Selama setahun ke depan, linimasa akan penuh dengan banyak pertarungan argumen soal mana yang lebih layak menjadi presiden untuk periode mendatang, Prabowo atau Jokowi (atau mungkin siapa saja tokoh dari poros ketiga).
Di tengah kondisi yang demikian, menjadi pendukung Prabowo atau Jokowi mutlak menjadi sebuah keniscayaan. Masyarakat akan terpolarisasi dengan mudah sebagai dua kubu yang saling bertentangan.
Nah, berikut ini adalah beberapa panduan ringkas bagaimana menjadi seorang pendukung Prabowo dan pendukung Jokowi yang baik dan benar. Silakan dibaca jika Anda adalah pendukung salah satunya, dan silakan di-share jika Anda bukan pendukung keduanya.
Dukunglah Prabowo, dukunglah Jokowi, tapi jangan bilang-bilang.
Dalam kontestasi politik, seleksi alam akan membimbing Anda menjadi seorang pendukung Jokowi atau Prabowo. Baik dalam kelas yang paling ringan, atau kelas kampret dan cebong yang paling berat. Itu adalah pilihan yang wajar, namun begitu, cobalah untuk tidak berkoar-koar memberitahukan terlalu masif bahwa Anda adalah pendukung Jokowi atau pendukung Prabowo.
Hal ini semata demi menyelamatkan harga diri politik Anda. Sangat rugi jika Anda mendukung Prabowo dan Jokowi, dan orang-orang tahu akan hal itu.
Kalau Anda pendukung Prabowo, dan ternyata ia kalah, maka Anda akan ditertawakan oleh banyak orang.
“Cieeee, yang jagoannya kalah…”
Pun sebaliknya, jika Anda pendukung Jokowi, dan ia menang, maka ketika Jokowi membuat blunder atau meneken kebijakan yang salah, Anda akan ikut kena getahnya.
“Gara-gara presiden pilihanmu tuh…”
Maka, jalan yang paling baik memanglah mendukung dalam diam. Mendukung tanpa ada yang tahu bahwa Anda sedang mendukung.
Jangan percaya sepenuhnya apa kata Jokowi dan Prabowo.
Dalam politik, hanya ada dua orang yang layak untuk dipercaya, pertama, orang di luar politik, dan kedua, Anda sendiri. Karena itulah, jangan mudah mengamini apa yang dikatakan oleh para politisi, termasuk Jokowi dan Prabowo.
Omongan politisi hampir selalu berubah. Jika Anda mempercayai dan bahkan ikut menyebarkan apa yang mereka katakan, sungguh, itulah bencana yang sesungguhnya.
Kalau mereka sih sudah punya manajemen haters, mau dibully sedemikian rupa pun, tidak bakal terlalu berpengaruh. Tapi kalau Anda, siapa yang bisa jamin Anda tidak bakal mewek setelah diserang sana-sini gara-gara menyebarkan info “esuk dele sore tempe”?
Jangan unfriend kawan yang mendukung apa yang tidak Anda dukung.
Dalam persaingan politik, untuk terus menjaga kewarasan, sangat perlu untuk menerima banyak sudut pandang terhadap berbagai isu. Dan itu hanya bisa didapat jika Anda bergaul dengan banyak orang yang berseberangan pandangan politik dengan Anda.
Itulah pentingnya untuk tidak meng-unfriend kawan-kawan yang tidak mendukung apa yang Anda dukung. Jika Anda hanya berkawan dengan kawan-kawan yang punya preferensi politik yang sama dengan Anda, maka tidak akan ada adu argumen, tidak ada pertukaran sudut pandang, dan itu tentu akan membuat Anda tumpul.
Yang ribut seharusnya elit politik di atas sana, bukan malah Anda dan kawan-kawan dunia maya Anda.
Dukunglah Jokowi, dukunglah Prabowo, tapi sewajarnya saja.
Ini poin penting. Banyak pendukung Jokowi dan pendukung Prabowo yang terlalu naif dengan menganggap Jokowi atau Prabowo adalah sosok sempurna yang tiada cela. Sebagai seorang pendukung, hal ini tentu harus dihindari.
Anda harus ingat bahwa sebaik apa pun Jokowi atau Prabowo di mata Anda, mereka tetaplah manusia yang bisa salah dalam memimpin, sehingga pada titik tertentu, Anda juga harus fair dengan mengkritik atau bahkan menyocoti Jokowi atau Prabowo jika memang mereka dianggap salah.
Dukunglah sewajarnya saja, jangan terlalu memuja-muja apalagi sampai mengkultuskan.
Kalau kata Mbah Tedjo, “Pemimpin tangan besi mematikan nyali. Pemimpin yang dinabikan mematikan nalar.” (A/M)