Entah karena pengaruh akses sosial media atau bukan, namun yang jelas, akhir-akhir, memang banyak bermunculan kaum-kaum ngamukan yang mudah terpelatuk.
Bukan hanya soal politik, namun juga perkara agama.
Karena pandangan aliran yang berbeda, seseorang bisa dengan mudah mengata-ngatai kiai atau ulama yang jelas punya derajat ilmu yang lebih tinggi dari dirinya.
Yang paling baru, fenomena orang-orang mengata-ngatai Ketua Umum PBNU Kiai Said Aqil Siradj karena ceramahnya yang dianggap sesat. Dalam salah satu ceramahnya, Said Aqil bilang bahwa warga NU nggak usah takut sama malaikat Munkar Nakir, kalau nanti ditanya-tanya sama malaikat, jawab saja, “Pengikutnya kiai Hasyim Asyari!”
Tentu saja banyak yang marah atas pernyataan Said Aqil tersebut. Utamanya mereka yang memang kaku, atau memang dasarnya nggak suka sama Said Aqil, atau memang nggak suka sama NU. Islam garis kaku yang sukar sekali diajak guyon.
Ada yang ngatain kiai gendeng lah, kiai edan lah, kiai sesat lah, dsb.
Hal ini tentu lucu, sebab pernyataan Said Aqil sejatinya adalah hal yang sebenarnya wajar dalam dunia pengajian NU. Kiai NU selama ini memang kerap menggunakan materi-materi humor sebagai pemanis ceramahnya.
Apapun bisa dijadikan materi guyonan oleh kiai NU. Tak terkecuali malaikat.
Almarhum Ki Enthus, dalang sekaligus penceramah kondang itu, misalnya, pernah menyebut orang NU yang yang meninggal setelah meninggalnya Gus Dur tidak akan ditanya oleh malaikat, sebab malaikatnya harus menunggu peziarah Gus Dur terakhir pulang.
Kali lain, Cak Nun juga pernah berkelakar soal malaikat.
Dalam sebuah pengajian, Cak Nun pernah mengundang pendeta, dan beberapa pemuka agama lain.
Dalam forum tersebut, Cak Nun bilang begini, “Wah, ada kiai, ada pendeta, ini malaikat pasti bingung gimana nyatetnya ini.”
Dan Puji Tuhan, ternyata ada yang berkomentar atas pernyataan Cak Nun yang sebenarnya berkonteks guyon tersebut.
“Cak Nun ini bodoh apa gimana sih? mana mungkin malaikat bingung, malaikat adalah makhluk yang tak bisa berbuat salah, apalagi bingung.”
Dari sini kita sudah bisa meraba, siapa yang sebenarnya bodoh.
Yah, begitulah. Manusia memang didesain untuk punya penerimaan yang berbeda-beda atas banyak hal.
Ada yang menganggap serius hal yang seharusnya hanya guyonan, pun ada yang menganggap guyon sesuatu yang sebenarnya serius. Itu sudah keniscayaan.
Tapi mbok plis, jangan goblok-goblok banget, lah. (A/M)