua perang mental yang terjadi.

Rumus kenikmatan medioker ini juga berlaku dalam pergaulan sampai prestasi pendidikan. Jadi siswa dengan nilai terendah itu nggak enak. Tapi lebih nggak enak jadi siswa yang semester lalu nilainya tinggi, lalu sekarang merosot. Dosanya kayak lebih banyak gitu. Tak kurang nasihat guru dan kekecewaan orang tua pasti mereka terima. Sungguh pun paling enak jadi medioker yang peringkatnya di tengah-tengah. Menjauh dari sorotan guru-guru dan terbebas dari omelan orang tua. Semua berjalan begitu seimbang.

Saya jadi ingat sebuah lagu dari band yang vokalisnya hype banget belakangan karena punya proyek solo lumayan booming. Tau dong, tau dong. Salah satu lagu yang dia rilis bersama bandnya menyoroti krisis pangan dan padi.

Di suatu siang saya menyanyikannya sambil tertawa ngejek yang kemudian diprotes oleh teman saya. Semata karena dia nggak paham kalau lagu itu pro banget sama proletar tapi orang-orang yang menyanyikannya pakai sepatu dan kaus Vans. Sama halnya dengan kawan saya yang terkenal banget pembela akar rumput dan getol menuntut isu pangan tapi tiap hari minum kopi KFC dan makan Prosperity burger di McD.

Saya bersyukur, untung saya nggak pernah mendeklarasikan diri sebagai Kiri atau Kanan, tapi menggandeng keduanya sambil nyimak dan sebatas mbatin. Jadi mau saya makan makanan kapitalis kek, peduli kaum yang termarjinalkan kek, saya aman.

Medioker memang senyaman-nyamannya kedudukan.

BACA JUGA Foto Diri Sendiri Dijadiin Wallpaper Hape atau WhatsApp Apa Tidak Jijique? atau artikel lainnya di POJOKAN.

Terakhir diperbarui pada 4 Januari 2020 oleh

Tags: kaum rebahanmedia sosialmedioker
Iklan
Ajeng Rizka

Ajeng Rizka

Penulis, penonton, dan buruh media.

Artikel Terkait

Self Abuse yang Tidak Aku Sadari Setelah Melihat Media Sosial MOJOK.CO
Kilas

Self Abuse yang Tidak Aku Sadari Setelah Melihat Media Sosial

9 September 2023
Belajar dari Sejarah, Twitter Nggak Akan Mati Begitu Saja karena Threads. MOJOK.CO
Kilas

Belajar dari Sejarah, Twitter Nggak Akan Mati Begitu Saja karena Threads

7 Juli 2023
pemilih pemula mojok.co
Kotak Suara

Survei CSIS: Pemilih Pemula Manfaatkan Medsos sebagai Sumber Informasi

6 April 2023
jejak media sosial kandidat capresa
Kotak Suara

Jejak Netizen di Media Sosial Para Kandidat Capres 2024, Bagaimana Sentimennya?

15 Maret 2023
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
motogp yamaha yzr-m1 valentino rossi fakta tentang motor motogp rem cakram harga mojok.co

Fakta-fakta Unik tentang Motor yang Dipakai Balapan MotoGP

Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Nelangsa orang dengan KTP Malang, susah payah perbaiki citra malah rusak oleh suporter Arema FC: Aremania MOJOK.CO

Tak Mudah Jadi Orang dengan KTP Malang, Susah Payah Berbuat Baik tapi Sia-sia karena Cap Aremania

13 Mei 2025
Grup Facebook Fantasi Sedarah, sinyal rumah makin tak aman karena hubungan sedarah (inses) MOJOK.CO

Fantasi Menjijikkan 40.000 Ribu Orang di Grup Facebook Fantasi Sedarah, Rumah Sendiri Terasa Makin Tak Aman

16 Mei 2025
Upaya Merawat Candi Borobudur di Magelang agar Bisa Bertahan 2000 Tahun Lagi. MOJOK.CO

Upaya Merawat Candi Borobudur agar Bisa Bertahan 2000 Tahun Lagi

13 Mei 2025
Gubernur Jawa Tengah, Ahmad Luthfi bantu perbaiki rumah Wagiman dan Samiyem di Boyolali MOJOK.CO

Kisah Sepasang Lansia di Boyolali Puluhan Tahun Tinggal di Rumah Mungil dan Reyot, Kini akan Diperbaiki Gubernur Jateng

16 Mei 2025
Renungan sistem pendidikan sekolah hari ini atas Palagan Ki Hadjar Dewantara MOJOK.CO

Renungan atas Palagan Ki Hadjar Dewantara: Sekolah Hanya Sekadar Meluluskan tapi Belum Mendidik

15 Mei 2025

AmsiNews

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Cara Kirim Artikel
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Kerja Sama
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.