ADVERTISEMENT
Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Beranda Pojokan

Coki Pardede Emang Paham Caranya Jadi Viral tapi Nggak Tahu Caranya Pilih Kata-kata

Ahmad Khadafi oleh Ahmad Khadafi
11 Juni 2021
0
A A
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Sudah beberapa kali Coki Pardede berseberangan opini dengan netizen. Kali ini isunya malah sensitif: pelecehan seksual.

Mas Coki Pardede lagi-lagi bikin perdebatan di Twitter. Ramai orang membicarakan kicauan Coki di Twitter karena, menurutnya, (biasanya) figur publik yang kena kasus skandal seks itu punya bakat yang luar biasa.

Begini kicauan Mas Coki yang memancing perdebatan di dunia persilatan di Twitter itu.

Tapi sukak apa enggak

Biasanya public figur yg kena kasus
Pelecehan Sexual atau skandal seks itu rata” bakat nya luar biasa lho atau pencapaian nya gokil.

Harvey weinstein, Bill Cosby, Bill Clinton, Tiger wood, Arnold Schwarzenegger Dll
Yg ga bisa di sebut satu satu ?

— CokiPardede (@PardedeReza666) June 10, 2021

Sebenarnya sih reply dari kicauan itu bukan perdebatan, karena yang membela dari perspektif Coki nggak banyak, kalau diperhatikan balasan di twit Coki itu rata-rata lebih ke arah kecaman. Kebanyakan lho ya.

Mas Coki sempat menyebut beberapa tokoh publik seperti Harvey Weinstein, Bill Cosby, Bill Clinton, Tiger Wood, sampai Arnold Schwarzenegger. Beberapa figur terkenal internasional yang pernah punya skandal seksual.

Menurut Mas Coki, kalau karya orang tersebut bagus, ya bagus aja. Oke sih, itu benar, tapi tidak bijak jika disampaikan pada timing saat ini, apalagi pada konteks soal pelecehan seksual yang lagi ramai belakangan.

Soalnya, netizen bakal menafsirkan kicauan Mas Coki Pardede ini pada kasus dugaan pelecehan seksual yang sedang menerpa Gofar Hilman kapan hari lalu. Walau tidak dimaksudkan secara harfiah, tapi timing Coki berkicau ini sudah sukses memancing kemarahan netizen se-Indonesia raya.

Premis Mas Coki sebenarnya cukup jelas ketika membicarakan soal karya yang terpisah dari penciptanya. Nggak tahu deh apakah Coki terinspirasi dari Roland Barthes atau tidak, tapi rupa-rupanya dia memakai prinsip “the death of author”.

Dalam konteks kasusnya Gofar Hilman, cukup bisa dipahami kalau netizen merasa Coki sedang membela “karya-karya”-nya Gofar. Bahkan tidak hanya karya, kicauan berikutnya justru memunculkan konotasi kalau Coki jadi malah membela Gofar.

Kayak ini.

Ini yg membuktikan pengadilan
Dgn segala instrumen infestigasi nya.

Kalo ada org yg “Speak Up” mau bukti nya kayak apa juga
Kalo belum di putuskan secara hukum di pengadilan. Belum bisa di nyatakan sah.

Ini benefit of the doubt secara hukum ke gofar ga ada.

Ngeri netizen https://t.co/Na2en0ALxs

— CokiPardede (@PardedeReza666) June 10, 2021

Prinsip yang dipakai Mas Coki itu tentu saja “asas praduga tak bersalah”.

Bener sih, secara hukum, sepanjang belum diputus bersalah, seseorang tidak bisa divonis bersalah. Langsung menghakimi Gofar juga nggak bisa dibenarkan sebelum betul-betul terbukti secara hukum yang sah kalau Gofar salah.

Hanya saja… begini Mas Coki Pardede, sampean harus paham bahwa ada banyak peristiwa pelecehan seksual yang tidak ideal ketika sudah dihadapkan pada hukum yang sah.

Ingat sama kasus korban pelecehan seksual Baiq Nuril dong? Guru di SMAN 7 Mataram yang malah divonis 6 bulan penjara oleh pasal-pasal di UU ITE, karena merekam aktivitas mesum kepala sekolahnya?

Bukannya pelaku yang duduk di kursi pesakitan, si Baiq Nurilnya dong yang malah harus menjalani satu persidangan ke persidangan yang lain.

Atau kasus seorang mahasiswa berinisial HTW di Mojokerto pada 2015 silam. Korban pelecehan seksual yang malah balik digugat pengadilan atas tuduhan pengeroyokan ke pelaku. Uniknya, keluarga pelaku sempat menawarkan untuk “balik modal kasus”.

Maksudnya, korban diminta mencabut laporannya. Kalau setuju begitu, maka laporan soal pengeroyokan ini juga dicabut. Win-win solution, menurut kacamata pelaku.

Dan akhirnya? Si korban pelecehan seksual ini malah yang akhirnya duduk di kursi persidangan.

Munculnya kasus-kasus semacam inilah yang akhirnya membuat netizen Indonesia jadi sensitif soal isu pelecehan seksual. Artinya, asas praduga tak bersalah tidak dipakai itu ya karena ada alasannya, Mas Coki. Bukan yang ujug-ujug kayak begitu.

Hal ini sebenarnya juga menjadi contoh bagaimana ketidakpercayaan publik pada hukum di Indonesia soal penanganan kasus pelecehan seksual (apalagi dengan terhambatnya pembahasan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual), begitu tinggi.

Bahkan, Mas Coki, boro-boro kalau sudah masuk ke ranah hukum, baru di tahap “speak up” saja, tidak sedikit korban yang merasa dihakimi oleh netizen juga. Ini padahal baru mau ngomong soal pengakuan lho.

Terutama kalau terduga pelaku itu adalah orang terkenal. Semakin terkenal, biasanya semakin kencang juga gelombang penyangkalan yang terjadi.

Hal inilah yang bikin banyak korban yang tidak berani “speak up” karena ada orang-orang seperti sampean, Mas Coki. Orang yang langsung menyangsikan pengakuan korban.

Padahal dalam prinsip keadilan (dan kemanusiaan yang selalu jadi junjungan sampean sendiri), orang “yang lebih lemah” harus didengar terlebih dahulu, bukan langsung disangsikan dulu. Dalam kasus ini, orang yang lebih lemah tentu saja adalah orang yang berani “speak up” ketika mendapat serangan pelecehan seksual.

Hal ini untuk mendudukkan kasusnya agar lebih berimbang, karena kalau sejak dari pengakuan saja sudah disangsikan, ke depannya bakal ada lebih banyak orang yang nggak akan berani bicara ketika mendapat situasi yang sama.

Ini prinsip keadilan yang berlaku dalam kasus pelecehan seksual, Mas Coki. Bahwa sepanjang belum ada pembuktian terbalik, ada baiknya kita dengar dulu pengakuan korban. Bukan berarti langsung percaya 100 persen, tapi setidaknya kita harus merekamnya sebagai upaya advokasi, atau minimal ada rasa empati.

Terlebih, Mas Coki, ada baiknya juga jangan meremehkan korban dulu, atau meremehkan tindakan pelecehan seksual. Hal yang sepele buat sampean, bisa jadi jadi pengalaman paling traumatik buat orang lain.

Dan sayangnya, bentuk meremahkan itu malah muncul ketika sampean memilih diksi “cuman” pada twit di bawah ini.

Rapist juga kalo suara nya bagus ya bagus aja.

Rapist juga kalo jago main bola ya jago aja.

Masa kita harus dipaksa menyangkal skill yg jelas jelas ada. Cuman krn dia Rapist.

R kelly juga waktu kena kasus, lagu “I belive i can fly” tetep enak lah.

Masa jadi ga enak

— CokiPardede (@PardedeReza666) June 10, 2021

((Cuman krn dia Rapist))

Duh, Maaas. Sampean emang jagonya kalau mau cari viral, tapi sayangnya sampean itu nggak cerdas blas soal memilih kata-kata.

BACA JUGA Surat Terbuka untuk Coki Pardede: Si Raja Terakhir dan tulisan Ahmad Khadafi lainnya.

Terakhir diperbarui pada 11 Juni 2021 oleh

Tags: Baiq Nurilcoki pardedegofar hilmanKomikarapisttwitterUU ITEviral
Iklan
Ahmad Khadafi

Ahmad Khadafi

Redaktur Mojok. Santri. Penulis buku "Dari Bilik Pesantren" dan "Islam Kita Nggak ke Mana-mana kok Disuruh Kembali".

Artikel Terkait

Untung Mohamed Salah Nggak Jadi Buruh di Indonesia MOJOK.CO
Esai

Beda Nasib Mohamed Salah dan Pekerja di Indonesia saat Menyuarakan Hak: Menghasilkan Ketimpangan yang Dinormalisasi

6 Januari 2025
Gus Ngantemi Pasuruan: Dari Buruh Pabrik hingga Punya Ribuan Penggemar MOJOK.CO
Ragam

Gus Ngantemi Pasuruan: Dari Buruh Pabrik Bikin Konten Dikata-katai dan Tanya Jawab Kurang Ajar, Kini Rezeki Lancar dan Punya Ribuan Penggemar

21 Mei 2024
Ngrasani Profesi Komika dan Stand Up Comedy Indonesia Bareng Mukti Entut
Movi

Ngrasani Profesi Komika dan Stand Up Comedy Indonesia Bareng Mukti Entut

9 Mei 2024
Komedian Mamat Alkatiri Berbagi Soal Fakfak, Marga Alkatiri, Sampai Pemilu Dua Putaran
Movi

Komedian Mamat Alkatiri Berbagi Soal Fakfak, Marga Alkatiri, Sampai Pemilu Dua Putaran

13 Februari 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Derita warga Jawa Timur gara-gara cap PSHT, Aremania, dan sound horeg MOJOK.CO

Derita Orang Jawa Timur, Mau Hidup Ayem tapi Kena Cap Jelek karena Ulah Pencak Silat hingga Sound Horeg

9 Juni 2025
KA Airlangga, kereta murah, surabaya.MOJOK.CO

Coba-coba Naik KA Airlangga Jakarta-Surabaya: Bahagia Tiketnya Cuma Seharga 2 Porsi Pecel Lele, tapi Berujung Tak Tega sama Penumpangnya

12 Juni 2025
Lulusan SMK PGRI Lubuklinggau jadi karyawan Alfamart dan Indomaret, kerja apapun layak diapresiasi MOJOK.CO

Lulusan SMK “Hanya” Jadi Karyawan Alfamart dan Indomaret: Sekolah Harus Tetap Bangga, Karena Sukses Tak Dilihat dari Status

12 Juni 2025
Orang kaya pertama kali naik bus ekonomi, tersiksa jiwa raga sampai trauma MOJOK.CO

Orang Kaya Naik Bus Ekonomi: Coba-coba Berujung Tersiksa, Dimaki Pengamen sampai Tahan Kencing Berjam-jam

12 Juni 2025
Terminal Bungurasih. MOJOK.CO

Pengalaman Pertama Naik Bus di Terminal Bungurasih Masih Menakutkan karena Calo, tapi Masih Ada yang Lebih Seram dari Itu

7 Juni 2025

AmsiNews

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Cara Kirim Artikel
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Kerja Sama
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.