MOJOK.CO – Belakangan orang Indonesia di perkotaan mulai merayakan Halloween dengan mengadakan pesta kostum. Padahal perayaan ini kan bukan tradisi kita.
Dewasa ini Halloween tak lebih dari perayaan fesyen semata. Padahal napas Halloween adalah mengenang para orang beriman yang telah wafat. Halloween adalah tradisi Kristen ketika pada malam hari 31 Oktober, umat mengenang kembali almarhum orang-orang suci, santo dan santa, martir, dan mendiang umat-umat yang beriman.
Sebenarnya, ritual ini bersifat religius, tapi makin ke sini makin melenceng dan akhirnya menjadi sekuler.
Orang sekarang merayakannya berlomba-lomba pakai kostum menyeramkan seperti hantu dan monster. Apakah maksudnya orang yang sudah meninggal berubah jadi hantu seperti dalam lagu “Yee Tu Hantu”? Mestinya kan tidak.
Untuk mengenang hari wafat seseorang, orang Indonesia biasa mengadakan haul setiap tahunnya. Haul diisi dengan mengenang jasa-jasa almarhum dan almarhumah semasa hidup, lalu mengirim doa kepada mereka yang telah mendahului kita. Diakhiri dengan bagi-bagi nasi kotak yang di dalamnya pasti ada buah pisangnya.
Sementara di film Hollywood, orang-orang merayakan Halloween sampai bela-belain pakai kostum seram dan mengetuk pintu-pintu rumah tetangga untuk menakut-nakuti sembari berseru, “Trick or treat!” Tujuannya hanyalah untuk mendapatkan beberapa biji permen dan cemilan manis.
Sementara di Indonesia, kalau mau permen, tinggal beli sembako ke warung dekat rumah ketika pemiliknya nggak ada uang receh, nanti juga dapat kembalian permen. Nah, ini nih budaya kita. Perlu dilestarikan.
Perayaan Helloween juga lekat dengan tradisi mengukir waluh menjadi Jack-o’-lantern. Yakni lentera dari labu kuning dengan lilin menyala di dalamnya. Sebuah aktivitas yang menjurus ke mubazir. Padahal lebih enak kalau dimasak jadi kolak.
Selain itu Halloween diisi dengan pembacaan dongeng yang menyeramkan. Nah, ini sih masih relevan dengan budaya warganet Indonesia yang sering kecanduan thread horor di Twitter. Tapi ya nggak perlu nunggu Halloween, kan? Tiap Malam Jumat juga bisa.
Momen Halloween bisa dimanfaatkan oleh industri komersial untuk meningkatkan penjualan film. Sebab aktivitas nonton film horor bareng kerap diadakan pada hari ini. Di Indonesia, sineas Andibachtiar Yusuf merilis filmnya, Love for Sale 2, bertepatan dengan Halloween. Padahal filmnya bukan film tentang hantu. Namun, tetap terasa menyeramkan juga sih. Sebab ceritanya tentang kisah cinta yang ambyar. Pada hakikatnya, patah hati memang jauh lebih seram dan realistis daripada cerita horor.
Jika mengacu pada asal-usulnya, Halloween jelas bukan budaya kita. Orang Indonesia nggak perlu merayakannya. Namun, penolakan kepada Halloween tidak segalak penolakan kepada Valentine’s Day. Ya mungkin sebagian orang Indonesia masih alergi dengan kasih sayang, tapi masih menerima yang seram-seram.
Belakangan orang Indonesia di perkotaan mulai merayakan Halloween dengan mengadakan pesta kostum. Mungkin event cosplay masih belum mengakomodir mereka yang ingin menyalurkan bakatnya bergaya hantu dan tokoh seram Dunia Barat, di luar dari karakter anime. Sebenarnya, untuk musim ini, menghadiri perayaan kostum sudah terkesan menakutkan hanya dengan pakai jersey Manchester United.
(hrs)
BACA JUGA Minum Yakult Banyak-banyak, Aman Nggak Sih? atau komentar aneh di rubrik POJOKAN lainnya.