Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

Deddy Corbuzier: Simpan Kemaluan di Dalam Kancutmu Sendiri

Yamadipati Seno oleh Yamadipati Seno
25 Juni 2019
A A
Deddy Corbuzier MOJOK.CO
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Deddy Corbuzier memutuskan pindah agama dari Katolik menuju Islam. Bukan hal yang luar biasa, karena apapun agamamu, menjadi orang baik yang lebih penting.

Lama-lama risih juga. Ketika ada, satu lagi, artis yang pindah agama, yang terpantik di pikiran saya selalu sependek ini: “Oh, oke.”

Bukan dengan nuansa sinis atau curiga, tapi “Oh, oke,” yang cenderung masa bodoh. Maksud saya, agama itu bukan sesuatu yang penting untuk diperbincangkan dengan nada-nada curiga, terutama sampai bergunjing. Agama adalah kalimat-kalimat panjang tentang caramu memandang sesama, yang berhenti sampai tenggorokan dan tidak sampai terucap oleh bibir serta lidah.

Pernah saya membaca sebuah tweet yang berbunyi, “Agama itu seperti kemaluan, enggak perlu diumbar.” Saya sepenuhnya setuju. Panjang-pendek, besar-kecil “kemaluanmu” itu enggak perlu dipamerkan. Kecuali kamu PSK cowok profesional kelas atas ketika butuh ngisi kolom CV bunyinya: berapa sentimeter panjang penismu? PAP foto sebagai bahan pertimbangan.

Kalau kamu cowok kimcil yang baru saja ganti kelamin, ya nggak perlu dipamer-pamerkan. Belajar dulu kencing lurus dan cara memaksimalkan ereksi dengan benar, sekolah untuk jadi seksolog, baru kemudian kamu pantas untuk ngomongin soal “seks” di depan banyak orang.

Oleh sebab itu, ketika Deddy Corbuzier, pindah dari Katolik menuju Islam, nggak perlu dianggap sebagai peristiwa besar. Biasa saja. Ketika segala sesuatu perlu diperdebatkan, yang salah bukan “sesuatu itu”, tapi kamu sendiri. Manusia, yang merasa perlu mempertentangkan segalanya. Apalagi kalau sudah masuk perdebatan agama.

Hasilnya nggak ada yang menang. Yang ada adalah panggung pameran kebodohan dan kebebalan. Hilang sudah yang namanya toleransi dan penerimaan. Bukankah itu yang diajarkan betul di Katolik? Hukum Cinta Kasih?

Saya pemeluk Katolik dan tinggal di lingkungan keluarga Katolik. Tentu saja, tidak perlu diperjelas karena agama di sini adalah sesuatu yang otomatis melekat ketika kita baru lahir. Sungguh sulit membayangkan ada orang tua di Indonesia yang iklas melepaskan anaknya menjadi ateis dulu hingga dewasa untuk kemudian menentukan agamanya sendiri sesuai dengan isi hati.

Saya bukan pemeluk Katolik yang taat. Taat pergi ke gereja, atau ikut acara-acara agama di lingkungan. Oleh sebab itu, yang bisa saya lakukan di tengah dangkalnya ilmu agama dan ramainya pemberitaan soal Deddy Corbuzier adalah memegang teguh satu hukum yang bisa berlaku di mana saja, di tempat saya bekerja, dan bersosialisasi. Namanya, Hukum Cinta Kasih.

Bunyinya begini: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.”

Hukum kedua itu saya pegang begitu erat. Mengapa? Karena mengasihi sesama itu sebenarnya sangat mudah. Yang kamu butuhkan hanya akal sehat. Mengasih Tuhan dengan segenap hati, jiwa, dan budi justru sangat sulit. “Terlalu cinta” membuatmu buta dan ujungnya menyakiti sesama, “terlalu abai” membuatmu durhaka. Padahal, mencintai Tuhan tak boleh setengah-setengah. MAMAM.

Makanya, ketika Deddy Corbuzier, kepada sesama umat Katolik, berhentilah bergunjing. Keputusan Deddy Corbuzier untuk memeluk Islam adalah salah satu keputusannya yang paling pribadi. Itu adalah hasil percakapannya dengan isi hati dan Tuhan-nya sendiri. Apapun keputusannya, kamu tidak punya hak untuk menghakimi.

Toh, meskipun sekarang memeluk Islam, kualitas diri Deddy Corbuzier tidak mungkin luntur. Agama tidak menentukan kualitas diri, tapi manusianya sendiri. Deddy Corbuzier ganti agama. Namun, ketika ia sudah jadi “orang baik” di Katolik, ia akan selamanya “orang baik” meski sekarang memeluk Islam.

Ia akan tetap mengasihi sesama, seperti yang diajarkan Hukum Cinta Kasih, hukum tertinggi di Katolik. Ia akan mendoakan kesehatan dan kesejahteraan orang lain. Jika dulu Deddy Corbuzier berdoa Rosario, sekarang ia hanya perlu menguluk assalamualaikum untuk mendoakan kesehatan dan keselamatan orang lain.

Iklan

Kalau kamu sudah ingin mengkritik atau mengeluh karena kehilangan lagi salah satu “saudara seiman”, lebih baik tahan keluhanmu itu sampai tenggorokan saja.

Deddy Corbuzier mualaf kok perlu disiarkan televisi segala?

Senin (24/6), saudara seiman saya, Robertus Bellarminus Sagut menulis di Mojok. Beliau bilang kalau dirinya menghormati keputusan Deddy Corbuzier masuk Islam.

Saya setuju dengan judul yang beliau pakai: “menghormati”. Namun, yang mengganjal di benak saya adalah bagian akhir dari tulisan Robertus, tepatnya di bagian, saya kutipkan utuh:

“Bahwa ada hal yang seharusnya tidak perlu Deddy Corbuzier lakukan adalah merencanakan peristiwa pindah agama itu sebagai percakapan publik. Maksud saya, apakah dengan mengucapkan syahadat di televisi akan membuat Deddy Corbuzier menjadi pemeluk Islam yang taat?”

“Apakah dengan menjadikannya viral maka akan semakin banyak orang lantas berpikir untuk menjadi mualaf? Belum tentu.”

Kak Robertus, kenapa kakak masih heran dengan kenyataan seorang artis? Tanpa perlu pindah Islam saja, Deddy Corbuzier akan selalu disirami sorot kamera wartawan. Ooo jangan salah, Deddy Corbuzier adalah salah satu artis paling berpengaruh, terutama lewat kanal Youtube-nya.

Sudah sewajarnya artis mendapat porsi pemberitaan yang besar. Kok Kak Robertus masih heran. Lagian, prosesi menjadi mualaf itu konten yang menarik. Salah satunya ya buat Mojok ini. Nggak perlu sampai heran dan mempertentangkan dengan: “Apakah dengan menjadikannya viral maka akan semakin banyak orang lantas berpikir untuk menjadi mualaf? Belum tentu.”

Sekali lagi, beliau artis. Nenek saya, orang kampung, pindah Islam dan hanya diumumkan lewat masjid. Kecuali kalau nenek saya punya kanal Youtube dengan jutaan subscriber, punya otot yang bisa bersaing dengan Dwayne “The Rock” Johnson, dan memandu acara Hitam Putih di Trans7. Baru, prosesi mualaf nenek saya juga akan diluput dan dibuatkan esai di Mojok.

Begitu ya, untuk saudara seiman saya semua. Simpan agama di balik dinding hati masing-masing. Jangan jadi orang yang gumunan begitu, gampang heran, lalu curiga. Beragama yang santai saja.

Terakhir diperbarui pada 25 Juni 2019 oleh

Tags: deddy corbuzierIslamKatolikmualaf
Yamadipati Seno

Yamadipati Seno

Redaktur Mojok. Koki di @arsenalskitchen.

Artikel Terkait

Katolik Susah Jodoh Tolong Jangan Login dan Ambil Jatah Kami MOJOK.CO
Esai

Cari Pasangan Sesama Katolik itu Susah, Tolong Jangan Login dan Ambil Jatah Kami

13 November 2025
Paus Leo XIV, Sarjana Matematika Memimpin Umat Katolik MOJOK.CO
Esai

Habemus Papam! Kisah Paus Leo XIV Sarjana Matematika yang Akan Memimpin Umat Katolik di Masa Kritis

9 Mei 2025
Dinamika Politik di Masjid Istiqlal dan Fenomena Muslim Tanpa Masjid
Video

Dinamika Politik di Masjid Istiqlal dan Fenomena Muslim Tanpa Masjid

30 Maret 2025
Dakwah Kreatif ala Miko Cakcoy Lewat Wayang, Jembatani Tradisi dan Agama di Era Modern
Video

Dakwah Kreatif ala Miko Cakcoy Lewat Wayang, Jembatani Tradisi dan Agama di Era Modern

15 Maret 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Wali Kota Semarang uji coba teknologi bola GPS untuk mitigasi banjir Semarang MOJOK.CO

Bola GPS Jadi Teknologi Mitigasi Sumbatan Air Penyebab Banjir di Simpang Lima Semarang

13 Desember 2025
Pulau Bawean Begitu Indah, tapi Menjadi Anak Tiri Negeri Sendiri MOJOK.CO

Pengalaman Saya Tinggal Selama 6 Bulan di Pulau Bawean: Pulau Indah yang Warganya Terpaksa Mandiri karena Menjadi Anak Tiri Negeri Sendiri

15 Desember 2025
UB Kampus Liar, UGM Ajari Mahasiswa Gak Omong Kosong MOJOK.CO

Pengalaman Saya Menjadi Mahasiswa yang Jago Bertahan Hidup di UB, lalu Tiba-tiba Menjadi Pintar ketika Kuliah di UGM

9 Desember 2025
Peringatan Hari Monyet Ekor Panjang Sedunia di Jogja. MOJOK.CO

Pilu di Balik Atraksi Topeng Monyet Ekor Panjang, Hari-hari Diburu, Disiksa, hingga Terancam Punah

15 Desember 2025
Saat banyak teman langsungkan pernikahan, saya pilih tidak menikah demi fokus rawat orang tua MOJOK.CO

Pilih Tidak Menikah demi Fokus Bahagiakan Orang Tua, Justru Merasa Hidup Lebih Lega dan Tak Punya Beban

15 Desember 2025
down for life, the betrayal.MOJOK.CO

Down For Life Rilis Video Musik “The Betrayal” di Hari HAM Sedunia, Anthem bagi Mereka yang Dikhianati Negara

10 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.