MOJOK.CO – Tiba-tiba melihat WhatsApp Story abang galon sedang makan pecel, satpam kompleks juga lagi tugas itu hal lumrah. Iklimnya memang jauh lebih menyenangkan ketimbang Story aplikasi tetangga.
Pada awal kemunculannya, WhatsApp Story memang diprotes habis-habisan oleh netizen. Umumnya orang-orang nyinyir karena aplikasi pesan yang seharusnya bersifat lebih privat ini, bakal menghadirkan iklim kayak Instagram Story yang isinya pamer pencapaian dan liburan. Sebagian yang lain juga nggak pengin WhatsApp jadi aplikasi pesan yang bekerja layaknya media sosial, penuh dengan drama, dan sedikit demi sedikit disisipi iklan. Ah, bukankah ini sama sekali nggak menyenangkan?
Sebagai pengguna Instagram tulen, saya memang nggak sreg dengan konsep WhatsApp Story yang kelihatan maksa itu. Status audio visual yang bisa hilang sendiri dalam 24 jam adalah konsep original dari Snapchat, yang kemudian dengan brutal ditiru Instagram dan setelah sukses lalu dinukil WhatsApp usai lord Mark Zuck mengakuisisi semuanya. Ide ini memang awalnya aneh.
Saya ingat betul salah satu kawan saya yang nggak akrab sama medsos mempertanyakan konsep Instagram Story yang hilang dalam 24 jam, ia mengisyaratkan ini adalah sebuah hal konyol.
“Ya ngapain lu posting kalau itu bakalan hilang? Aneh.”
Masalahnya gini, Sis, unggahan yang hilang dalam 24 jam itu mempersilakan kita posting hal sampah sehari-hari yang nggak bakal mengganggu estetika feeds. Kita juga terbebas dari image caper yang suka dinyinyir dengan celetukan “ah gitu aja kok di-posting.” Sans, bro, unggahannya hilang dalam 24 jam inih.
Konsep ini sebenarnya sepele, tapi brilian. Nggak mengherankan muncullah kolega-kolega “story” lainnya seperti WhatsApp Story, Facebook Story, dan YouTube Story. Twitter juga sempat punya Fleet, namun hilang karena konsepnya nggak mashok buat pengguna mereka.
Di antara story-story lainnya, WhatsApp Story adalah yang punya iklim paling dem dan apa adanya. Dibandingkan Instagram Story yang kian hari kian jadi ajang pamer pencapaian, foto-foto nikah, sampai wadah kegiatan mamah muda, WA Story jauh beda. Sering kali kita menjumpai bapak-bapak yang ngasih tebakan garing, emak-emak yang bikin kata mutiara, sampai kegiatan warga desa yang ditampilkan tanpa tedeng aling-aling.
Ada banyak nomor kontak terkait pekerjaan atau profesi seseorang yang juga kita simpan. Secara tidak langsung, walau nggak kenal-kenal amat, kita jadi bisa tahu seperti apa keseharian mereka. Ada abang galon yang yang update lagi makan pecel, ada mamang mi ayam yang sudah siap keliling, sampai mbak-mbak olshop yang banjir orderan.
Sekali waktu, saya pernah menyimpan nomor WhatsApp satpam kompleks perumahan di mana saya tinggal indekos. Saya memang jarang mengikuti kegiatan warga, tapi saya jadi tahu ibu di ujung jalan pindah ke rumah anaknya kemudian rumahnya sekarang dijual. Saya pun tahu kos eksklusif paling mewah di kompleks kami itu dalamnya kayak apa. Bahkan ketika tetangga kena tegur saking ramenya house kitchen dan menciptakan antrean ojol, saya pun tahu detail kasusnya. Semua ini berkat WhatsApp Story dari satpam kompleks seorang, sebuah informasi ring satu, ditampilkan dengan lugas dan apa adanya.
Whatsapp story is such a funny concept you really be going there watching the lives of people that are not your friends or colleagues like wah lagi jalan-jalan nih bapak mandor yang waktu itu??? atau ooh begini kehidupan sehari-hari mas-mas cp konfirmasi donasi lombok
— ivana (@avatarkucing) September 14, 2021
Banyak pengalaman lucu dan menarik yang bisa dilihat sebagai sebuah relief kehidupan melalui WhatsApp Story. Ketimbang mantengin kawanmu yang lagi-lagi liburan ke Bali di Instagram Story, mendingan kita kepoin apakah mamang cilok sore ini jualan seperti biasa atau keliling ke tempat lain. Tidak semua kontak WhatsApp yang kita punya itu kawan dekat, saudara, atau sahabat. Tapi, kontak itu adalah nomor yang memang kita butuhkan, nomor yang pernah dan masih sesekali kita hubungi. Lucu ketika tahu bahwa mereka yang tidak seakrab kawan-kawan Instagram justru memberikan informasi yang jauh lebih adem dan membahagiakan.
Lagi pula, WhatsApp Story bisa jadi jalur yang tepat untuk UMKM dan orang-orang yang sedang merintis usaha. Sudah banyak banget orang yang berdagang dan terbantu promosi jalur WhatsApp Story. Sebab, jualan lewat sini cenderung lebih mudah dan nggak membingungkan. Tertarik dengan barangnya, tinggal komentarin unggahan dan chat langsung ke penjual. Pembeli cepat dapat respons, penjual pun laris manis. Semua senang.
BACA JUGA Saya Membisukan Story WA Semua Orang dan Saya Tidak Menyesal dan artikel AJENG RIZKA lainnya.