Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

Dari Bolt Sampai Royal Canin, Urusan Memilih Makanan Kucing Memang Tak Pernah Bisa Sederhana

Agus Mulyadi oleh Agus Mulyadi
16 Juli 2021
A A
Dari Bolt Sampai Royal Canin, Urusan Memilih Makanan Kucing Memang Tak Pernah Bisa Sederhana mojok.co

Dari Bolt Sampai Royal Canin, Urusan Memilih Makanan Kucing Memang Tak Pernah Bisa Sederhana mojok.co

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Memilih makanan kucing akan selalu memerlukan banyak pertimbangan, dari faktor kecocokan sampai urusan harga. 

Punya kucing adalah sebuah kesabaran yang luar biasa, dan memilih makanan kucing adalah kesabaran yang lain. Itulah yang setidaknya saya rasakan saat mengurus kucing yang jumlahnya bukan hanya satu atau dua, melainkan sembilan.

Saya sebenarnya bukan tipikal orang yang sangat menyayangi kucing, saya sekadar orang yang tidak membenci kucing. Ketika saya menikah dan memutuskan mengontrak rumah di sekitaran Jalan Kaliurang, Sleman, seekor kucing mendadak datang persis di hari pertama saya dan istri saya mulai menempati rumah tersebut. Sekali lagi, saya tidak pernah membenci kucing, dan karena itulah saya biarkan kucing tersebut ikut tinggal di rumah kami.

Kejadian tersebut kemudian berulang. Ada kucing datang dan saya biarkan ia tinggal. Ada kucing lain lagi yang datang dan lagi-lagi saya biarkan ia tinggal. Tak terasa, satu per satu, kucing-kucing itu kemudian beranak-pinak. Untuk mencegah makin banyak kucing di rumah saya, saya mulai rajin mensterilkan kucing-kucing tersebut agar tidak beranak dan menganaki.

Jumlah kucing saya sesekali berkurang, entah karena mati atau menghilang begitu saja. Namun, kucing baru terus datang menggantikan kucing-kucing yang hilang dan mati itu.

Saya tak pernah repot memberikan kucing saya makanan. Biasanya mereka saya kasih suwiran ikan pindang campur nasi, kadang daging suwir, kadang juga telur. Namun, semakin bertambahnya jumlah kucing, saya akhirnya mulai mencoba memberikan mereka makanan kucing. Makanan yang memang benar-benar untuk kucing, bukan makanan manusia yang kebetulan kucing juga doyan.

Awalnya saya mencoba Whiskas yang butiran. Merek makanan kucing berkelir ungu ini saya pilih karena memang ia mudah dibeli. Saya biasa membelinya di gerai Indomaret di dekat rumah saya.

Lama-kelamaan, baru saya sadar bahwa pengeluaran untuk beli Whiskas ini lumayan juga. Lha untuk kemasan Whiskas 1,2 kilo, harganya 70 ribuan, padahal kemasan segitu bisa habis bahkan kurang dari satu minggu. Itu artinya, saya bisa menghabiskan sampai 300 ribuan per bulan hanya untuk makanan kucing. Itu hampir setara dengan tagihan internet saya per bulan.

Saya kemudian memutuskan untuk mengganti makanan kucing saya dengan yang lebih murah. Setelah memilah dan memilih dengan penuh pertimbangan (utamanya pertimbangan ekonomi), saya akhirnya mengganti Whiskas dengan Bolt. Ini pilihan yang paling masuk akal jika saya menggunakan pertimbangan ekonomis. Maklum, Bolt ini harganya sangat murah. Hanya 20 ribuan per kilo. Walau sama-sama berkelir ungu, namun Bolt ini tentu jauh lebih ekonomis ketimbang Whiskas yang harganya tiga kali lipat.

Namun apa mau dikata. Dengan Bolt ini, ternyata hanya sedikit kucing saya yang doyan. Hanya satu atau dua. Mungkin karena rasanya tidak seenak Whiskas. Entahlah. Bagi saya, ini sangat aneh, padahal kucing milik tetangga saya bisa makan dengan lahap saat dikasih Bolt.

Saya pun mencoba untuk mengganti lagi makanan kucing saya. Saya nggak tega ada kucing yang nggak terlalu doyan saat dikasih makan.

Saya pun mencoba merek Felibite dan Me-O. Kebetulan dua merek ini katanya banyak disukai kucing dan harganya tidak semahal Whiskas. Dua merek ini saya beli dengan harga 40 ribuan per kilonya.

Kucing-kucing saya tampaknya lebih condong ke Me-O. Maka, setelah itu, saya putuskan untuk seterusnya menggunakan Me-O.

Saya bersetia pada Me-O cukup lama. Berbulan-bulan lamanya saya mengumpani kucing-kucing saya dengan merek makanan kucing ini, dan alhamdulillah semuanya doyan.

Iklan

Namun, beberapa bulan terakhir, masalah mulai muncul. Salah satu kucing saya, Hana, mulai menunjukkan ketidaksukaannya terhadap Me-O. Padahal, dulu ia tak pernah ada masalah. Seorang kawan kemudian menyarankan saya untuk mencoba memberikannya makanan basah (wet food). Katanya, makanan basah cenderung mudah disukai kucing karena baunya yang amis. Saya turuti saran kawan saya itu, dan benar saja, Hana ternyata bisa doyan dan makan dengan lahap. Saya mencoba memberi dia makan Whiskas sachet yang harga ecerannya sekitar 7 ribu rupiah per 85 gram.

Jadilah saya kemudian nyetok dua jenis makanan kucing: Me-O butiran, dan Whiskas sachet.

Belakangan, Prima Sulistya, kawan saya yang kemudian mengontrak di rumah belakang rumah saya, berencana membuka toko makanan kucing dengan nama Mima Catshop. Ah, ia tampaknya paham betul dengan pasar.

Saya tentu saja cukup girang dengan keberadaan catshop-nya itu. Prima menjual makanan kucing dengan harga yang lumayan kacek. Whiskas sachet yang biasanya saya beli ecer 7 ribu di Indomaret, ternyata bisa dibeli hanya dengan 6 ribu di Mima Catshop. Begitu pula dengan makanan-makanan kucing merek lain yang umumnya lebih murah.

Ketika Prima resmi membuka toko makanan kucingnya itu, dia memberi saya semacam salam perkenalan berupa dua bungkus Royal Canin kemasan 400 gram, merek makanan kucing jempolan yang harganya dahsyat: 58 ribu per 400 gramnya.

Ah, baik betul kawan saya itu.

Ketika saya berikan Royal Canin itu kepada kucing-kucing saya, mereka makan dengan lahap. Bah, tahu saja ini kucing sama makanan mahal. Dua genggam Royal Canin langsung tandas. Esok harinya, saya beri lagi Royal Canin itu, dan lagi-lagi mereka makan dengan lahap. Ha Royal Canin je.

Kelak, ketika Royal Canin gratisan dari Prima itu habis, saya kemudian kembali memberi kucing-kucing saya Me-O. Dan kali ini, selera makan mereka ternyata tak sedahsyat saat mereka makan Royal Canin.

Usut punya usut, berdasarkan info yang berhasil saya dapatkan, jika kucing terbiasa diberi makan makanan enak (yang umumnya lebih mahal), ia akan punya standar tinggi atas makanannya. Ia menjadi kurang berselera saat diberi makanan yang kualitasnya di bawah makanan yang biasa ia makan. Tak heran jika kucing saya jadi agak kurang berselera. Lha sebelumnya Royal Canin, sekarang Me-O lagi. Alasan itu pula yang membuat saya maklum kucing saya nggak terlalu doyan Bolt setelah sebelumnya sering saya kasih Whiskas.

Melalui WhatsApp, saya pun iseng berkelakar kepada Prima , “Jangan-jangan kamu ngasih aku Royal Canin gratisan biar kucingku ketagihan trus nanti aku beli Royal Canin terus ke kamu, ya?”

Prima membalas dengan emot tertawa. “Tapi ternyata caraku itu nggak berhasil, kamu tetep aja belinya Me-O,” balasnya lagi. “Aku pernah lihat di Twitter, di satu perumahan sampe ada pengumuman agar orang asing nggak boleh ngasih makan Royal Canin ke kucing-kucing tetangga.”

Kali ini, giliran saya yang tertawa. “Benar-benar pedagang bermental kartel, pemasarannya seperti mafia narkoba, sangat Pablo Escobar,” kata saya. Dia membalas dengan emot tertawa lagi.

Kini, selain Me-O, saya juga menyetok makanan kucing basah tapi yang versi kalengan, bukan yang sachet. Itu saran dari Prima, sebab kata dia, harga yang versi kalengan memang lebih ekonomis ketimbang yang sachet jika dihitung berdasarkan berat kemasan.

Makanan kucing basah itu benar-benar bisa menjadi andalan, sebab selain memang cukup ekonomis, saya juga bisa melakukan inovasi penghematan dengan mencampurkannya bersama nasi putih. Dan sejauh ini, itu adalah hal paling ekonomis yang pernah saya lakukan. Satu kaleng wet food harga 17 ribu bisa untuk makan empat hari dengan dicampur nasi.

Sedangkan untuk Me-O kering, saya tetap menyediakan, utamanya untuk memberi makan kucing-kucing tetangga yang memang sering mampir ke rumah saya.

Ah, saya jadi ingat apa kata Mbak Indah, tetangga saya dulu yang juga memelihara banyak kucing, “Memilih makanan kucing itu ribet dan untung-untungan, Mas.”


BACA JUGA Mari Berterima Kasih pada Kucing-Kucing yang Sudah Menemani Kita Karantina di Rumah dan tulisan AGUS MULYADI lainnya.

Terakhir diperbarui pada 16 Juli 2021 oleh

Tags: kucingmakanan kucing
Agus Mulyadi

Agus Mulyadi

Blogger, penulis partikelir, dan juragan di @akalbuku. Host di program #MojokMentok.

Artikel Terkait

Jangankan Membunuh Kucing, Jenderal Pembunuh Manusia Aja Kita Maafkan MOJOK.CO
Esai

Jangankan Membunuh Kucing, Jenderal Pembunuh Manusia Aja Kita Maafkan

19 Agustus 2022
cara merawat kucing berdasar jenisnya.
Kilas

Kiat Merawat Kucing Berdasarkan Jenisnya: Bulu Panjang, Pendek, hingga Rumahan

11 Juni 2022
Animal Communicator dan Bagaimana Ia Bekerja Mencari Kucing yang Hilang
Liputan

Animal Communicator dan Bagaimana Mereka Mencari Kucing yang Hilang

24 Maret 2022
Tono dan kucing jalanan mojok.co
Liputan

Tono, Penjaga Perumahan yang Keliling Tiap Malam Beri Makan Kucing Pasar di Kota Semarang

22 Februari 2022
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Maybank Cycling Mojok.co

750 Pesepeda Ramaikan Maybank Cycling Series Il Festino 2025 Yogyakarta, Ini Para Juaranya

1 Desember 2025
Bioskop NSC Rembang, bangunan kecil di tanah tandus yang jadi hiburan banyak orang MOJOK.CO

Bioskop NSC Rembang Jadi Olok-olokan Orang Sok Kota, Tapi Beri Kebahagiaan Sederhana

1 Desember 2025
Bencana Alam Dibuat Negara, Rakyat yang Disuruh Jadi Munafik MOJOK.CO

Bencana Alam Disebabkan Negara, Rakyat yang Diminta Menanam Kemunafikan

3 Desember 2025
S3 di Bandung, Istri PNS Makassar- Derita Jungkir Balik Rumah Tangga MOJOK.CO

Jungkir Balik Kehidupan: Bapak S3 di Bandung, Istri PNS di Makassar, Sambil Merawat Bayi 18 Bulan Memaksa Kami Hidup dalam Mode Bertahan, Bukan Berkembang

1 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Tragedi Sumatra Timbulkan Trauma: “Saya Belum Pernah Lihat Gayo Lues Seporak-poranda ini bahkan Saat Tsunami Aceh”

2 Desember 2025
Kuliah Jurusan Pendidikan Bahasa Mandarin di Unesa. MOJOK.CO

Sulitnya Masuk Jurusan Bahasa Mandarin Unesa, Terbayar usai Lulus dan Kerja di Perusahaan Tiongkok

3 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.