MOJOK.CO – Nama Agus, selain pasaran, juga sering dipakai sebagai gimmick, beberapa di antaranya sangat menyebalkan.
Menyandang nama Agus adalah sebuah jalan pedang tersendiri. Tak banyak orang yang mungkin sanggup mengemban tugas suci ini.
Setidaknya, ada beberapa fase yang membuat saya begitu terusik terkait dengan nama Agus.
Sekitar tiga-empat tahun yang lalu, merebak beberapa kasus pembunuhan yang cukup bikin masyarakat heboh. Dan betapa sialnya, beberapa kasus pembunuhan tersebut melibatkan sosok yang bernama Agus.
Tersangka pembunuh Angeline itu konon namanya Agus. Lalu tersangka pembunuh bocah dalam kardus di Kalideres namanya Agus. Tersangka kasus mutilasi Nuri namanya Agus. Bahkan tersangka pembunuhan mahasiswi UGM beberapa waktu yang lewat namanya juga Agus.
Maka, tak butuh waktu lama bagi saya untuk kemudian mendapat semacam panggilan temporer yang buajingan: Agus kriminil.
Kelak, jumlah penjahat bernama Agus kemudian agak turun, setidaknya dari jumlah mention yang saya terima di sosial media. Jatah status penjahat agaknya diambil oleh beberapa nama lain. Rating nama “Agus” dalam berita Patroli agak terjun bebas.
Fase-fase aman dan damai mulai saya dapat.
Namun dasar nasib. Kedamaian tampaknya agak nggak suka deket-deket sama saya. Fase menyebalkan punya nama Agus kemudian muncul lagi sekitar dua tahun lalu.
Entah siapa yang memulainya, yang jelas, sejak dua tahun yang lewat, persisnya di bulan Agustus alias bulan kemerdekaan, banyak toko atau restoran yang memberikan promo atau gratisan untuk orang yang bernama Agus.
Sekilas, ini menyenangkan bagi saya dan orang-orang lain bernama Agus lainnya. Tapi setelah notif Facebook, Twitter, dan Instagram dibanjiri oleh mention dari kawan-kawan yang memaksa agar saya tahu bahwa ada promo untuk orang yang bernama Agus, saya menjadi muak sendiri.
Lha gimana, bayangkan, dalam sehari, saya bisa ditandai sampai lima kali di postingan yang sama. Postingan tentang promo untuk orang-orang bernama Agus. Dari mulai diskon cat, makan bakso gratis, pengurusan SIM, sampai pengurangan jumlah angsuran kredit kulkas dan kipas angin.
Masih mending kalau promonya nyambung. Lha gimana, masak ada orang nawarin saya promo gratis perpanjangan SIM tapi di Samsat Rengasdengklok. Kan keparat betul. Biaya perpanjangan SIM yang saya dapet gratis cuma 75 ribu, tapi ongkos ke Rengasdengklok berkali-kali lipat dari itu.
Saat bulan Agustus mulai berakhir, promo untuk nama Agus mulai berkurang.
Di bulan Agustus tahun berikutnya, saya tak tahu apakah promo untuk orang bernama Agus semakin berkurang atau bertambah. Namun yang jelas, jumlah orang yang memention saya di sosial media semakin berkurang. Mungkin karena semakin banyak kawan saya yang paham bahwa saya suka muring-muring kalau dapat bom mention dengan promo-promo demikian.
Nah, cobaan yang paling baru dan sangat menganggu datang beberapa bulan terakhir ini.
Saya banyak ditag di berbagai postingan tentang video yang sedang menggambarkan waria yang sedang mencari kawannya bernama Agus.
“Cari siapa, Mbak?”
“Cari temen saya.” Jawab Mbak (atau Mas) waria dengan suara yang lembut lagi kalem.
“Namanya siapa?”
“Agus.”
“Coba dipanggil.”
“Aguuuus!” Teriak Mbak (atau Mas) Waria, kali ini dengan nada yang sangat macho dan sangat laki.
Ada apa sama Agus? Dicariin temennya terus haha pic.twitter.com/RW4GpSFzt8
— Tamara Apriliani (@tamapril_) March 14, 2020
Jiangkrik. Saya awalnya ngakak dengan video tersebut sebab memang lucu dan nggatheli. Namun seiring dengan makin banyak jumlah mention yang semakin frontal dan kolosal, saya mangkel juga.
Sialnya, video model begini ternyata bukan hanya satu atau dua, melainkan banyak versi. Dan lebih sialnya lagi, kok ya semuanya pakai nama Agus.
Saya yakin, sebentar lagi, tren video Waria memanggil nama Agus ini akan surut pada waktunya. Saya mungkin akan bisa tenang sejenak.
Entah setelah ini, akan ada Gimmick apa lagi yang melibatkan nama Agus. Yang pasti, saya sudah dan akan selalu mempersiapkan diri.
Saya sempat berharap nama Agus masuk dalam gimmick “Daftar nama-nama fakboi” yang memang terasa lebih ngentho. Tapi ternyata, sampai berkali-kali saya melihat gimmick tersebut, saya tak pernah sekali pun menemukan nama Agus dari daftar. Saya hanya menemukan Aldi, Bagas, Iqbal, Raka, dan Bobi. Tiada Agus di sana.
Tampaknya Agus memang tak berbakat jadi fakboi. Ia lebih berbakat menjadi kriminil, pencari gratisan, dan seseorang yang suka meninggalkan kawannya yang waria.
Duh Gusti paringono ekstasi.